Kebiasaan Menikmati Lebih Ngetren Dibanding Berkarya

Assalamu’alaikum...

Tren merupakan sesuatu yang sedang marak dalam keseharian. Biasanya hal tersebut berlangsung lebih dari sebulan. Bahkan bisa sampai setahun. Makanya ada istilah tren 2013 atau tren 2014.

Sesuatu yang menjadi tren tidak melulu berasal dari satu aspek, melainkan juga berasal dari berbagai aspek dan sering juga terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan. Namun, tetap saja aspek yang banyak peminatnya akan terlihat lebih menonjol dan menjadi icon tren di waktu tersebut.

Tren dan ‘musim’ memang memiliki kemiripan, karena kedua hal tersebut sama-sama memiliki pelaku yang banyak. Namun, untuk keteraturan waktu, ‘musim’ memiliki waktu yang teratur dan berulang tiap tahun, sedangkan tren memerlukan waktu bertahun-tahun untuk marak kembali. Bahkan bisa jadi hanya berlangsung sekali seumur hidup.

Suatu hal bisa menjadi tren karena dipengerahui oleh berbagai hal. Dua di antaranya yaitu mitos/anggapan dalam masyarakat dan penemuan baru. Mitos menyebabkan orang untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu, sedangkan penemuan baru mengakibatkan seseorang untuk mencobanya.

Misalnya, pada abad 17-an banyak orang yang mengubah model rambutnya menjadi keriting, karena pada saat itu, orang yang keriting dianggap cerdas dan dermawan. Penemuan baru dalam bidang teknologi juga menjadi penggerak utama dalam tren dunia. Telepon genggam Nokia ketupat yang dulu ngetren banget, misalnya.

Tren bisa mendatangkan keuntungan maupun kerugian, terutama jika tren tersebut mencakup semua kalangan. Makanya banyak pihak, terutama pemerintah, mengusahakan untuk membentuk suatu tren yang bisa mendatangkan manfaat. Seperti tren untuk berkarya.

Sejak Indonesia merdeka, pemerintah sudah menganjurkan kapada warganya untuk banyak berkarya, sehingga bangsa ini semakin maju dan semakin besar. Hal tersebut ternyata juga didukung oleh pihak swasta, sehingga dalam beberapa hal mereka mengajarkan dan melatih bagaimana cara berkarya. Namun itu dulu, sekarang kebalikannya.

Iya, di masa sekarang, tren yang berkembang adalah tren untuk menikmati atau bahasa kerennya disebut konsumtif. Hal tersebut dipicu oleh kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat dan peningkatan mereka berpengaruh terhadap bisnis pihak pemerintah serta pihak swasta.

Ambil contoh tayangan televisi, yang tentunya menjadi media iklan penentu tren. Di beberapa tahun kemarin, tayangan televisi banyak mengajarkan untuk produktif atau membuat sesuatu secara mandiri. Acara yang bertemakan makanan dulunya berupa tayangan ibu-ibu dan bapak-bapak yang sedang memasak di dapur. Dalam acara tersebut, disebutkan secara lengkap bahan dan bumbu masakan serta cara memasaknya.

Kalo sekarang, kebanyakan acara dengan tema makanan itu berjenis kuliner. Menikmati makanan di berbagai tempat. Ada juga sih tayangan memasaknya, tapi selingan doang. Bagaimana mau ngikutin dan nyatet bahan masakannya? Kalo yang disorot cuma wajah pembawa acaranya yang cantik. Jadinya ya, tinggal menikmati ekspresi dia lagi makan aja. *tapi saya suka sih bagian yang itu*

howhaw
Kulineran dulu bro
Bunyi panggilan masuk di telepon genggam zaman dulu, hampir sama pada tiap orang. Makanya, biar beda mereka membuat bunyi panggilan masuknya sendiri. Yang hapal not lagu kebangsaan mah nyantai, yang nggak hapal, nyontek di buku kumpulan chord gitar. Sekarang? Tinggal unduh di internet, langsung menikmati.

howhaw
Hayo, ini lagu apa?
Di ‘musim’ layangan zaman dulu, untuk membuat layangan, mesti berburu bambu buat dijadiin tulangannya. Terus mecahin dan numbukin kaca buat ditempelin ke tali layangan. Jadi deh gelasan. Sekarang, semuanya tinggal beli, tinggal menikmati.

Kalo kalian pernah mendengar istilah “Punya pacar itu bikin semangat belajar”, itu istilah yang berkembang di zaman dulu. Karena memang, saat itu untuk mendapatkan pacar dan membuatnya senang, trennya mereka harus menjaga prestasi akademisnya juga. Serta, mereka harus menciptakan karya-karya yang bisa dibanggakan ke pacarnya. Puisi, lagu dan lukisan merupakan beberapa di antara karya mereka yang khusus dipersembahkan kepada pacarnya. Sekarang? Punya pacar ya untuk dinikmati saja. *lalalalala~*

howhaw
engg....
Jadi, yaudah, zaman sekarang itu umumnya masyarakat sedang dipancing dan sedang terinveksi untuk mengembangkan tren menikmati. Namun, namanya juga pancingan, ada yang kena dan ada yang tidak kena. Buktinya, di tempat-tempat sana banyak orang yang tetap aktif untuk berkarya. Karena memang, suatu tren tidak mudah untuk ditebak dan diciptakan.

Sama kayak membicarakan tampilan seseorang di masa depan. Susah ditebak. Menurut pengamatan kita, di tahun depan trennya adalah ini dan ini, ternyata yang ngetren malah yang lain. Begitu pun tampilan seseorang, kita mengiranya dia akan tetap begini, nggak tahunya malah jadi begitu. Seperti seseorang yang dulunya jelek, hitam dan gemuk, sekarang malah terlihat cantik banget...temennya.




Sumber Gambar:
https://www.kaskus.co.id/thread/52d7d22ff7ca17ff0e8b46d4/nostalgia-9-hal-yang-dulu-biasa-dilakukan-dengan-hp-jadul-agan

https://article.wn.com/view/2014/09/18/Mencicipi_Makanan_Khas_dari_Thailand/
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Kebiasaan Menikmati Lebih Ngetren Dibanding Berkarya Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

22 komentar:

  1. ah, semoga gue nggak kena pancingan amiiin.
    kampret ya memang, cerita dewasa kayak gitu ada aja yang mau nikmatin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Ayo terus berkarya , Jav. eh, Jev.

      Hapus
  2. untung dulu ringtone gue lagu ibu kita kartini~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa karena pengaruh PLN yang baru masuk? *terbit terang*

      Hapus
  3. >,<
    Astaga, mata aku ternoda baca pict terakhir.
    Hahaha
    Amit-amit, jauhkan-jauhkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. APAAHHH....
      Tenang, tulisanku akan bertanggung jawab.
      ;)

      Hapus
  4. Berkarya itu menyenangkan, gue lebih suka berkarya ketimbang menikmatin. Nah, kalo bisa menciptakan tren sendiri juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Bang. Kalo udah bisa jadi Trendsetter, kita bisa dengan mudah mengajak banyak orang. Akan jadi sangat bermanfaat jika tren yang disebarkan bernilai positif dan untuk sosial.

      Hapus
  5. Kalo sekarang sih lagi ngetren sama yang namanya batu akik, sampe2 ada yg bikin peraturan tentang kewajibannya para pns untuk memiliki batu akik -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, batu akik ama batu yey...yuk capcus...

      Hapus
  6. Kalau orang kreatif sih, pasti menciptakan peluang. Mumpung tren-nya mencicipi, dia bakal bikin sesuatu yang bisa dicicipi. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, peluang itu diwujudkan dalam karyanya. :-d

      Hapus
  7. Bergidik aku pas liat foto makan laba-laba goreng itu.. T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal kan kalo makan laba-laba gak gitu nyeremin... kayak makan keripik kok. Kalo ular asam pedas, baru....
      *hoekk*

      Hapus
    2. Sumpah aku mau muntah -_-

      Hapus
    3. Coba test pack dulu, kak Beb. @@,

      Hapus
  8. Kayaknya aku harus menikmati....... haaaaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bang Nasir nikmatin keliling kota dengan sepedaan aja dulu, entar cerita dan pengalamannya dijadiin karya. :-d

      Hapus
  9. Nggggg... itu not lagu apa, yak? Lupaaa. >.<
    Dulu mah keren, ya, mau punya nada panggilan 'beda' aja musti bikin sendiri dulu. Ya, atau liat buku chord buat nada dering henpon gitu. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, abis udah bikin nada dering, trus pura-pura minta dimiscallin. Buat pamer. xD

      Hapus
  10. dijaman yang kayak gini, kayaknya berkarya jadi semakin sulit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi bukan berarti nggak bisa. yuk yuk yuk...

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~