Kenapa Ibu-Ibu Motor Matic Menyalakan Lampu Sein Kiri Padahal Mau Belok Ke Kanan?

ibu-ibu-matic
1) Ada ibu-ibu, guys!
Assalamu’alaikum…

Tadi sore ketika di jalan pulang, saya kembali mengalami hal mengagetkan. Ada ibu-ibu yang naik motor salah memberi tanda lampu sein saat mau berbelok. Beliau berada di jalur kiri, pinggir, kecepatan sedang sekitar 60 km/jam, kemudian lampu sein belakang motor yang dikendarainya menyala yang bagian kiri.

Tentu saya memahaminya sebagai tanda agar saya ambil jalan atau menyalip melalui sisi kanannya, sebab beliau akan berbelok ke arah kiri. Mungkin mau berhenti di depan toko yang nggak jauh di depan. Saat mau mulai menyalip, saya keingetan, bagaimana kalo beliau termasuk dalam golongan yang disebut ibu-ibu matic itu?

Saya nggak jadi menyalip dan memelankan laju motor dan tetap berusaha berada di belakangnya. Namun, ada pengendara lain di belakang saya yang sepertinya buru-buru. Dengan kecepatan yang ditingkatkan, dia berniat menyalip ibu-ibu tadi. Benar saja, ibu-ibunya membelokkan motornya ke kanan. Orang yang nyalip tadi makin ngegas sambil dengan lincah mengarahkan stang motornya biar nggak keserempet.

Aman, nggak terjadi tabrakan. Hanya menyisakan ibu-ibu yang mengomel karena beliau tidak merasa bersalah. Sudah ngasi tanda dengan lampu sein, katanya.

Kejadian begini sudah beberapa kali saya alami, paling parah, saya pernah disenggol dari belakang saat menyalip dari kanan saat situasi seperti tadi. Ibu-ibunya jatuh, luka-luka, harus ngasi biaya perawatan, dah.

Sampai saat ini, kejadian salah ngasih tanda lampu sein saat berkendara yang dilakukan oleh ibu-ibu tersebut masih jadi becandaan. Lucu memang, tapi kalo udah ngalami jadi korban, ya, kesel juga.

Kenapa, ya, ibu-ibu kalo naik motor, saat mau belok, dia reting (ngesein) kiri, tapi beloknya malah ke kanan?

Di postingan lalu-lalu, saya sempat membuat analisis berdasarkan status ibu-ibu dalam masyarakat dan agama terhadap hak penggunaan suatu kelas jalan. Begini perhitungannya:

Walo hanya sendirian, disebutnya “ibu-ibu” motor matic, itu berarti ibu tersebut bernilai dua = 2ibu

Lalu, ada perintah dari nabi agar menghormati “ibumu, ibumu, ibumu, baru bapakmu”. Di situ bisa diartikan bahwa “pangkat” seorang ibu itu tiga tingkat lebih tinggi. Ibu + ibu + ibu = 3Ibu
ibumu-ibumu-ibumu
2) Begitu hadisnya
Seorang ibu secara default benilai tiga. Sehingga kalo disubstitusikan ke persamaan pertama, di mana mereka disebut ibu-ibu motor matic, maka nilai seorang ibu itu adalah

3Ibu x 2Ibu = 6Ibu, atau bisa disebut juga ibu-ibu-ibu-ibu-ibu-ibu.

Kemudian, jalan yang sering dilalui oleh ibu-ibu yang mengendarai motor matic tersebut biasanya merupakan jalan lokal atau kelas jalan kolektor, jalan yang biasanya di depan komplek atau jalan ke pasar. Lebar kelas jalan ini sekitar 5 meter.

Lebar motor matic (ambil contoh Vario) sekitar 0,8 meter.

Jika dianggapnya hak atas jalan sama dengan lebar kendaraan, maka hak atas jalan ibu-ibu naik motor matic berdasarkan status default-nya adalah 0,7 meter x 6Ibu = 4,8 meter untuk seorang ibu-ibu.

Berarti, dari lebar jalan yang 5 meter tadi dikurangi hak ibu-ibu motor matic (4,8 meter) sisa 0,2 meter untuk pengendara lainnya. Yang artinya juga, si ibu-ibu motor matic bebas mau belok ke mana atau ngapain aja. Haknya dia~

Namun, itu cuma becandaan ala hitung-hitungan. Tentunya, ibu-ibu yang mangendarai motor matic tidak menanamkan pemikiran seperti itu. Sehingga, kita masih perlu mencari jawaban yang lebih masuk akal mengenai fenomena tersebut.

Tinggal tanya saja ama ibu-ibunya, gampang, kan~

Benar, tapi ibu-ibu juga merupakan kaum perempuan. Saat ditanyai hal yang dianggap salah, mereka tidak akan memberikan jawaban yang sebenarnya. Keseringan, mereka akan memberikan jawaban yang seolah mereka nggak tahu apa-apa, biar bisa dimaklumi.

Pernah loh ada yang menanyakan langsung tentang fenomena sein kiri-belok kanan ini. Dijawabnya, “saya kira setelah tombolnya dipencet, lampunya akan otomatis mengikuti arah stang motor sebelum akhirnya otomatis mati sendiri.

Bisa dinilai sendiri, kan? Sungguh jawaban yang seolah kosong dan tidak tahu apa-apa. Mereka menekan tombol lampu seinnya, kan, jauh sebelum belokan. Kalo mengikuti logika jawabannya, itu berarti mereka menganggap si lampu sein bisa tahu isi kepala ibu-ibu tersebut.

Jawaban macam apa itu. Makanya, untuk kasus yang melibatkan/mendaulat mereka salah, menanyakannya secara langsung merupakan hal yang sia-sia. Kita harus menggunakan pendekatan lain. Memahami sifat manusia, sebagai laki-laki dan sebagai perempuan.

Laki-laki cenderung minta izin, sedangkan perempuan cenderung memerintah secara tak langsung

Saya beropini begitu, sebab sudah berkali-kali menyaksikan kejadian yang intinya serupa. Saat laki-laki berencana ngajak makan/menghadiahi makanan, kami secara default akan menanyakan dan meminta izin, “kamu mau kubelikan bakso, nggak?

Mau nyium juga—terutama yang bukan player ya—laki-laki pasti minta izin dulu, dibolehin apa nggak. Mau pegangan, pura-pura disenggolin atau genggam jarinya pelan, kalo diizinin, yang perempuan yang biasanya yang akan menggenggam erat duluan. Kalo nggak diizinin, ya, nyoba lagi lain waktu.

Pokoknya, kalo berhubungan ama orang lain, laki-laki akan mencoba untuk minta izin lebih dulu. Beda dengan perempuan.

Saat mereka mau jajan ketika jalan berduaan, mereka akan memberikan perintah tidak langsung agar si lelakinya membelikan. Kalimatnya biasanya begini, “Ih, pisang goreng yang itu enak nggak, sih? Kamu pernah nyoba nggak, yank?” atau “Eh, kamu tadi katanya mau es cendol, ya, yank?

Kalimat pertanyaan tersebut sejatinya bukan pertanyaan, melainkan perintah untuk segera membelikan. Iya, kan? Ngaku kalian wahai perempuan!
kode-cewek
3) perintah melalui kode

Lalu, apa hubungannya dengan sein kiri-belok kanan?

Berdasarkan sifatnya tersebut, kita bisa asumsikan atau bisa juga disebut menyimpulkan, bahwa saat memberikan tanda sein kiri kala mau belok ke kanan, ibu-ibu (yang merupakan kaum perempuan) tersebut sebenarnya sedang memberi perintah.

Lampu sein secara umum digunakan untuk memberi tahu atau meminta izin bahwa si pengendara akan berbelok ke arah yang ditunjukkan oleh lampunya. Hal tersebut sesuai dengan sifat laki-laki pula. Meminta izin.

Namun, bagi kaum ibu-ibu, lampu sein adalah alat untuk memerintah secara tidak langsung. Saat mereka akan berbelok ke kanan, mereka akan menyalakan lampu sein arah kiri. Tujuannya jelas, agar pengendara di belakangnya mengambil jalan yang ditunjukkan oleh lampu tersebut.

Jadi, saat kita melihat ada ibu-ibu menyalakan lampu sein kiri, itu artinya “AMBIL JALUR KIRI KAU! AKU MAU BELOK KE KANAN.”



Sumber gambar:
1) https://www.lazone.id/scooterland2/scooterland/hal-hal-yang-seram-pas-bertemu-di-jalan-fnaeS
2) https://jurnalislampedia.home.blog/2018/06/18/ibumu-ibumu-dan-kemudian-ibumu/
3) https://www.hipwee.com/wedding/6-makna-rahasia-di-balik-kalimat-yang-diucapkan-para-istri-mas-lebih-peka-dong-ah/
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Kenapa Ibu-Ibu Motor Matic Menyalakan Lampu Sein Kiri Padahal Mau Belok Ke Kanan? Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

0 Comments:

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~