Cerita Pendek: Demi Istri Bahagia Di Rumah

cerpen demi istri

“Sudah, Ma. Biar papa saja yang buang dan bersihin lantai bekas kotoran kucingnya. Mama paksa si Nimo mandi dulu.”

Pagi ini seperti pagi biasanya. Anak bungsu kami berlarian ke sana ke mari ketika disuruh mandi. Melihat dia berlari, dua kucing kami ikut-ikutan berlari. Sampai-sampai menyenggol beberapa perabotan rumah dan membuat seisi ruang tamu dan ruang TV menjadi berantakan.

Belum lagi ulah anak kucing yang baru lahir dua minggu lalu. Dia buang kotoran sembarangan. Kadang di kasur anak kami, kadang di karpet ruang tamu, sofa, dan pagi ini di keset depan pintu rumah.

“Papa, pulang kerjanya nanti bawa es krim coklat, ya!” teriak anak kami yang nomor dua, Yuni.

“Jangan, Pa! Beli mobil Hot Wheels saja,” balas anak pertama kami, Yudi.

Aku mengangguk pertanda mengiyakan. Tentu dengan tambahan kalimat alasan “kalau sempat”. Setelah membersihkan kotoran kucing tadi, aku berangkat ke kantor. Sedangkan istriku, masih harus merapikan rumah dan memasak.

Ketiga anak kami usianya masih di bawah lima tahun. Mereka semua belum ada yang bersekolah. Di rumah, mereka sering sekali bermain dengan kucing. Ya, termasuk istriku yang sangat suka memeluk si kucing. Namun, kalau keadaannya malah merepotkan begini, sepertinya kami harus mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah kucing di rumah.

“Pa, di sini ada tiga anak kecil yang susah sekali diatur. Ditambah lagi dengan tujuh ekor kucing. Rumah jadinya selalu berantakan. Mama udah nggak sanggup. Dibuang saja, ya?”

Itu permintaan istriku melalui telepon dengan suara memelas di saat istirahat makan siang. Aku jawab bagaimana baiknya saja. Sebab, yang paling direpotkan itu, ya, istriku. Tak lupa aku memberi saran, kalau mau dibuang sekarang, sebaiknya tunggu sampai anak kami lagi tidur siang. 

Namun, jika kucing-kucing itu dibuang, kami harus mencari cara untuk meredakan tangis anak-anak kami. Tiga bulan lalu saja, saat kucing yang kami pelihara hilang, anak pertama dan kedua kami tidak berhenti menangis semalaman. Barang di rumah dilempar semua. 

Sepertinya aku harus membeli es krim cokelat berbagai merk dan mainan mobil-mobilan beserta mini track-nya. Tidak apa-apa menguras tabungan, yang penting istriku bisa lebih tenang dan bahagia saat di rumah.

Sepulang dari kantor, aku benar-benar membeli es krim dan mainan seperti yang kurencanakan. Sesampainya di depan rumah, aku disambut oleh istriku dan membantuku menjinjing barang yang kubawa. 

Saat aku masuk ke ruang tamu, semuanya terlihat rapi. Berbeda jauh dibanding saat aku berangkat tadi pagi. Anak-anakku nggak kelihatan, mungkin masih tidur. Namun, tiba-tiba dua kucing kami datang berlari menghampiri. Melihat itu, aku tersenyum dan menggoda istriku.

“Katanya mau dibuang semua~. Berat, ya, meninggalkan muka lucu mereka~?”

Dengan tatapan heran, istriku membalas,

“Udah dibuang, kok, tapi siapa yang bilang mau buang kucing?”




Sumber gambar:
https://spca.bc.ca/faqs/%E2%80%8Bwhat-toxoplasmosishow-transmitted/
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Cerita Pendek: Demi Istri Bahagia Di Rumah Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

14 komentar:

  1. Hot Wheels nya kalo yang Treasure Hunt buat saya aja, pa wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu sebijinya bisa buat bayar kosan dua kali, hei, saya juga mau...

      Hapus
  2. Nggak punya akhlak, si mama

    BalasHapus
  3. Papanya langsung ga bisa ngomong itu. Nyokapnya berubah jadi snoop dogg. La da da da! its a motherfuking d o dabel g. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. nggak senpai, itu karena ceritanya abis aja makanya gak ada ngomong lagi. hihi

      Hapus
  4. Istrinya minta di-stone cold stunner atau pedigree.

    BalasHapus
    Balasan
    1. istrinya udah belajar vrtical supplex stunner buat ngecounter dan ngelindungi kucing.

      Hapus
  5. ih enak bgt kucing kucingnya dikasih es krim dan hot wheels

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siapa yang kuat untuk tidak diperbudak oleh kocheng?

      Hapus
  6. Lah sapa yang telepon siang siang?
    Sapa yg telpon?
    Sapa yg telepon?

    #kmudian cakar2 tembok

    #apa istrinya amnesia
    Ato yang telepon jadi mamanya siluman kucing yang ingin membebaskan diri dari ulah jahil 3 anak di bawah 5 tahun wakkkkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang nelepon beneran istrinya, kok, mbak.

      suaminya aja yg salah paham dengan maksudnya. gitu maksudnya.

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~