Kenapa Si Kancil Di Cerita Dongeng Sangat Dipuja, Padahal Dia Licik dan Penipu?

Assalamu’alaikum…

Sudah empat hari ini wi-fi ­di kosan mati lagi. Semenjak diperbaiki sama teknisinya dua minggu lalu, malah makin sering error. Ditambah paket kuota internet yang belum diisi, membuat saya benar-benar nggak tahu apa yang sedang terjadi di dunia. Info tentang virus yang mengerikan itu saja berasa lenyap. Lebih damai, sih, jadinya. Namun, ya, khawatir juga kalo ada apa-apa yang harus cepat ditanggapi.
cerita-kancil
1) Wi-fi mati berhari-hari 
Karena nggak bisa ke mana-mana juga, jadinya saya menyempatkan nonton dorama yang dulu pernah diunduh dan belum ditonton. Judulnya The Confidenceman JP, mengisahkah tentang sekelompok penipu ulung. Target mereka adalah orang-orang kaya, pimpinan perusahaan, pak polisi, yang semuanya memiliki rekam jejak dianggap jahat atau sering zalim ke orang lain.

Ya, semacam Robinhood juga, karena punya alasan buat nolong orang tertindas dan memberi pelajaran pahit saat memilih target buat ditipunya. Kalo suka hal yang ngetwist-ngetwist, silakan ditonton. Walo jika sudah nonton tiga episode bakal terbiasa dan jadi mudah nebak rencana rahasianya, sih. Namun, tetap menyenangkan ditonton sampai akhir yang berjumlah sepuluh episode.

Setelah menonton cerita yang penuh tipu-tipu tersebut, saya jadi teringat dengan dongeng Si Kancil. Dia juga sama liciknya, penipu yang selalu berhasil. Saat kecil, saya dan teman-teman sekolah begitu menyukai Si Kancil. Bahkan nama regu pramuka pun sampai rebutan untuk dapat lambang hewan yang dianggap cerdik tersebut.

Baca juga: Cara Membuat Pelajar Lebih Kreatif Di Sekolah

Ketika mulai dewasa, saya mulai ragu untuk terus menyukainya. Terlebih ditambah dengan ajaran moral di sekolah, yang menjelaskan bahwa menipu merupakan perbuatan yang buruk. Dan kalo dipikir lagi, Si Kancil benar-benar tidak mencerminkan sikap yang bermoral berdasarkan buku PPKn.

Sebab, selama didongengkan, Si Kancil tidak pernah sekali pun membantu nenek-nenek menyeberang jalan. Walo begitu, tokoh Si Kancil ini tetap saja banyak yang menyukainya. Malah, tetap banyak yang mendongengkannya pada anak kecil. Apa nggak khawatir anak kecilnya jadi beranggapan bahwa menipu dan berbohong itu baik?

Kenapa, ya, Si Kancil begitu dipuja, padahal dia licik dan suka menipu?

Dongeng Si Kancil yang paling melekat di ingatan saya itu yang dia berhasil lolos dari segerombolan buaya yang mau memangsanya. Mulanya, Si Kancil ini lagi mencari makan. Di seberang sungai kecil, dia melihat buah-buahan yang ranum. Si Kancil pun bersiap menyeberangi sungai, tapi tiba-tiba dia disambar serangan seekor buaya. Buaya lainnya juga langsung mendekat.

Para buaya awalnya bersorak karena berhasil memperoleh buruan dan memuaskan laparnya. Namun, kemudian mereka dibingungkan oleh perkataan Si Kancil.

“Tubuhku kecil, jumlah kalian banyak, bagaimana kalian membagi tubuhku untuk dimakan?”

Para buaya pun mulai berdiskusi sambil ngotot menyatakan dirinya harus memperoleh bagian paling besar. Ada juga yang berpendapat bahwa harus dibagi rata, tapi mereka tidak tahu bagaimana membuatnya terbagi rata. Di tengah perdebatan buaya itu, Si Kancil memberi saran agar para buaya berbaris selebar sungai, kemudian Si Kancil akan menghitung jumlah mereka. Sehingga, para buaya bakal tahu tubuh Si Kancil harus dibagi berapa.
cerita-si-kancil
2) Si Kancil melompati barisan buaya
Para buaya pun setuju dengan usul Si Kancil, mereka kemudian berbaris rapi sampai selebar sungai. Si Kancil lalu melompat ke punggung buaya-buaya tersebut sambil berhitung. Ketika sudah sampai pada buaya terakhir, yang berarti sampai ke seberang sungai, Si Kancil kemudian berlari kencang masuk ke hutan meninggalkan para buaya tersebut.

Licik, bukan? Namun, karena karakter buaya sering dianggap karakter yang jahat, predator buas, kita secara naluri akan mendukung Si Kancil. Membela yang dianggap lemah. Padahal, kalo berkaca dari ilmu rantai makanan, buaya juga sudah sangat benar dalam memburunya.

Apakah secara naluri manusia memang licik dan suka menipu juga, sehingga menyukai Si Kancil? Untuk menjawabnya, kita harus menelusuri awal mula kemunculan dongeng Si Kancil ini di Indonesia.

Sejarah munculnya cerita Si Kancil di Indonesia

Dalam buku Mythology of All Races: Oceanic karangan R. B. Dixon disebutkan bahwa ada beberapa daerah di Indonesia yang terpengaruh oleh Hinduisme. Tentu saja karena adanya kerajaan Jawa Hindu pada abad ke-7 hingga abad ke-13. Melalui ajaran agama Hindu ini, cerita kancil awalnya dituturkan. Hipotesis Dixon ini diperkuat oleh fakta bahwa wilayah Asia lainnya yang berkebudayaan Hindu juga memiliki cerita kancil.

Walo sudah lama dituturkan secara turun-temurun melalui lisan, cerita Si Kancil baru dibukukan pada abad ke-19. Versi paling tuanya ditulis oleh Kiyai Rangga Amongsastra dengan judul Serat Kancil Amongsastra di masa pemerintahan Pakubuwono V, Surakarta, di tahun 1822. Tulisan tersebut kemudian diperbanyak (dicetak) pada tahun 1878.

Versi cerita Si Kancil yang paling mirip dengan cerita yang didongengkan saat ini adalah Serat Kancil Salokadarma yang ditulis pada tahun 1891. Penulisnya bernama R. A. Sasraningrat, putra dari Pakualam Yogyakarta. Cerita kancil di buku ini lebih mirip ke sifat manusia. Bisa berdialog, berdebat, memberi nasihat dan kadang diselipi hal mistis.
kisah-kancil
3) Cerita kancil salokadarma
Masih banyak lagi versi lainnya, ada yang Si Kancilnya merupakan tokoh manusia yang cerdas, julukannya saja yang kancil. Semua cerita kancil di berbagai versinya menunjukkan bahwa orang jawa-melayu harus secerdik dia. Tenang menghadapi kesulitan, cepat memecahkan masalah, dan tidak perlu ribut-ribut emosian. Ya, walo harus menipu dan berbohong~

Menurut saya, versi Salokadarma merupakan versi cerita kancil yang benar-benar sama seperti yang kita dengar selama ini. Dan dari versi itu, kita bisa mendapatkan informasi kenapa cerita Si Kancil malah dipuja walo dia karakter yang suka menipu.

Mari kita analisis informasi tadi

Cerita Si Kancil yang cerdik alias mudah sekali berbohong dan menipu tersebut ditulis pada tahun 1891. Di tahun tersebut, tahun sebelumnya dan puluhan tahun setelahnya, kita bangsa Indonesia sedang menghadapi penjajahan. Ada yang dari Inggris, Belanda, juga Jepang. Meleng dikit saja, kita bakal di-dor oleh penjajah.

Mari kita anggap Si Kancil ini sebagai orang Indonesia, yang suka berbohong, menipu, ingkar janji, dan licik. Lalu, para buaya tadi sebagai penjajah, yang baik banget, karena rela berbagi tubuh Si Kancil demi teman-temannya dan mau begitu saja berbaris rapi. Oh, ini cerita kancil kayaknya di zaman penjajahan Jepang, deh. Buayanya Jepang banget.
kancil-ceritanya
4) Kan, buaya di cerita dongengnya mirip budaya orang Jepang
Sebagai cerita yang mengandung ajaran hidup saat itu, tentunya cerita Si Kancil juga dijadikan pedoman menghadapi penjajah. Kapan atau situasi seperti apa yang membuat Si Kancil harus berbohong atau menipu?

Ya, saat nyawanya terancam. Kondisinya antara hidup atau mati. Seperti waktu diterkam buaya, jatuh ke dalam lubang jebakan, diikat oleh petani untuk disembelih, dan sebagainya. Si Kancil mengajarkan untuk terus berusaha selamat atau mencari cara untuk terus hidup, walo harus berbohong dan menipu.

Di situasi yang genting tersebut, berhasil lolos karena tipuan tidak akan dianggap sebagai licik, melainkan cerdik. Karena selalu berhasil keluar dari keadaan hampir mati tersebut, makanya Si Kancil mulai diidolakan.

Inti dari ajaran dongeng Si Kancil…

Kalo keadaannya mengancam keselamatan jiwa, pertaruhannya hidup dan mati, gunakanlah segala cara untuk selamat. Jangan sampai mati, walo harus berbohong.

Jangan kayak orang di zaman sekarang. Berbondong-bondong nyebarin berita bohong sehingga banyak yang mati.

Baca juga: Apanya yang mati pada "laut mati"?

Jadi, Si Kancil ini lebih ke arah cerdik, bukan licik atau gemar menipu untuk kesenangan belaka. Sebab kalo licik, dia akan terus menipu walo tidak berada di situasi yang mengancam nyawanya.

Apakah ajaran dari dongeng Si Kancil masih bisa diterapkan di masa sekarang? Tentu bisa, asal kondisinya benar-benar genting. Kalo mencuri dan menipu orang demi dapat uang, itu bukan ajarannya Si Kancil. Sebab, tanpa mencuri atau menipu di situasi tersebut, dia masih bisa hidup. Ada cara lain yang lebih baik untuk mengatasinya.

Kalo berbohong dan menipu pasangan agar bisa selingkuh dan sepik-sepik di DM medsos sana sini, itu juga bukan ajarannya Si Kancil. Mau disebut sebagai lelaki buaya juga nggak bisa. Karena menipu pasangan dan ganjen ke mana-mana juga bukan ajarannya buaya. Emmm… lalu itu ajarannya siapa, ya, kok, bisa leluasa berbohong, memanfaatkan pasangan, dan pergi meninggalkan setelah mendapatkan semuanya?



Sumber gambar:
1) https://today.line.me/id/pc/article/5+Cara+Mengatasi+Laptop+yang+Tidak+Bisa+Terkoneksi+WiFi-nGNVny
2) https://mamapapa.id/cerita-dongeng-bisa-membuat-anak-bekerja-keras/
3) http://infocitrabaru.blogspot.com/2015/03/epub-serat-salokadarma-suntingan-teks.html
4) https://www.kompasiana.com/jecko74/593efb8311962642e941e162/belajar-dari-kebiasaan-baik-masyarakat-jepang
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Kenapa Si Kancil Di Cerita Dongeng Sangat Dipuja, Padahal Dia Licik dan Penipu? Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

18 komentar:

  1. Makanya mas haw saya lebih suka si kura2 yg rendah hati. Ditertawakan karna jalannya lambat tapi bisa menang lomba lari dari kelinci yg sombong. Padahal lomba lari bukan lomba jalan :v dia mau aja buat ikutan wkwkwk
    Gapeduli omongan orang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namun, kura-kura juga hampir sama kayak kancil. Waktu dia lewat dan liat kelinci tidur, nggak ada tuh dia berniat bangunin kelincinya. Padahal si kelinci masih bersedia menunggu (sampe ketiduran) demi membuat perlombaannya fair.

      kalo ngomongin sikap, bukankah itu jadi lomba menang-menangan ego? dan ego keduanya sama aja.

      Hapus
  2. Gak tau kak, saya masih polos.

    BalasHapus
  3. Dia pinter dalam ilmu pertahanan diri, makanya banyak yang ingin mencontoh. Kalau pintarnya liciknya untuk korupsi ya ndak bakalan jadi contoh.

    BalasHapus
  4. Gue sempet berusaha mengingat keras dongeng si kancil itu apa aja, untungnya ada contohnya yang ngitung jumlah buaya wkwkwk.

    Mungkin lebih ke arah cerdik kali ya, kalo licik kan kesannya jahat. Cerdik kesannya baik. Yhaaaa kalau memanfaatkan keadaan untuk berpikir cerdik dan keluar dari masalah, bagaimana orang2 tidak mengidolakan si kancil setelah baca dongengnya.

    BalasHapus
  5. Respek. Artikelnya bagus banget!

    Di kosan pakai MediaPertama atau gimana? Soalnya di Bandung, si MediaPertama itu lagi gangguan serentak 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebut saja langsung FirstMedia gitu. Tapi bukan itu sih, kayaknya, karena pas teknisinya datang, nggak pake logo atau brand first media.

      btw, kalo first media mah udah sejak lama sih bapuknya kalo di jakarta. sabar-sabar aja yang ditingkatin orang-orang yang makenya.

      Hapus
  6. Nah, setuju sama kalimat yang nyantumin bedanya licik sama cerdik *lupa, di paragraf berapa itu. Dan kancil ini jatuhnya memang lebih ke arah cerdik sih.

    Ngomong-ngomong masalah maling, di sekitar kostku masih hot-hotnya ini. Beberapa hari terakhir banyak kasus kemalingan. Apakah ini efek lain dari corona? :9

    BalasHapus
    Balasan
    1. bagaimana dengan saat kancil yang mau MENCURI, lalu ketangkep, terus nipu anjing buat gantiin posisi kancil yang terikat? itu itungannya maish cerdik atau licik?

      semua daerah, Wis. gatau apa pemantiknya. kek semua kriminal memilih waktu begini buat melakukan kejahatan. Di beberapa wilayah jakarta juga sering banget keliatan orang pake motor sambil nyembunyiin parang celurit di balik jaketnya.

      Hapus
  7. Asli awalnya gue lupa cerita kancil itu apaan aja. Hahaha. Iya juga sih ya. Tapi dari cerita kancil itu gue juga dapet satu pelajaran berarti: kalo laper kita bakalan jadi bego. Jadi kalo laper gak usah sok2an diskusi daah. Hahahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang ada malah kenyang bego senpaiii...

      Hapus
  8. Waduh yang terakhir itu minta dipites banget yak moral of de storynya wekeke

    Eh tapi aku salut loh, si haw mah nemu aja referensi bacaan tentang kacil sampai ke buku buku atau serat kunonya...kepikiran aje haw #keplok keplok applause

    Okey, juga sih
    Artinya falsafah prototype kancil yang dikatakan suka nipu (eheum bahasa alusnya minterin orang) bisa fiterapin pas dalam keadaan mepeeeeet bgt menyangkut nyawa alias idup dan mati
    Bisa bisa bisa #pokoknya sesuai sikonnya aja ya


    Eh btw wifiku juga ndlap ndlup bgt dong dari kemaren, rasanya pingin ngoceh sebab uda bahar 180 ribu sebulsn dijanjiinnya unlimited e ngadatnya itu loh, hampir sepanjang hari haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak waktu luang saya, Tehnit...

      awalnya karena baca tulisan kritik gitu tentang dongeng kancil, gak pantes buat anak kecil, kancil ngajari berbohong itu baik, bertentangan sekali dengan lagu si kancil.

      mulai deh nyari alurnya. ya walo sebagai cerita pembelajaran, mending nonton Nusa atau Upin aja sih. paiing tidak nemu lah kenapa dulu kancil didongengkan begitu.

      ini tadi pagi ampe siang juga mati lagi Tehnit. lagi pada kompakan semua jaringan internet error atau sinyalnya jelek.

      Hapus
  9. Si kancil anak nakal, suka mencuri timun~

    Lagu itu juga sudah menjelaskan ia punya sifat buruk, Haw.

    Menipu di saat genting ini misalnya bikin twit: aku sadar ini akun kecil, tapi aku yakin orang-orang pada baik... blablabla. Orang itu jualan sesuatu dengan berharap dikasihani, giliran ditolong banyak orang akunnya menghilang? Keren juga demi enggak mati kelaparan menerapkan ajaran si kancil.

    Aduh, baca kalimat akhirnya langsung kepikiran cerita yang pernah ditulis tapi enggak berani ditampilkan karena menjurus kisah dewasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akhirnya ada yang ngemention lagu ituuu. saya udah nyiapin jawaban sedari nulis artikel ini, hahahaha... pembuka sebenernya itu lagu.

      kalo kancil tadi udh diibaratkan dengan warga indonesia, maka, yang ngajak nangkap itu siapa? penjajah dong~ lagian, timun kan emang makanannya kancil di alam liar. itu udh jadi hak kancil di sananya, tapi tahu-tahu kok diakui~

      jaid, dulu itu pencipta lagu si kancil (kabarnya, ibu soed) membuat lagu itu tujuannya apa, ya?

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~