Bagus atau Jelek, yang Penting Berkarya? Iya Kah?

Assalamu’alaikum…

Di era yang serba modern saat ini, saat bepergian ke tempat baru, orang-orang akan mengandalkan tiga hal sebagai penunjuk arah. Pertama, artikel yang menjelaskan rute tujuan dengan pendekatan memanfaatkan landmark sebagai penanda. Kedua, temannya yang tahu wilayah tesebut dengan pendekatan telepon dan chat. Terakhir, menggunakan GPS. Itu semua bisa dilakukan jika ada sinyal telekomunikasi atau jika ada koneksi internet.

Namun, jika hal tesebut tak dapat dilakukan, kita bisa menggunakan cara lama. Tanya orang yang dijumpai. Tapi bagaimana jika tidak bisa menemukan orang untuk ditanyai? Misal pas lagi kesasar di tengah hutan. Ambil peta, lihat kompas. Dengan mencocokkan arah yang ditunjuk oleh kompas—yang nunjuk arah utara—kita bisa kembali ke jalan yang benar.

Yang jadi pertanyaan, kenapa arah jarum kompas selalu menghadap ke utara?

howhaw
Kompas
Gampang sih, ya, jawabnya. Ini saya jelasin lagi biar agak panjang aja artikelnya. Karena adanya fenomena magnetik. Kutub utara dan kutub selatan. Kutub yang sejenis saling menolak, yang berlainan saling menarik. Karena jarum kompas juga merupakan magnet yang memiliki kutub, maka kutub jarum kompas dan kutub bumi saling berinteraksi.

Anehnya, kutub yang sejenis mestinya saling menolak, kan, ya? Tapi kenapa kutub utara jarum kompas menunjuk kutub utara bumi? Sama-sama kutub utara kok saling menarik?

Begini, dalam konteks perkutuban, ada yang secara geografis dan ada yang secara magnetis. Kutub bumi yang ditunjuk oleh kompas merupakan konteks geografis. Namun secara sifat magnetik, kutub utara bumi tersebut berupa kutub selatan. Atau mudahnya kita asumsikan, magnet memiliki kutub positif dan negatif. Positif itu utara, negatif itu selatan. Sehingga, kutub utara bumi memiliki sifat negatif, begitu pun sebaliknya dengan kutub selatan.

howhaw
Kutub bumi dan Kutub Magnet
Karena kutub utara bumi memiliki sifat negatif (-), sedangkan jarum kompas memiliki sifat positif (+), maka kompas akan menunjuk ke arah yang menariknya. Yaitu kutub utara pada bumi.

Nah, begitulah sebabnya jarum kompas selalu menunjuk ke utara. Tapi pengetahuan tentang kompas ini juga mesti di back up dengan pengetahuan rute angkutan umum. Karena kalo naik angkutan umum yang salah, bisa-bisa nyasar lagi. Padahal kan kita nggak boleh ngomong nyasar~

Lalu, kenapa kita selalu tertarik dengan berita buruk atau nggak baik?


Seorang blogger panutan yang menjadi referensi saya dalam membuat artikel ini mengutip perkataan sesorang. Katanya, “Yang negatif jangan disebarin, yang positif jangan dianggurin.” Permasalahannya, dalam dunia berita/media publikasi, jumlah pembaca menjadi sangat penting. Dan untuk mendapatkan pembaca yang banyak, media harus menyebarkan berita yang disukai pembaca. Sialnya, pembaca lebih menyukai berita yang negatif. Jadi deh.

Kalo kita perhatikan berita yang menjadi viral beberapa bulan terakhir ini, hampir keseluruhannya berupa berita tidak baik atau hal negatif. Yang kopinya beracun lah, yang gurunya ditonjok lah, yang putus padahal udah mesra di video lah, yang di yutup bapaknya kencrot lah, yang di instagram semua cewek-cewek mendekat lah, yang mabok popok wanita lah, yang bilang bajunya kayak bungkus permen lah. Macem-macem.

Yang jelas, semua hal nggak baik tersebut jauh lebih diperhatikan dibanding berita yang mengabarkan tentang prestasi atau hal positif lainnya. Sehingga, istilah semakin bad akan semakin good tersebut terlihat sangat jelas. Kenapa bisa timbul fenomena seperti ini?

Berdasarkan sifat magnetik, yang positif (+) akan saling menarik dengan yang negatif (-). Berita buruk tersebut merupakan hal negatif, dan orang-orang kita banyak yang tertarik untuk mengonsumsinya. Ketika terdapat berita baik yang mengabarkan hal positif tentang pencapaian atau prestasi yang diraih, orang-orang kita hanya melirik sebentar, lalu berpaling.

Itu berarti, orang-orang kita memiliki sifat yang POSITIF. Yang hanya tertarik pada hal yang negatif. Yeay~

howhaw
Positif, tertariknya pada yang negatif
Namun, apa mesti membuat karya jelek agar orang-orang yang positif itu jadi tertarik? Jika tujuannya memang hanya memerlukan perhatian dan kamunya jadi terkenal, silakan saja. Toh dulu Herostratus mencontohkan dengan membakar kuil Diana agar dirinya terkenal. Dan memang sampai sekarang namanya tercatat di banyak buku sejarah. Terkenal. Tapi jika mengharapkan yang lebih baik, sebaiknya dipikirkan lagi. Karena jika memancing perhatian orang-orang dengan hal yang negatif, lama-lama mereka tak hanya tertarik, tapi juga tertaik.

Meskipun sadar tentang hal yang negatif bisa merusak orang-orang, sang kreator yang maha kuasa biasanya berkilah, “Negatif atau nggaknya, tergantung siapa yang mengonsumsi. Gua hanya mencoba berkarya sepenuh hati. Bukankah lebih baik punya karya jelek daripada elo nggak punya. Kalo elo nggak suka, jangan dilihat. Anpolo gua sekalian. Beres. Gue gamau munafik, gue emang begini.

Sungguh kalimat yang hebat sekali. Membumi agar bisa terbang ke langit.

Lebih baik punya karya walau jelek, daripada elo nggak punya

Iya. Namun, itu jika karyanya HANYA tentang bagus dan jelek. Selesai. Tapi jika karya tersebut menimbulkan efek sampi..emm..efek belakang, maka lihat dulu apa yang akan karya tersebut timbulkan. Kalo setelah orang-orang melihat karya tersebut membuat mereka bersikap nggak baik, misal mencaci, sebaiknya nggak usah punya karya. Karna menyebarkan karya yang merusak seperti itu bagaikan memberi kue beracun. Memangnya memberi kue beracun itu lebih baik daripada nggak ngasi apa-apa? Meh.

Kalo nggak suka, jangan dilihat dan unfollow aja

Karyanya kayak racun. Racunnya dibagi-bagikan. Trus kami diem aja pura-pura nggak lihat gitu? Kalo semua orang mesti bersikap begitu terhadap hal yang membahayakan, tentunya polisi dan lembaga pengamanan dan keadilan nggak perlu ada lagi. Ada copet, ada polisi. Trus ada yang kecopetan. Di dekatnya ada yang dari kepolisian. Polisi nggak suka kalo ada copet. Polisinya disuruh berpaling pergi aja, gitu? Meh.

Gue gamau munafik, gue emang begini

Lebih baik elo jadi orang munafik aja. Palingan hanya merugikan diri sendiri. Kalo bangga dengan hal buruk begitu, trus dijadikan karya, trus yang ngikutin banyak, yang rusak bakal makin banyak. Udah, mendingan jadi munafik aja sana!


Sumber Referensi dan Gambar:
http://detektif-fisika-doni.blogspot.co.id/2013/12/mengapa-jarum-kompas-selalu-menunjuk-ke.html
http://annhaanissa.blogspot.co.id/2013/03/tahukah-kamu-menagapa-jarum-kompas.html
http://www.shamposachet.com/awkarin-or-awkeren/
http://kontenglopang.blogspot.co.id/2014/04/ciri-ciri-positif-thinking.html
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Bagus atau Jelek, yang Penting Berkarya? Iya Kah? Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

27 komentar:

  1. Dinikmati aja hahahah. Benar banget kalau emang nggak suka cukup unfollow, jadi aman dan tenang tanpa berikirian aneh-aneh :-D

    BalasHapus
  2. Yang di instagram semua cewek-cewek mendekat. Hahaha. Baru mendekat aja udah seneng itu si Arap. Gimana kalau mendekap ya. *ini apa dah*

    Cerdas, Haw. Seperti biasa. Kita kayak magnet ya. Kita positif yang tertarik dengan hal-hal negatif. Dan ngg... baca ini bikin aku merenung sih. Apa yang udah aku tulis di blog itu termasuk negatif juga? Soalnya aku pengen apa adanya sih. Pencitraan sih sebenarnya, tapi pencitraan yang vul... aah :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha... moga nggak sampe mendekam aja, Cha...

      Ada yg terpengaruh emangnya, Cha, ama tulisanmu yg vul itu dan ikut-ikutan vul di kesehariannya? nggak kan. Yang ngebaca tulisanmu rata-rata udah mengerti maksud dan bagian-bagian tulisannya. lanjut aja~

      Hapus
  3. Wah, penjelasan nya dari awal sampai akhir sangat berurut, detail dn dibahasakan secara ilmiah, padahal ujung2nya bahas tntang cara berkarya yg negatif atau psitif hehe.

    Gw jga prnah dnger di youtub chnnelnya kok bisa, klo brita negatif lbih bnyak mnarik prhatian dripada brita positif. Mnurut gw sih itu jga trgantung selera. Klo kita yg dpat kejadian negatif kn ga smua orng mau. Kita maunya yg dpat kjadian ngatif itu dri luar, bgitupun sbaliknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha... Iya. Biar ada kek ilmiah-ilmiahnya gitu. padahal mah apaaan..

      Kek bersyukur gitu ya karna itu bukan kita yg ngalamin? wuooohhh...

      Hapus
  4. Ogitu soal kompas dan magnet. *manggut-manggut* Leh uga nih fisikanya. Mantap seperti biasa~

    Btw, kamu ini nyindir saya ya, Haw? Saya emang gak bisa munafik. Tulisan saya banyak mesumnya. Iya, tau juga. Efeknya banyak buat anak-anak di bawah umur. Huhuhu. Makanya sampe sekarang saya belum berani membuat karya yang dijadikan buku (alasan aje, Yog!) :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak. Saya tidak menyindir Anda. Karna tulisan Anda mesumnya hanya di kata-kata yang itu pun sudah anda saring dan posisikan dengan baik. Jadi gak bakal bikin org ngelakuin kemesuman. Jadinya, org yang baca tulisan anda termotivasi buat nulis juga. beda pengaruhnya. jadi, tetaplah Anda begitu. :D

      Hapus
  5. Aduuuh, nyerah deh ada pembahasannya. Tentang magnet pula. Jadi inget ulangan harian minggu kemarin. Jeblok. :((

    Nah, lho. Kalo gitu, kalimat "berkarya demi bangsa" mesti dipikir-pikir lagi ya. "Beneran berguna buat bangsa nggak nih?" Kira-kira begitu. Mantap renungannya (sekaligus bikin nangis karena nyerempet ke Fisika).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa remidial juga kan, Rob. Santai~

      Iya lah. Dulu kalo namanya berkarya, itu udah pasti hal yang bagus. Tapi makin ke sini kan maknanya melebar. asal ngehasilin sesuatu, disebut karya. entah itu baik atau buruk.

      Padahal fisikanya dikit. secara umum pula. :D

      Hapus
  6. Btw, itu kompas kapten Jack Sparrow, gak menunjukan arah utara, tapi hasrat.

    Jadi diri sendiri tapi berdampak buruk gak boleh, jadi munafik gak bagus juga. Coba diam sesaat, ubah diri agar memberi dampak baik, baru berkarya dengan menjadi diri sendiri, bisa gak ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. yakwa... (((KOMPAS KAPTEN JACK))) gak sekalian logpose di anime One Piece, Wi? :D

      Bukan jadi diri sendirinya yg salah. Tapi kelakuan buruknya. Kan sejak kecil udah diajarin untuk jadi anak baik biar kalo gabisa bantuin org, setidaknya gak bikin org jadi buruk. Gak harus nunggu jadi baik juga sih. Asal karyanya bikin jadi org lebih baik, ya silakan. :-d

      Hapus
  7. Pembahasannya mantep bener yak. Tulisan yang sangat berisi dan cerdas~ Wohooooo.

    Pengennya mah yang nggak mau munafik itu pada baca ini lah. Dan semoga sadar. Biar nggak nyebarin kerusakan lebih banyak lagi :" Ngeri iih. Khawatir. Keponakan masih pada SD udah susah banget lepas dari hp. Liatnya youtube. Hapal mereka para youtuber mah. Kalah saya -_- Semoga yang ditonton bocah itu youtuber yang kontennya nggak kacau, deh.


    Dan, semoga saya serta teman-teman blogger lainnya bisa menghasilkan karya yang bermanfaat, bukan yang "beracun". Aamiin :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wuoohhh... makasiiii... :)

      Iya. Munafik sekarang dijadiin tameng agar seseorang bebas ngelakuin hal gabik lainnya dan bisa disombongin. seolah munafik itu perbuatan paling buruk di muka bumi. padahal kan maksud untuk tidak munafik itu agar kita memilih untuk sellau berbuat baik, bukan malah jadi alasan pembanding melakukan hal gabaik lainnya. :(

      Amiiinnn... teruslah menyebarkan kebaikan~

      Hapus
  8. Saya rasa karya yang baik, buruk, bagus, jelek, jujur, munafik, atau apapun itu akan selalu ada. Semuanya udah berpasang-pasangan. Bahkan karya yang bagus, akan kelihatan jelek kalau ada karya yang lebih bagus. Karya jujur juga akan kelihatan munafik kalau ada yang lebih jujur.

    Jadi ya gak tau juga sih. Jalani saja dulu. Hahahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... pasti akan selalu ada. Cuma poinnya, mari jangan jadi bagian yg buruk tersebut. jelek nggak apa-apa. asal nggak meracuni org lain. :)

      Hapus
  9. motto : JELEK-JELEK PUNYA KARYA :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. enggg... mungkin... asal karyanya gak meracuni org untuk berbuat gabaik aja.

      Hapus
  10. Kayanya gue pernah dan sering ketemu sama penulis yang suka php pake teknik "judul artikel yang eye-catching", semua orang yang baca judulnya dipaksa ngeklik itu judul, pas udah baca artikelnya pada protes, lah kok isinya gini doang, lah kok hoax, ini, itu, banyak deh tanggepannya, hadeh, kalo mau trafik enggak pake konten yg judulnya selangit dan jelek juga kali. Pengalaman gue gitu haw, tiap buka sosmed, ada aja yang nge-share begituan, setuju sama argumen lo haw, kalo udah diunfollow tapi masih ada orang yg nyebarin racunnya di sosmed masa iya harus ditutup akun kitanya, capek deh.

    Overall, good article, I like it. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga sering kejebak yang begitu, padahal nyari buat tugas kuliah. :(

      Iya. Orang kebanyakan udah bialng dia yang salah, mas ayg benar harus tutup akun?

      Hapus
  11. Penjelasannya keren ya. Jarang-jarang gue baca sampe sebagus ini dari blogger. HAHAHA. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin blogger2 yg nulisnya niat belom lu temuin linknya~ :-d

      Hapus
    2. Eh, btw, sekarang Google Maps bisa diunduh dan digunakan secara offline.

      Hapus
    3. Ahelah... peta juga udah ada sedari dulu... gaperlu dicas malah. :D

      Hapus
  12. Nggak bisa nggak setuju kalau Haw udah ngeblog. Good!

    Padahal arti munafik itu menolak kebenaran. Udah tau jelek tapi masih dilakukan itu yang munafik aslinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dikata pejabat lagi rapat kali Bang Haris... main setuju aja... :D

      Iya.. trennya sekarang kan menggunakan kata munafik sebagai tameng..

      Hapus
  13. Tulisanmu juga racun, bikin terngiang-ngiang kemaren. :-d

    hahahah.. bisa jadi. mereka pinter melihat perilaku publik dan menjadikannya peluang agar nama mereka meroket dan penghasilannya meletit.

    BalasHapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~