Jika Ada Yang Bertanya Kita Ini Apa?

kita-ini-apa
1) Kita ini apa?

Assalamu’alaikum…

Semua orang cenderung ingin diakui dan memiliki status yang pasti. Misalnya sebagai anak kandung. Pengakuannya bisa berupa nama di Kartu Keluarga, foto ibunya saat hamil dan foto dirinya ketika masih bayi. Sehingga, saat ada yang bertanya dia anak siapa, bisa dengan mantap dijawab anaknya Bapak Anu.

Status atau keadaan telah diakui ini memang sangat penting. Sampai-sampai ada orang kebangsaan lain yang dinaturalisasi, diakui kebangsaannya. Agar bisa membela bangsa yang mengakui tersebut dalam suatu bidang olahraga.

Tak terkecuali dalam hubungan percintaan. Status hubungan juga sangat berarti bagi orang yang berniat menjalin asmara. Sebab, dengan adanya status hubungan, adanya pengakuan kalo saling cinta, orang jadi lebih yakin untuk melangkah bersama ke depannya. Juga secara tidak langsung melarang orang lain untuk mendekat.

Namun, mengakui kalau suka itu juga nggak mudah. Ada banyak hal yang membuat ragu, ketakutan, kekhawatiran dan lain sebagainya. Saya pernah menonton anime yang judulnya Kaguya-sama: Love is War. Ceritanya tentang orang yang saling suka, tapi tidak mau mengungkapkan duluan. Mereka masing-masing punya prinsip bahwa siapa yang mengatakan suka duluan, dialah yang kalah. Kocak, sih, animenya.

Jadi teringat teman yang tidak mau mengungkapkan juga. Nggak tahu kenapa saling diam. Padahal teman lainnya sudah memberi kesempatan untuk merenungi berdua perihal pertanyaan,



“Kita ini apa?”

Kisah tuntutan permintaan pengakuan hubungan mereka ini bermula ketika menjelang akhir semester 5 setelah penelitian arsitektur tradisional Kalimantan Barat, di daerah Sintang. Karena tempat penelitiannya dibagi tiga, awalnya kami terpisah.

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, kami pun melanjutkannya dengan liburan bersama dan menginap di salah satu rumah teman yang memang berasal dari daerah tersebut. Pergi ke tempat-tempat wisataanlah pokoknya. Gua Maria, Museum Dara Juanti, Keraton Al-Mukarromah, Rumah Betang Ensaid Panjang, dan sebelum pulang, pada setuju untuk singgah mandi di wilayah pantai.

Kami berjumlah 29 orang. Laki-lakinya 20, sisanya perempuan. Saat mandi di pantai, ada event dadakan yang dibuat: Semua harus diceburkan, tanpa terkecuali. Dari Yuni yang kecil, sampai Dina yang besar. Jangan tanya, apanya yang kecil dan besar.

Di acara inilah, teman yang laki-laki begitu bernafsu untuk menceburkan teman yang perempuan. Mereka mengejarnya sampai dapat. Beberapa yang tertangkap berhasil diceburkan, lainnya memilih pasrah nyebur sendiri.
diceburin ke air
2) Diceburin kayak gini

Saat cebur-ceburan tersebut, Hadi, yang berlagak sebagai pengamat, perlahan bilang, “Yuni putih. Eli hitam. Fani pink. Dina pink juga. Eh, ada yang nggak make…”

Kami yang mendengarnya langsung menoleh ke arah Hadi memandang. 

“Santo yang nggak make,” ucap Hadi sambil nyengir. Dia kemudian berlari ke arah mereka yang lagi berenang, yang sejak tadi diamati. Beberapa menit kemudian dia kembali bergabung dengan kami yang bermain pasir.

“Fani 35B, Eli 34B, Dina 37C, Siska 40…”

Kami semua langsung menoleh ke arah Siska.

“...itu ukuran sepatunya,” lanjut Hadi dengan muka nyengirnya. Padahal itu, kan, jokes lawas, yak. Bisa-bisanya kami ketipu. Ketika hari sudah mulai sore, semuanya duduk rapi di pasir pantai dan memandang ke arah matahari akan terbenam. Takjub dan sendu langsung hinggap.

Saat itulah, entah siapa yang memulai, tahu-tahu dari barisan ujung kanan mulai ribut. Mereka meminta penjelasan pada Robi, apa statusnya dengan Wilda?  

Tentang Robi dan Wilda

Mereka adalah dua orang yang bersahabat, sangat dekat, sejak semester 1. Robi memiliki rupa yang bisa membuat banyak perempuan tertarik padanya. Dia juga rajin, konsep ide dan gambarnya selalu bagus, pandai main gitar pula. Hobinya juga sangat mulia, mengantar pulang dan menjemput saya kuliah. Waktu itu saya lagi nggak punya motor. Kemalingan.

Sedangkan Wilda adalah perempuan yang berambut sebahu, sering memakai kemeja yang nggak dikancingin dengan daleman kaus polos, bercelana jeans, bersuara indah, mukanya juga indah, dan gambarnya juga indah.

Meski sejak semester 1 mereka terlihat akrab, tapi mereka jadi lebih dekat lagi setelah sama-sama memilih bidang penelitian arsitektur yang sejenis, semester 4. Ke mana-mana mereka selalu bersama. Meminta surat pengantar, ke perpustakaan, mengumpulkan data, fotokopi, nge-print, makan siang, juga antar-jemput.

Saya jadi tidak punya tumpangan lagi, dong. Namun, syukurnya saya menemukan orang lain yang mau mengantar saya. Bedanya, pas turun ditagihin lima ribu terus.

Melihat mereka begitu dekat, teman-teman lainnya pada keberatan, katanya,

“Kami nggak suka dengan persahabatan seperti itu. Terlalu dekat untuk sekadar sahabat. Ke mana-mana selalu bersama. Robi juga sering datang ke kosannya Wilda. Itu membuat orang yang mau pedekate dengan Wilda, jadi pada mundur.”

Saya yang fokus menjadi anak indie dengan cara menunggu senja dan sebuah tulisan kopi di pasir, tidak tertarik dengan keluhan mereka. Buat apa gitu. Mau mereka sahabatan, atau lagi nge-cosplay Jin dan Jun yang selalu berdua, ya, itu urusan mereka. Selama mereka bahagia, ngapain, sih, ikut campur.

Namun, sebagai orang yang akrab juga dengan Robi, mantan boncengannya, saya mau nggak mau ikutan menyimak. Posisi duduk yang tadinya rapi berbaris jadi membentuk tiga titik berkelompok. Kelompok lelaki menginterogasi Wilda, kelompok perempuan menginterogasi Robi, dan kelompok saya yang makan kuaci, terserahlah mereka mau ngapain.

“Kamu suka nggak sama Wilda?” tanya Sisil ke Robi.

“Kalo suka, tembak lah, nyatain perasaan. Cowok kok nggak gentle,” imbuh Dina.

Namun, Robi tetap diam. Terlihat bingung mau menanggapinya bagaimana. Dia terus-terusan menunduk.

“Kamu sendiri gimana, Da? Suka nggak dengan Robi?” tanya Santo, yang diikuti pertanyaan sejenis dari teman lainnya.

Wilda juga cuma menunduk. Tak sepatah kata pun terucap olehnya. Namun, semakin mereka diam, teman-teman lainnya malah makin keras bertanya. Saya sampai merasa kasihan.
diinterogasi oleh teman
3) Kamu suka nggak, sih?

Karena tekanan dari teman-teman itulah, tiba-tiba saja muncul satu nama, Tya. Nama itu keluar pelan dari mulut Robi, kami semua tidak tahu dia siapa. Robi juga tidak menjelaskan lebih lanjut. Namun, karena itulah, keadaannya menjadi parah. Sepulang dari penelitian, Robi dan Wilda jadi diem-dieman, persahabatan mereka merenggang.

Malah bisa dibilang mereka kayak jadi musuhan. Hal inilah yang membuat Randa, ketua kelas, mengajak keduanya ke kosan Randa lalu mengunci mereka berdua di kamarnya, ampe satu setengah jam. Maksudnya, biar mereka berdua ngomong empat mata dan menyelesaikan masalah tersebut. Sekalian memperjelas tentang status “kita ini apa?”

Namun, keduanya malah sibuk sendiri. Robi main game di komputernya Randa, Wilda main hape sambil tiduran. Saya dan Hadi yang tidak percaya, gantian bertanya pada Randa.

“Masa, sih, tetap diem-dieman?”

“Kamu nggak denger suara mencurigakan kayak uh ah uh ah uyeh uyeh gitu?”

Randa melotot. Mau ngambil detergen buat nyuci otaknya Hadi, tapi detergennya habis. Yaudah dia minta ditemenin buat beli deterjen, malemnya mau nyuci baju kata Randa. Pas udah beli, dia baru sadar kalo selama ini selalu nge-laundry.

Saya sangat menyayangkan kejadian tersebut. Maksudnya, kejadian Robi dan Wilda yang jadi menjauh, bukan kejadian beli deterjennya. Hingga sekarang pun, mereka tidak pernah terlihat dekat lagi. Padahal, dari dulu saya melihat mereka bakal jadi pasangan yang ideal. Kenapa, sih, harus ada kejadian pada menuntut minta kejelasan? Kenapa nggak dibiarkan mengalir dulu hingga akhirnya mereka bermuara?

Dari itu…

Demi membantu orang lain, kali saja bakal ngalami kejadian kayak Robi dan Wilda, yang dituntut minta penjelasan atas pertanyaan “kita ini apa?” berikut saya berikan jawaban yang logis dan teruji benar secara ilmiah.

Ketika lagi berdua, mata saling bertatap, terus muncul pertanyaan “kita ini apa?”, mundurkan badan sebentar, lalu dekatkan lagi dan dengan penuh percaya diri katakan,

Kita ini H375000000 O132000000 C85700000 N6430000 Ca1500000 P1020000 S206000 Na183000 K177000 Cl127000 Mg40000 Si38600 Fe2680 Zn2110 Cu76 I14 Mn13 F13 Cr7 Se4 Mo3 Co1. Karena kita memang sama-sama manusia, dan itu adalah rumus kimianya.

Namun, saya nggak menjamin yang bertanya bakal senang mendengarnya. Sebab, tidak banyak manusia yang suka mendengar kebenaran.


Sumber gambar:
1) https://www.guesehat.com/arti-status-hubungan-asmara
2) https://www.musiclessons.com/youtube/watch?v=xjLU31CyG_g
3) https://www.chicagotribune.com/lifestyles/sc-fam-social-graces-partner-friends-0905-story.html
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Jika Ada Yang Bertanya Kita Ini Apa? Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

13 komentar:

  1. Kenapa namanya Siska yang ukuran sepatunya 40 woi! Kepala saya tetap terbayang yang lain.

    Itu yang kode-kode intinya tubuh manusia, ya? Hahaha. Dulu kayaknya sempat lihat twit WowFakta.

    Tapi iya juga ya, kenapa pertemanan cowok dan cewek setelah pengakuan rasa justru kebanyakan jadi renggang, sih? Padahal tadinya akrab banget. Sebagai orang yang pernah mengutarakan suka, saya sempat mengalami beberapa kali dijauhi perlahan-lahan. Meski begitu, ada pula dua perempuan yang bisa tetap akrab pada masanya. Kayak enggak terjadi apa-apa gitu. Kemungkinan pertama, dia juga suka sama saya tapi belum yakin. Mungkin juga dia merasa aneh seandainya kami pacaran, atau bisa juga ada ketakutan kelak putus bakal musuhan. Jadi daripada kehilangan, mending menikmati kebersamaannya. Permasalahannya tinggal kalau sewaktu-waktu saya ataupun dia dekat sama orang lain, bakal rela atau enggak. Hahaha. Dari yang udah-udah sih menjauh-menjauh juga. Karena dari enam orang teman atau sahabat saya yang sempat jadi cinta (enggak ada yang jadian), yang empat orang ini sudah menikah. Apakah salah satu dari dua sisanya ada yang ternyata jodoh saya? Wqwq. Tapi enggak mau ngarep, ah. Perasaan saya sudah biasa saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siska yang e-nya tiga kan Yog?

      Gue juga dulu pernah deket bangeeeet sama seorang cewek. Deket doang, gak pacaran. Jadinya kayak kakak adik gitu. Dan asik-asik aja. Temenan dan sekelas dari SMP kelas tiga sampai SMA kelas tiga. Dan pertemanan kami jadi renggang gara-gara ada temen SMP yang nanyain status kami (dia dan beberapa orang dari SMP pengen kami jadian). Setelah mereka mengajukan pertanyaan itu, begonya kami "maksa" buat jadian, dan cuma bertahan tiga hari kalau gak salah. Habis itu lost contact deh sampai sekarang. Dari situ gue jadi tau kalau gak semua yang terlihat akrab dan nyambung ketika temenan (cewek-cowok) bisa kayak gitu juga pas pacaran.

      Hapus
    2. @Agoy:
      Nggak tahu, hei... saya pas milih nama alias ya asal aja, ambil dari referensi nama temen asli yang diacak (temen SD, tapi dipake untuk nama temen kuliah).

      Iya, Yog. Rumus kimia tubuh manusia.

      namanya juga hubungan manusia, ribet. banyak dinaungi oleh ketakutan, keraguan, keegoisan, aslinya ngarep tapi bilang nggak, aslinya nggak suka tapi kesian dan maksa, dan permasalahan seperti ini masih sulit ducari penyelesaian terbaiknya hingga sekarang.

      Bener, jangan ngarep. sapa tahu dua sisanya temenmu itu malah yang saling berjodoh.


      @Tanpa Utina:
      Anda mah emang banyak deket ama perempuan buaaaangg. itu kisah 30 hari dulu kan nyeritain kedekatannyaaaaa.

      iya, kayak gitu bang. pake acara digangguin temen lagi, padahal emang lagi mengarungi kesenangan bersama. kalo emang ujungnya entar sama-sama pengin terus bersama, kan, ya itu urusan berdua. kayak buah yang mestinya manis sesuai waktunya, tapi diperam dan jadinya hambar, malah sering jadi busuk.

      Hapus
    3. Gue aja udah lupa itu ceritanya kayak gimana.

      Hapus
    4. Bikin cerita 30 hari ngejar gebetan bang. bukan yang jaid mantan, tapi orang-orang yang tidak dapat dimiliki padahal sangat diingini.

      Hapus
  2. Mendengar jokes Hadi, pikiran saya selalu konek. Aku benci pikiranku.

    Seperti bang Haw, saya tipe orang yang jarang ikut campur masalah orang lain. Sekalinya ikut campur, paling cuma dengar teman lain menggosipkan teman yang lain. Makanya, saat ada gosip di kampus, saya mungkin orang yang paling terakhir tau.

    Untuk kasus Robi dan Wilda, saya ngga kepikiran sih sampai mengunci mereka berdua. Saya punya ketua tingkat yang cukup alim. Sama dia, pernah dibereskan masalah individu di kelas dengan cara di bicarakan. Sialnya, karena individunya perempuan, ia jadi korban dari percikan marah-marah perempuan itu.

    Eh, untungnya ini bukan Robby Haryanto yah 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lu cocok temenan ama Hadi berarti. dia sering bawa VCD bajak laut perempuan.

      soalnya itu kan urusan pribadi mereka, yak. kecuali hal pribadi mereka tersebut berpengaruh pada banyak orang dan bikin terganggu, baru kita recokin. kalo kita hanya sekadar iri, ya, mending ditahan saja.

      itu kan awalnya dibicarakan, walo dgn tekanan, tapi nggak ada ngaruh katanya. ngeliat mereka yg biasanya ketawa ke mana-mana bareng, tau-tau musuhan dna bikin suasana kelas mencekam, ngide aja buat mempertemukan dua pasang mata di tempat khusus yg nggak digangguin orang.

      padahal kalo robby haryanto udah cocok sih ini, semester 5, ada kimianya lagi di akhir.. xD

      Hapus
  3. Kupikir kita adalah ongol-ongol tanpa parutan kelapa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak. karena Hasil uji kimia dan fisik produk terpilih menunjukkan ongol-ongol memiliki kadar air 35.35%, kadar abu 1,7%, Ca 12%, serat kasar 2%, dan memiliki kekuatan gel 816,97 g/cm2 serta TPC 1.3 x 104 koloni/gram jika ditambahi ekstrak rumput laut.

      ongol-ongol bisa disebut sebagai sebagian kecil dari diri kita. jadi kalo pernah merasa kamu adalah ongol-ongol, itu tidak sepenuhnya salah.

      Hapus
  4. Kaguya-sama favorit banget, ngikutin manga sama animenya, obat stres banget bikin ketawa. Tapi gemes si Kaichou dan Kaguya pada jaim tapi mau, baru pas chapter XXX akhirnya mereka [SPOILER ALERT CENSORED].

    Oh kenapa sih ribet banget bilang suka dan berani menentukan sikap? Hihi padahal saya juga begini hmm.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pelan-pelan mau ngikutin watchlistnya Kang Arip, biar punya opini nyambung saat main ke kearipan. bingung euy kadang karena referensinya belum saya ketahui.

      oh, saya tahu chapter itu. ketika tangan tak lagi menjabat, kaki tak lagi melangkah, untungnya muka dan organ bicara bisa didekatkan.

      karena mengaku suka, berarti mengaku kalah dan siap jadi budaknya. love is war.

      Hapus
  5. Pernah suatu hari gue lagi kumpul sama temen-temen gue. Lalu mereka kompak bertanya ke gue dan salah satu cowok dalam perkumpulan kami, "Kalian sebenarnya ada apa?". Kami yang ditanya cuma cengengesan nggak jawab. Pertanyaan dilanjut dengan pernyataan, "Kami tau sih, pasti kalian ada apa-apa. Karena gerak-geriknya beda."

    Dalam hati gue mikir, "Kayaknya sih belum ada apa-apa. Tapi kok mereka tau, padahal kami diem-diem aja." Gue dan si cowok ini nggak kayak Robi dan Wilda yang kemana-mana bareng, gue mainnya underground biar nggak ada yang tau, tapi ternyata tetep aja ada yang tau.

    Tapi gue nggak nanyain sih, "Kita ini apa?" karena males aja kalo nanti ternyata udah baper dan ga dianggap. Hahahaha. Beda sama sahabat laki gue yang emang banyk-banget-yang-bilang-kita-cocok, tapi gue dan dia nggak ada apa-apa selain emang cuma temenan, dan kayaknya bakalan aneh kalo ujug-ujug pacaran. Lebih asik temenan. Gitu

    Yah, jadi curhat. Nggak nyambung pula. Btw itu gue skip baca rumus kimianya. Pusing.

    BalasHapus
  6. IMO kenapa ada akhiran kalimat cewek dan cowok nggak bisa sahabatan tuh karena stigma. Ada asumsi yang cenderung mengarah ke hal negatif. Padahal ada pasangan yang menikah lalu bercerai dan masih baik-baik saja.
    Dari cerita di atas bagian ceng ceng an jadi bukti kalau manusia (khususnya manusia Indonesia) suka nggak kuat sama "OMONGAN ORANG".

    BalasHapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~