Assalamu’alaikum...
Keindahan masa kecil selalu menjadi memori
yang menyenangkan. Saking menyenangkannya, banyak orang yang ingin kembali ke
masa-masa ketika mereka masih kecil. Bermain ke sana ke mari. Udah gede, tetep
ke sana ke mari juga, sih, mencari alamat..*teng teng*. Namun, karena kemajuan
zaman, menjadi anak kecil di masa sekarang itu sulit banget. Penuh persaingan
yang mematikan.
Maksud mematikan tadi bukanlah tentang
kehilangan nyawa, melainkan tentang matinya mental, keberanian, pertemanan, bahkan
logika. Hal tersebut tak lain terjadi karena dipicu oleh kelakuan orang dewasa
di sekitar mereka.
Pintar itu baik
Anak pintar adalah anak yang suka bertanya.
Itu kalimat baik yang berlaku di zaman saya waktu kecil. Di zaman sekarang,
kalimat itu udah nggak berlaku lagi, karena saat ini, anak yang pintar adalah
anak yang bisa ngejawab.
“Satu tambah satu berapa, Dek?”
“Dua.”
“Ih, pintarnya~”
“Iya, kakak aja yang bego. Gitu aja nggak
tau.”
![]() |
Saya tau |
Menjawab pertanyaan seperti penjumlahan
sederhana, nama sendiri atau nama binatang, merupakan hal yang biasa bagi orang
dewasa. Tapi, jika yang menjawabnya adalah anak kecil, dia akan dianggap
sebagai anak yang pintar. Apalagi jika anaknya bisa menjawab pertanyaan yang
nggak bisa dijawab oleh orang dewasa. Beh, pasti dianggap jenius. Kayak
pertanyaan,
“Pah, ini celana dalem siapa? Prasaan mamah
nggak punya yang kayak begini.”
Papa: “Nggak tau, Mah. Mungkin mamah lupa
pas belinya kali~”
Anaknya yang masih kecil: “Punya tante
sebelah, Mah. Tadi malem nginep di sini.”
Gitu. Jadi, anak yang pintar di masa kini
adalah anak yang bisa menjawab pertanyaan yang semestinya orang dewasa yang
bisa menjawabnya.
Jago manjat tebing
Ada seorang balita yang namanya tercatat di
buku rekor dunia karena hobinya yang suka memanjat tembok latihan panjat
tebing. Yang tentunya tembok tersebut memiliki ukuran dan pijakan yang
menyesuaikan. Padahal, Panjat tebing ini merupakan kegiatan ekstrim yang
dilakukan orang dewasa. Menahan dan bertumpu pada pijakan perlu kekuatan. Dan
anak balita mestinya belum sekuat itu untuk memanjat.
![]() |
Pemanjat |
Tapi anak balita tersebut bisa, sehingga
disebut sebagai anak yang hebat. Ajaib. Padahal urusan panjat-memanjat ini
tidak semua orang dewasa bisa. Memanjat pohon kelapa aja masih pake tangga.
Berarti, menjadi anak jago di masa sekarang adalah anak yang bisa melakukan apa
yang orang dewasa nggak bisa.
![]() |
Takut Ketinggian |
Lihai bernyanyi dan main alat musik
Sampe dibuat ajang pencarian bakat sendiri
untuk anak-anak. Padahal sebelum-sebelumnya, ajang tersebut diadakan untuk
orang dewasa. Di zaman dulu, untuk menjadi penyanyi, anak-anak nggak perlu
suaranya pake efek yang macem-macem. Cukup bisa bersuara lantang, nggak gugup
kamera, udah. Kayak Kiki yang lagunya “Berhitung”. Dia Cuma nyebutin “Ini satu,
ini dua, ini tiga, berhitung berhitung berhitung” walo terbata. Tapi udah cukup
jadi penyanyi anak-anak.
Zaman sekarang, beh, suaranya mesti tinggi,
pandai menari centil, dan waktu melengking kayak ada vibratornya. Biar keren.
Itu loh, vibrator, yang kayak suara Rihanna lagi nyanyi. Padahal nggak semua
orang dewasa bisa pake vibrator saat bernyanyi. xD
Bermain alat musik juga sama, asal yang
mainnya anak kecil dan bagus pasti dibilang hebat. Kalo orang dewasa yang
maininnya, dianggep biasa aja. Wajar, katanya. Misal yang kemaren masuk
nominasi award itu, fokusnya apa? Masih kecil main pianonya jago banget. Penekanannya
di “masih kecil”. Berarti kan sama kayak sebelumnya, di masa sekarang, anak
kecil akan dibilang hebat kalo bisa memainkan alat musik selayaknya atau
melebihi orang dewasa.
Pemberani
Ini berita terbaru yang ada anak kecil
menghadang pengendara motor yang mengambil jatah pejalan kaki di trotoar. Komentar
orang-orang seantero Indonesia apa? ‘Berani banget, padahal masih kecil’. Kata
penekanannya itu di “masih kecil”-nya lagi. Terlebih, nggak ada orang dewasa
yang berani, padahal mestinya orang dewasalah yang bisa melakukan hal tersebut.
Jadi, anak kecil dianggap pemberani ketika dia bisa melakukan apa yang orang
dewasa ragu-ragu atau takut-takut melakukannya.
![]() |
Pemberani |
Maksud ngasih contoh hal-hal tersebut buat apa?
Untuk menunjukkan apa yang terjadi dengan
dunia anak-anak saat ini. Karena mereka sering mendengar ucapan dari orang
dewasa—termasuk orangtuanya—tentang anak yang hebat, tentunya mereka juga mau menjadi
hebat. Tidak mau pun tetep akan dipaksa untuk mau. Demi membanggakan keluarga,
katanya. Dari inilah hal yang mematikan itu berasal.
Matinya mental anak-anak ketika dirinya
tidak bisa sepintar anak-anak lain dan terus dipaksa oleh orangtuanya untuk
menjadi pintar. Dibanding-bandingkan dengan anak lain untuk memotivasi, padahal
malah mematikan hati.
Keberaniannya juga bisa mati karena
larangan untuk mencoba hal-hal lain. Mereka sejak kecil sudah diatur ke jalan
yang satu yang orang dewasa menyebutnya bakat. Mencoba hal lain dikit, langsung
dimarahi. Demi mendapatkan anak yang pintar dan membanggakan orangtuanya karena
diarahkan sejak dini. Biar bisa menyombong, “Sejak kecil udah kami arahkan.”
![]() |
Nurut kata mamah! |
Pertemanan sudah pasti ikutan mati.
Persaingan yang besar, terlebih di tingkat sekolah, menciptakan kekhawatiran
sendiri bagi para orangtua. Takut anaknya ikut-ikutan nakal seperti anak lain.
Takut anaknya menjadi bodoh seperti anak lain. Takut kepintaran anaknya yang
hasil kursus diambil secara gratis saat bermain oleh anak lain. Ujungnya malah
dikasih gejet. Karena anak kecil yang melek teknologi dianggap pintar, iya,
kan?
Logika anak-anak pun ikutan mati. Mereka
ingin menjadi hebat. Ingin dipuji oleh orang-orang. Tapi untuk mengikuti kursus
yang diperintahkan orangtuanya mereka tidak mampu. Tapi dari banyak hal yang
menjadi pujian orang-orang, mereka belajar bahwa “Anak yang hebat adalah
anak yang bisa melakukan apa yang orang dewasa tidak bisa lakukan.”
Jadi, jangan heran kalo ada anak kecil yang
udah berhubungan suami istri selayaknya orang dewasa. Trus diaplot sendiri ke
media sosial. Mereka Cuma mau dibilang hebat, karena bisa melakukan apa yang
orang dewasa nggak bisa lakukan. Nggak ada orang dewasa yang berani ngaplotnya
sendiri, kan?
Memang berat banget jadi anak zaman
sekarang. Kalo anak zaman dulu, nggak ada yang sampe memiliki logika seperti
itu. Berhubungan seperti orang dewasa. Trus diaplot ke fesbuk. Nggak ada. Saya
udah baca banyak buku sejarah zaman dulu. Kagak ada itu yang mengisahkan: “Di
tahun 1545, ada sepasang anak kecil yang berhubungan suami istri dan diaplot ke
fesbuk”. Kagak ada. Beneran.
Sumber Gambar:
http://www.kaosdhikr.com/blog/bangga-karna-buah-hati-pintar-bersyukur
http://batam.tribunnews.com/2015/07/01/usia-19-bulan-bocah-ini-mampu-memanjat-tanpa-pengaman
http://www.lindseymaemusic.com/watch/berhitung-kiki-@-lagu-anak-anak/view-video/6968785a3947387578446f.html
https://beritagar.id/artikel/berita/ihwal-aksi-bocah-semarang-mengadang-motor-di-trotoar
http://health.liputan6.com/read/729817/ini-penyebab-anak-suka-tak-dengarkan-omongan-orangtua
Anak kecil saking lugunya jadi hebat hahahhahahha
BalasHapusHahahaa....iya, Bang, nas. langsung menyimpulkan begitu saja.
HapusBeda Zaman beda persepsi ..
BalasHapusIya, beda kebahagiaan dan beda kesedihananya juga. :D
HapusUntung saya tremasuk anak jaman dulu, gak pernah tahu yang namanya uplot video hubungan badan. Itu karena gapteknya kebangetan. Hahahahaha.....
BalasHapusUdah cocok jadi mentri pendidikan.
Mungkin saja kehidupan jaman dulu gak seindah jaman sekarang kali ya, bertopeng yang namanya perkembangan jaman. Harus bisa mengikuti kalau gak jadi ketinggalan. *Katanya...
Pak guru kayaknya mesti bekerja lebih keras lagi mendidik anak-anak zaman ini. :o
HapusIya. begitu. banyak hal-hal yangdipaksakan untuk mengikuti zaman. karena budaya pamer semakin mewabah, Pak.
Setujuuuu bang. Anak kecil hebat adalah anak yg bisa melakukan yg orang dewasa nggak bisa lakukan. Salut dengan anak pemberani yg ngalangin pengendara motor itu. :-bd
BalasHapusHahahahahaa vibrator yang kayak suara Rihanna maksudnya bang? Hahhahaa entah kenapa kalo ngomongin vibrator, aku jadi teringat Icha. :D Wkakaka *moga kamu ga baca Cha.
Wkwkwkwk.... salut untuk hal yang baik, sedih untuk hal sebaliknya. :D
HapusItu suara rihanna kan kayak ada getar-getarnya gitu.
Kayaknya kamu udah terkontaminasi ama pemikiran Icha, Ul...
Iya, bang... Ada. Ada orang-orang yang terkungkung begitu lama, harus hidup di bawah harapan orang lain. Kasian kan ya :')
BalasHapusBahkan masalah tentang "masih kecil" ini bukan hanya berlaku buat anak-anak, yak, bang. Wisudawan kan juga ada yang dapet predikat wisadawan termuda, toh? Dan banyak lagi lah predikat predikat lainnya~~~
Iya, Dar. Kesiannya lagi, yang mengungkung pun nggak tau kalo lagi mengungkung. :(
HapusIya. Itu juga, kalo ada predikat muda-nya pasti terlihat lebih wah. Gatau kenapa bisa begitu.
entah kenapa aku tetap sangat bersyukur dengan masa kecilku jaman dulu, gak perlu mikir untuk melakukan hal-hal hebat biar dibilang hebat, tapi tetap dapat pujian, sesekali.
BalasHapusTentang anak yang menghadang pengendara motor di trotoar, harusnya komentarnya gini, 'harusnya kita sebagai orang dewasa memberi contoh yang benar kepada anak kecil, ini malah terbalik'.
Berjuanglah anak-anak jaman sekarang! perjuanganmu berat, nak.
Hahaha... masa kecil yang... ... ... gajadi ah. *tetep ngakak*
HapusIyo, Wi, kan kemaren ada itu yangmraktikin juga,. Ada mbak-mbak di jakarta menghadang beberapa motor. Tapi udah gak keren sih aku ngeliatnya.
Baca blog ini memang menambah wawasan dan pandangan.
BalasHapusOia bang tentang anak yang menghentikan pengendara di trotoar bagi gue lebih cocok itu adalah wujud kepedulian, bukan pemberani. Kebanyakan orang dewasa enggan menegur karena enggak peduli karena itu enggak ngefek sama dia. Atau mungkin dia berkaca sebagai pejalan kaki dia juga pernah jalan berlima dipinggie jalan tapi bershaf yang bikin pengendara mengumpat...
Iya. Banyak yang peduli, tapi masih takut. Untuk itulah diperlukan keberanian, dan anak kecil itu udah menunjukkan kalo peduli aja nggak cukup.
HapusHahaha... yang itu nyebelin sih. bersaf-saf gitu kayak sengaja ngalangin jalan. Ada kejadian pengendara kesel dan nabrakin itu saf-saf sih.
Anak kecil yang hebat adalah anak yang sudah bisa melakukan apa yang orang dewasa lakukan, berarti anak kecil bisa bikin anak kecil sendiri dong, eh?
BalasHapusPernah baca di blog seseorang kalau anak kecil jaman sekarang materialistis, masa pergaulannya udah ditentukan lewat dia diantar pake mobil apa. Kalo mobilnya jelek gak boleh main bareng.
Iya, itu yang jadi penarikan kesimpulan anak sekarang. kan hebat ya kalo maish kecil udah bisa bikin anak kecil... :(
HapusWa wa waaa... di deket kampusku ada itu yang begitu. Sampe gamau sekolah dia kalo gak dianterin pake mobil, padahal rumahnya deket sekolahan.
Hwaaaah, hebat banget itu anak kecil bisa manjat tebing. Lah, gue aja nggak berani di ketingggian. :((
BalasHapusYang berani itu si Daffa. Keren banget deh, bang. Gue aja yang udah mau 17 tahun nggak pernah berani buat negur karena udah kebayang bakal dibentak-bentak sama pelanggar.
Nggak tau sih keren apa nggak. tergantung orang yang ngeliat sih. Ada juga yang ngeliatnya sebagai tindakan gajelas. "ada tangga, kok masih manjat-manjat"
HapusKeren menurutmu,ngeselin buat pemotor. Moga tindakannya dia membuat orang-orang sadar. takutnya malah menimbulkan sosok pahlawan cari tenar lainnya. sok-sokan ngadang motor biar diliput. :(
Ngebandinginnya kejauhan bang haha masa iya ngebandinginnya tahun 1545 ? Itu kan jamannya Kerajaan Demak, bukan fesbuk X) ya ampun..
BalasHapusHaha tapi bener juga ya bang, anak-anak itu melakukan sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh orang dewasa karena logika mereka belum terbentuk sepenuhnya. Kalo orang dewasa kan sudah ada logika penolakan, misalnya gini sebelum makan malam pas tengah malam pasti akan berpikiran "Kalo aku makan sekarang, ntar gendut, kalo gendut ntar dia ilfeel sama aku, kalo gendut aku jadi gak cantik/ganteng lagi, tapi kalo gak makan aku kelaperan, tapi kalo makan aku gendut" yang ada jadinya malah ketiduran sampai pagi..
Tapi beda sama anak-anak, jam berapa pun mereka lapar yg pasti dia makan, seolah2 logika mereka menjawab (kalo kasarnya begini) "persetan dengan gendut, perutku lapar. Gendut? bodo amat!"hahaha
Jadi logika anak kecil itu belum terkontaminasi dgn logika-logika yg terlalu banyak pikiran dan pertimbangan, logika anak kecil itu ya HAJAR DULU BLEH!
Kali aja di demak ada dinding buat pamer bang, Fan~
HapusIya bnag Fan.Masih cetek istilahnya, asal ngerasa itu benar ya dilakuin. ga ngeliat aspek lanjutannya lagi.
Hahahaha.... kita semua yang membentuk mereka memiliki sikap begitu. kayak waktu jatuh saat latihan jalan, lantainya yang dipukul, padahal lantainya gak ngelakuin apa-apa.
Hahahahahahahaha. Endingnya nggak nahan buat ngakak. Mood booster deh ini postingan.
BalasHapusTrus jenius banget jawaban dari anak di poin pertama itu, Haw. Itu juga karena anak kecil itu kelewat jujur dan polos gitu ya. Tapi kayaknya Papanya nggak bakal bilang anaknya itu jenius, malah bilang, "Punya anak bego banget sih, jadi ketahuan kan!" Eh Astagfirullah. Kasae banget ya kata-katanya :'D
Jadi ingat sama para ponakanku nih. Pada hobi main gejet. Pada takut nyoba hal-hal baru. Tunggu orangtuanya ngijinin dulu baru deh berani. Ponakanku pada takut salah. Padahal kan seru ya ngelihat anak kecil nyoba segala sesuatu. Nyoba gambar kek misalnya. Ponakanku, Tasya, biasanya nanya ke Mamanya, "Ma, kalau mau gambar atap rumah garisnya sampe mana?" Trus Mamanya kesel karena ditanyain terus. Jadinya malah bilang, "Ini Tasya nggak bakat ngegambar deh."Akhirnya setelah divonis gitu, Tasya jadi nggak mau gambar lagi. Dia takut salah. Eh ini nyambung nggak sih sama postingan ini :(
Moodbooster? kamu lagi bimbang, cha? O.O
HapusHahahaha... mereka hanya ingin menjadi anak hebat dengan memberitahu segala jawaban. masalah dipukul ama bapaknya itu belakangan.
Tuh kaaannn... anaknya langsung ngambek dan gamau gambar lagi. padahal kan masih kecil, baru juga belajar dan berlatih. :(
Sumpah, gue bingung mau komen apaan ini. Udah pada dikomentarin semua.
BalasHapusNah, kadang pencarian bakat pada anak ini suka bikin minder orang dewasa.
Tahun 1545 aja Mark belum lahir, Haw. :(
Tumben Yog lu bingung mau komen apaan. Komen-komen aja, bebas mau ngomongin apaan, Yog.
HapusTapi fesbuk bisa jadi udah ada dalam bentuk prasasti~