Mengapa Bungkus Makanan Ringan Jadi Mengembung Saat Dibawa Naik Gunung?

Assalamu’alaikum…

Tahun lalu di bulan yang sama seperti sekarang, April, saya bersama dua orang teman sepakat untuk mendaki gunung Pangrango. Itu pendakian gunung pertama kali buat saya, dan pendakian berkali-kali buat dua teman saya. Sebagai pemula yang tidak memiliki perlengkapan yang layak, tentu saya mulai menyibukkan diri menyiapkan beberapa barang bawaan. Camilan camilan, makanan ringan, snacks.
bungkus-mengembung
1) Bungkus camilan sebelum dibawa nanjak gunung
Ya, mau gimana lagi, tas nunggu pinjeman, sepatu pake yang biasa di keseharian karena jalurnya nggak ekstrim, tenda dan peralatan masak diurus ama dua teman saya. Alasan utama saya diajak, ya, karena mereka nggak bakal memenuhi syarat nanjak di sana kalo cuma berdua doang. Makanya apa-apa mereka sanggupin. Haha.

Karena barang bawaan saya sedikit (saat berangkat dari kos, pas mau nanjak, ya, penuh), saya inisiatif buat nyelipin beberapa bungkus makanan ringan kesukaan. Menikmati keindahan bakal semakin menyenangkan jika ditemani sama apa-apa yang kita sukai, bukan? Kali saja di tempat pembelian logistik nanti nggak ada yang jual, gitu pikir saya.

Skip aja lah, ya, cerita naik gunungnya…

Setelah melalui perjalanan yang melelahkan, kami tiba di puncak gunung Pangrango dan bergegas ke lembah Mandalawangi. Di lembah tersebut, saya langsung duduk dan mengambil sebungkus makanan ringan kesukaan. Anehnya, bungkus makanan ringan yang saya bawa, secara misterius, bentuknya mengembung. Seperti mau meletus.

Padahal, saat membeli dan memasukkannya ke dalam tas, saya yakin bungkusnya rada keronyok/kempis. Tahu-tahu malah jadi kembung. Sumpah gangerti lagi, sekembung itu.

Apakah udara di dalam bungkus makanan ringannya bertambah? Masuknya lewat mana?
Tentunya nggak ada udara luar yang masuk. Bungkusnya saja masih rapat utuh. Penyebab kembungnya karena udara yang ada di dalam bungkus makanan ringan tersebut mengembang (volume udaranya nambah). Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan tekanan atmosfer di dalam bungkus makanan ringan dengan tekanan atmosfer di luar (dataran tinggi pegunungan).

Untuk menelusuri fenomena ini, kita mulai dulu dengan mengenal tekanan atmosfer. Di dataran rendah, seperti di perkotaan, tekanan atmosfer yang kita rasakan adalah 1 atm atau sama dengan 76 cmHg. Angka itu didapat setelah melakukan pengukuran di atas permukaan laut.


Tekanan atmosfer akan makin berkurang jika tempatnya semakin tinggi. Umumnya, setiap kenaikan 100 meter, tekanan atmosfernya akan berkurang sebesar 1 cmHg. Intinya, tekanan atmosfer (P) di pegunungan lebih rendah.

Lalu kita tinjau keadaan makanan ringan dan gunungnya
Makanan ringan diberi udara yang mengandung banyak nitrogen. Tujuannya, agar makanan di dalamnya tetap gurih dan renyah. Karena proses pembungkusannya dilakukan di dataran yang rendah, maka makanan ringan tadi memiliki udara yang bertekanan 1 atm. Berarti, saat dibawa naik gunung, tekanan di dalamnya tetap 1 atm (76 cmHg).

Gunung Pangrango memiliki ketinggian 3019 meter di atas permukaan laut. Karena setiap kenaikan 100 meter tekanan atmosfir akan berkurang sebesar 1 cmHg, berarti tekanan atmosfer di gunung Pangrango adalah,
76 – (3019 : 100) = 46 cmHg, atau 0,6 atm.
bungkus-mengembung
2) Bungkus camilan saat di pegunungan tinggi
Jadi, saat dibawa naik gunung, tekanan dalam bungkus makanan ringan masih 1 atm, sementara tekanan atmosfer di luar sudah berubah menjadi lebih kecil. Akibatnya, udara di dalamnya memberi tekanan ke segala arah sebesar 1 atm. Sedangkan yang menekan dari luar hanya sebesar 0,6 atm. Nggak seimbang. Tentu tekanan dari dalam yang menang, sehingga volumenya membesar dan bungkus makanan ringannya terlihat lebih kembung.


Fenomena pengembungan bungkus makanan ringan karena perubahan tekanan ini masuk dalam kategori gas ideal. Tekanan akan berbanding terbalik dengan volume. Makin kecil tekanannya, volumenya makin besar. Hukumnya, P1V1=P2V2.

Pkota x Vkota = Pgunung x Vgunung

1 atm x Vkota = 0,6 atm x Vgunung

Vgunung = 1 atm x Vkota : 0,6 atm

Vgunung = 1,6 x Vkota

Berarti, volume udara di dalam bungkus makanan ringan akan bertambah 1,6 kali dibanding saat masih di dataran rendah.
****

Jadi kepikiran ama tatanan hidup masyarakat
Manusia yang berada “di bawah”, kelas rendah, tekanan hidup yang dialaminya lebih besar. Sehingga volume rumah dan perutnya, bahkan kepalanya terlihat lebih kosong.

Sedangkan manusia kelas atas yang posisinya sangat “tinggi”, mereka memiliki volume rumah yang besar. Perutnya juga selalu “kembung”. Tekanan hidup yang mereka alami terasa kecil.

Dan juga, saat orang yang rendah mendadak kaya dan berposisi tinggi, mereka juga jadi kembung. Makin besar kepalanya.

Iya, nggak, sih? Ah, kebetulan saja ini, mah…

karakter-haw
“Ilmu tentang tekanan atmosfer memang tidak bisa dipakai untuk membeli siomay, tapi dengan ilmu tersebut, tukang siomay juga bakal sadar kenapa perut anaknya makin mengembung. Pasti ada yang mengajaknya berangan tinggi, hingga percaya sepenuh hati, lalu melakukannya tanpa sadar akan tekanan yang menghantui.”

Salam V-sika.
(Baca: Peace-sika)


Sumber gambar:
1), 2) https://1cak.com/2447519
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Mengapa Bungkus Makanan Ringan Jadi Mengembung Saat Dibawa Naik Gunung? Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

18 komentar:

  1. Saya belum pernah naik gunung setinggi itu, tapi pas ke area Puncak, Bogor, camilan yang saya bawa dari Jakarta udah buncit banget. Ternyata penjelasannya gitu toh. Kirain cuma kelamaan disimpan di tas. Ya, intinya sempet mikir pengaruh suhu sih.

    Akhir-akhir ini si kelas bawah kian tertekan. Hiburan di rumah cuma tidur alias bermimpi jadi orang tajir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa orang2 yg ke puncak punya tujuan buat bikin "buncit" yak? terutama yg nyari villa dengan plus plus..

      Di formula lengkapnya, Pc= VnRT, T nya itu suhu, jadi memnag ada pertimbangan suhu di sana. Namun, untuk kasus kembung tadi, pengaruh suhu sangat kecil, bisa diabaikan.

      saya membayangkan jadi penjahat yang lagi nonton hiburan berita kematian. lucu, karena penyebabnya itu orang2 yang berucap dirinya adalah pahlawan.

      Hapus
  2. Gue dulu waktu pelajaran fisika kayaknya emang lebih banyak bolosnya deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anda lebih banyak pacaran, Bang, kalo gasalah pas pelajaran ini anda lagi boncengan kabur ama kakak kelas. dan itu menurut saya lebih baik dibanding tahu pelajaran ini.

      Hapus
  3. Sebagai anak IPA pas SMA dan tiap pelajaran jarang masuk, jujur otak saya hampir gak paham pak. Tapi emang beneran kalo bawa snack ke gunung itu emang kadang buncit kecuali udah dibuka dari bawah.

    Btw, kenapa juga kalo snack dimasukin ke kulkas malah jadi tambah renyah, bukanya malah jadi "peot"?

    BalasHapus
    Balasan
    1. dikempesin pake jarum sedari di bawah aja, Bang.
      Biar tasnya muat banyak.

      Kagak peyot, kan snacknya cuma dimasukin kulkas sebelum dibuka atau kalo udah dibuka, ditutup rapet, nggak dikenain aer atau udara yang lembab.

      Yang bikin melempem itu kan bukan suhu dinginnya, melainkan kelembaban udara. Udaranya mengandung banyak uap air. Sedangkan kulkas, itu kelembabannya rendah, bisa dibilang kulkas itu udaranya kering. lebih mudah melempem kalo digeletakin begitu saja di atas meja.

      tapi tentu saja kalo mau terjamin tetap renyah, pas masukin kulkas kudu ditempatkan di wadah tertutup dulu, buka-tutup kulkas yg sering, kontaminasi makanan lain dan tetesan es yg cair bisa bikin melepem.

      Hapus
  4. Bentar bentar. baca beginian aja kok otak gue penyok ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan berbohong ya anda, ya, kami tidak percaya dengan rasa rendah diri anda, padahal kalo bikin projek tulisan (tema apapun) selalu mindblowing spektakuler...

      Hapus
    2. Adi kan banyakan nyastra, sastra tingkat tinggi pula heheeeeew

      Hapus
    3. Teh Nita kalo ketemu langsung ama Adi bisa tahu kok kalo adi itu nggak hanya nyastra. Terlebih dia penulis di ruangguru.

      Hapus
  5. Oh myyyyy God, kenapa ya aku yang anak bogor 3,5 tahun malah blom pernah ndaki pangrango, baru juga bisa maen ke gunung bunder dan gunung salak endah diang, iiii jd kangen bogor aku hehehe

    O ya ampun ternyata aku baru tau koh haw klo toko asli snacknya di bawah berarti emang pas dibawa ke atas dia ngedadak nggembung gitu kah? Tapi klo warung snacknya di deket gunungnya kayaknya bungkusnya sama aja kan

    Oiya tulung jelaskan maksud "kalau saya ga diajak mereka ga memenuhi syarat nanjak", ini kok aku mencium aroma aroma misteri kah maksudnya ga boleh naik gunung 2 orang apa himana ? Tulung pncerahan haw ahahahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. asal terjadi beda tekanan dari tempat asal snacknya dengan lingkungan baru, bakal kembung teh Nit, perihal seberapa lama atau sampai kapan kembungnya, saya masih belum tahu. Paling mudah sih, coba bandingin ketika beli. di bawah, ama di dataran tinggi.

      syarat daki gunung pangrango jalur resmi itu kan minimal 3 orang teh Nit. Kecuali tektok atau lewat jalur orang dalem. mereka awalnya bertujuh, eh entah kenapa ngebatalin. sisa bedua, saya jadinya yg diajak. karena secara naluriah alias batiniah emang pengin ikutan juga sayanya, ya udah tancep.

      Hapus
  6. wah haha muncul deh rumus rumus nya.. mantap banget dah karna perbedaan tekanan hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu rumus cuma buat ngitung nambah berapa ukurannya, sih. nggak ada rumusnya juga nggak apa sebenernya. Penasaran saja.

      Hapus
  7. Waktu pertama kali naik gunung, saya sendiri juga kaget karena kemasan pada kembung semua. Tapi saya belum pernah mencari apa penyebabnya di google sampai saya sampai di blog ini. Terima kasih Informasinya.

    Oh iya, tahun lalu bulan April tanggal 5, saya juga sedang naik Gunung Pangrango. apakah wakyu itu kita bertemu, bang? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah, jangan-jangan iya. Tapi kan nggak kenal dan di bulan itu ramenya masyaallah. di kandnag badak saja susah nyari area bangun tendanya.

      Hapus
    2. Iya emang rame banget waktu itu, saya juga hampir-hampir gak kebagian lahan buat gelar tenda.

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~