Jika Es Di Bumi Terus Meleleh dan Bikin Banjir, Kenapa Airnya Tidak Diangkut Saja Ke Luar Angkasa?

es-di-kutub-terus-mencair
1) Ada yang dibuat meleleh, tapi jadi berbahaya

Assalamu’alaikum…

Awal tahun kemarin, ibukota Indonesia dilanda banjir berkali-kali. Sampai bawa-bawa lagi perkiraan tentang Jakarta yang akan tenggelam di tahun 2050. Kejadian tersebut menjadi landasan beberapa keputusan dalam pemerintahan untuk mengurangi intensitas banjirnya.

Seperti bersiap memindahkan ibukota, pengerukan sungai yang makin ditingkatkan, serta pembatasan penggunaan sampah plastik yang diindikasi menjadi penyebab tersumbatnya sistem irigasi kota. Tidak hanya di Jakarta, wilayah lain Indonesia juga mengalami hal yang sama. Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan yang paling baru kemarin terjadi banjir di ibukota provinsi Kalimantan Timur.

Malahan, nggak hanya di Indonesia saja, negara lain juga banyak yang mengalami banjir. Bencana ini dijelaskan jadi sering terjadi akibat makin cepatnya pelelehan gunung es di kutub, dampak pemanasan global, yang meningkatkan permukaan air laut.

Karena umat manusia sudah bisa menggapai angkasa, muncul pertanyaan, kenapa kita tidak membuang atau memindahkan air di bumi ini ke angkasa atau ke planet lain saja?

Bukankah itu membantu mencegah banjir besar?

Saya jadi teringat dengan pertanyaan di postingan sebelumnya yang membahas tentang cara mengecat es batu. Ada yang bertanya, apakah becandaan menguras air laut juga bisa dijelaskan? 

Membuang air ke luar angkasa dan menguras air laut merupakan tindakan yang sama. Ya, sama-sama bertujuan mengurangi volume air laut.

Menguras air laut juga hanya memungkinkan jika airnya dibuang ke luar bumi. Sebab, jika air lautnya dibuang ke wilayah lain di dalam bumi, tetap saja ujung-ujungnya akan kembali ke laut (sesuai fenomena siklus air).

Bedanya, untuk membuang atau membawa ke angkasa, kita tidak perlu mengurangi air lautnya sampai habis. Sebagaimana pada istilah menguras.

Kalo kita mengikuti pelaporan tentang fenomena pelelehan es di wilayah beku di bumi, setiap tahunnya, jumlah es yang meleleh rata-rata mencapai 65 miliar kilogram. Bahkan pernah ada yang sampai ratusan miliar kilogram per tahun.
jakarta-tenggelam
2) Apakah yang kuning selalu ditakdirkan untuk mengambang?

Jika seluruh es di bumi mencair, permukaan air laut akan naik setinggi 67 meter. Artinya, gedung-gedung di kota besar seluruh dunia akan menjadi terumbu karang. Ini benar-benar kiamat. Untuk itu, mari kita pertimbangkan tentang solusi membuang air ke angkasa itu tadi. Kita hitung kemungkinannya.

Diangkut pakai apa?

Tentunya menggunakan pesawat luar angkasa atau roket. Berdasarkan percobaan dan sejarah penerbangan roket ke angkasa, ada roket terbesar yang pernah dikirimkan. Kita asumsikan saja pengangkutannya menggunakan roket jenis tersebut.

Nama roketnya Saturn V, mengangkasa sekitar tahun 1967-1973, dengan kemampuan mengangkat beban sebesar 140 ribu kg. Biaya pembuatan roket tersebut setara dengan 34 miliar dolar.

Karena rata-rata pelelehan es di bumi sudah kita ketahui (65 miliar kg/tahun), berarti kita bisa menghitung kemungkinan pelaksanaan ide tersebut. Terlebih, bencana akibat global warming ini menjadi tanggungan seluruh negara, yang artinya, seluruh negara wajib terlibat dalam menanggung biaya pembuatan roketnya.

Mari kita hitung semuanya

Pertama, tentu kita harus menentukan berapa kebutuhan roket pengangkut tiap tahunnya. Sebab hitungan pelelehan es tadi juga perhitungannya dalam waktu tiap tahun. Serta roket yang digunakan juga tidak bisa dipakai dua kali untuk mengangkut.

Es yang meleleh tiap tahun = 65 miliar kg = 65 000 000 000 kg

Daya tampung beban roketnya = 140 ribu kg = 140 000 kg

Maka, jumlah roket yang dibutuhkan tiap tahunnya sebanyak:

65 000 000 000 : 140 000 ≈ 464286 roket

Karena pembuatan roketnya ditanggung oleh semua negara di dunia (195 negara), berarti tiap negara menanggung biaya pengadaan roket sebanyak,

464286 : 195 ≈ 2380 buah roket

Berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh masing-masing negara?

2380 roket x 34 miliar dolar = 80920 miliar dolar = 80,92 triliun dolar

Apakah Indonesia mampu membayar biaya pembuatan roket sebanyak ini tiap tahunnya? Pendapatan Domestik Bruto Indonesia per tahun, paling tinggi yang pernah dicatat adalah sebesar 1 triliun dolar. 

Jika mengacu pada jumlah tersebut, berarti untuk pengadaan roketnya, Indonesia hanya perlu mengutang sekitar 79 triliun dolar lagi. Hahahaha mana bisa~ 

Kesimpulannya

Ide mengangkut air ke angkasa atau planet lain untuk menghindari banjir akibat pelelehan es di bumi itu, nggak mungkin dilakukan. Bahkan seandainya ada avatar yang bisa memindahkan air laut ke angkasa pun, hal itu tidak boleh dilakukan.

Kenapa? Sebab, jumlah air di bumi terikat hukum keseimbangan biosfer. Yang artinya, jika air di bumi hilang tidak secara alami, akan berakibat kerusakan bumi yang jauh lebih parah. Kemusnahan umat manusia akan jadi lebih cepat. 

Karena sampai saat ini pun, belum ada yang bisa menjelaskan kenapa di bumi ada air, sedangkan di planet lain tidak ada. Masa mau dibuang? Jadi, menguras air laut itu tidak hanya bermakna melakukan perbuatan yang sia-sia. Melainkan juga termasuk tindakan ceroboh yang bisa memusnahkan kehidupan.
kurangi-pemanasan-global
3) Mari kurangi pemanasan global

Lebih masuk akal untuk mencegah pelelehan es di bumi dengan menurunkan temperatur bumi atau meminimalisir pemanasan global. Misalnya dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil, mengurangi pemakaian listrik, beralih ke energi terbarukan, merawat kebersihan laut yang merupakan penghasil oksigen terbesar, serta menggiatkan menanam pohon. Sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca.


Sumber gambar:
1) https://www.viva.co.id/arsip/530599-salju-di-kutub-utara-menipis-50-persen-dalam-60-tahun
2) https://faktabanten.co.id/blog/2019/07/20/jakarta-bakal-tenggelam-lebih-cepat-dari-kota-manapun-di-dunia/images-9-9/
3) https://lingkunganhidup.co/pengertian-pemanasan-global-penyebab-dampak/
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Jika Es Di Bumi Terus Meleleh dan Bikin Banjir, Kenapa Airnya Tidak Diangkut Saja Ke Luar Angkasa? Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

5 komentar:

  1. Harapanku musnah seketika, saat baca biaya yang harus ditanggung sama masing-masing negara. Mana Indonesia masih harus ngutang banyak banget. Yasudah, sementara ini memang ada baiknya kita (manusia-manusia) harus mulai sadar diri untuk mengurangi efek pemanasan global biar es di kutub nggak cepet mencair.

    Tak selamanya apa-apa yang kuning itu ditakdirkan untuk mengambang. Buah-buahan contohnya. Mereka ditakdirkan menggantung mesra di pohonnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. segera sadar ini yang susah. soalnya, semua tindakan/kegiatan sehari-hari manusia memang berdampak pada meningkatnya emisi co2. dan manusia tentu tak mau mengurangi kesenangannya dalam menggunakan energi penghasil emisi ini ketika sudah nyaman, terbiasa, ketergantungan.

      tunggu sampai buah itu ditemukan mengambang Wis. palagi kalo udh kena banjir.

      Hapus
  2. Di bumi ada air sedangkan di planet lain tidak ada, itu karena malaikat setiap kali mau pipis, pipisnya ke bumi lagi bumi lagi (habis nongkrong di grup wasap bapak-bapak komplek)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo boleh kepo, malaikat yg mana ini bang yang kencingnya asin? dan yang mana yang kencingnya berwarna coklat?

      Hapus
    2. Nanti saya masuk ke grup facebook bapak-bapak dulu untuk cari tau jawabannya.

      - Anwar.

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~