Rencana Pembalasan untuk Pengamen

Assalamu’alaikum....

Mungkin memang menjadi kebiasaan orang pada umumnya bahwa waktu sore merupakan waktu yang sangat nyaman untuk bersantai dan menikmati udara luar.
Pada waktu sore, biasanya, taman kota akan mulai dipenuhi manusia yang berasal dari mana-mana. 

Untuk menanggapi orang-orang yang bersantai tersebut, banyak penjual minuman maupun makanan yang berjualan di sekitar taman tersebut. Tak mau kalah, para pengamen pun ikut meramaikan suasana. Dengan alat yang seadanya, tampang seadanya, pakaian seadanya, suara seadanya dan ditambah sedikit merica, daun bawang, lengkuas lalu ditumbuk halus.... *hah?*

Nggak, itu tadi tulisan yang saia baca di buku resep memasak, yang benar dengan bermodalkan ‘seadanya’ pengamen tersebut melancarkan aksinya. Para pendengar pun mendengarkan apa yang mereka dengarkan dengan pendengaran seadanya mendengarkan suara yang terdengar seadanya walau kedengarannya mirip suara tong yang tak mau didengarkan.

Maka dengan uang yang seadanya mereka memberikannya pada pengamen tersebut. Tentunya pengamen tersebut akan mencari pendengar lain dan berharap memperoleh lebih dari yang ada.

Bicara soal pengamen, saia pernah memperoleh pengalaman tidak baik dengan mereka. Kalo kita teliti, pengamen itu kan ada banyak dan ada beberapa tingkatan *kayak sekolah saja, pake tingkatan*
Iya, pengamen menurut bahasa adalah orang yang mencari uang dengan menawarkan jasa suara yang diiringi dengan melodi alat musik. Dari pengertian tersebut, dapat kita ketahui tingkatan pengamen yaitu:

hawadis howhaw
-Pengamen elit, pengamen ini wilayah pencariannya adalah di panggung2 atau di acara yang besar. (konser istilahnya)

hawadis howhaw
-Pengamen menengah, pengamen ini wilayah pencariannya adalah di cafe2 atau di tempat resepsi pernikahan.

hawadis howhaw
-Pengamen dasar, pengamen ini wilayah pencariannya adalah di tempat transportasi umum, mereka menaiki bus, kereta api, deelel secara gratis dari titik A sampai titik B dan menaiki kendaraan lain lagi dari titik B ke titik A kembali.

hawadis howhaw
- Pengamen kecil, pengamen ini merupakan pengamen yang bisa ditemui di tempat-tempat umum seperti warung makan, warung kopi, warung bakso, taman, jalan.....

Nah, pengamen yang mengalami pengalaman buruk dengan saia adalah pengamen kecil. Jadi waktu itu, saat sore, saia sedang pergi ke taman kota, saia duduk menikmatil pemandangan sekitar seperti biasa kalo saia ke taman itu. Di dekat saia duduk ada dua orang anak kecil seumuran anak esempe yang bersenda gurau. Nah, tiba2 muncullah pengamen yang usianya seumuran saia, tapi tidak seganteng saia *hooekks.. (dua anak esempe tadi muntah)* dengan suara yang terkesan dipaksakan dia menyanyi seolah suaranya dinikmati pendengar, padahal dua anak esempe tadi saja enggan memandangnya. 

Cukup lama juga dia menyanyi karena saia maupun dua anak esempe tadi tak mau memberinya uang. Dia menyanyi dengan lebih keras yang tak ayal suaranya menyiksa telinga kami. Dengan penuh paksaan dan insting tak mau mendengar suara pengamen tersebut, dua anak esempe tadi memberinya uang seribu rupiah. saia? Tetap ga memberinya #uang saia tinggal seribu, itu pun untuk parkir. Eh, sambil pergi dia bilang,” hemh... kalah ame budak kecik bang.”

Whaatt.... begitukah sikap para pemuda di Indonesia tercinta ini? Yang apabila keinginannya tidak didapati langsung mengeluarkan kata menyinggung, mencibir dan memaki? yang menginginkan kesadaran orang lain tanpa dia sadar akan diri sendiri?
Bung, anda itu pengamen, bukan preman yang memaksa jika tidak diberi. Sama seperti penjual barang lain yang ketika mereka menawarkan barang trus tak ada yang membeli, ya bersabar dan koreksi diri, bukannya mencibir!

Setelah itu, saia menceritakan sang pengamen tadi pada teman2 saia dan orang kenalan saia di taman tersebut. Keesokannya kami berencana membalas pengamen tadi. *apa? Kalian akan memukulinya?* nggak, kami hanya bermaksud memberi pelajaran... heheheh.... #senyum setan dalam film kartun....

Ketika saia dan teman2 sudah sampai di taman kami mulai menyiapkan jebakan. Saia berpura2 menjadi penjual buah2an, teman (T1) saia yang satu menjadi penjual arum manis (rambut nyonya kata orang sini), dan teman saia yang satu lagi (T2) berpura2 jadi pengamen (eh ga, dia pengamen beneran kok, kenalan saia)hehehe..

Setelah semua siap dan rencana diatur, kami langsung mencari pengamen kemarin, yang ternyata hari itu dia dan temen2nya membuka lapak tebak2 (tebak2 dimana biji semangka yang ditutupi tutup botol).
*Oh, jadi dia juga melakukan aksi menipu ini ya....* (orang yang mengikuti permainan tebak2 biji tersebut, 99% pasti kalah)

Teman saia (T2) menyuruh anak kecil kenalannya supaya duduk di samping pengamen kemarin yang terlihat sibuk mengajak korbannya untuk ikut bermain tebak2. Pertama2 saia yang mendekat menawarkan buah2an, anak kecil suruhan kami membeli, saia tawarkan pada pengamen kemarin, dia tidak membeli (dendam kali,hehehe... sama) sambil pergi saia bilang dengan lirih tapi terdengar,”kalah ame budak kecik, mereke jak mau beli”.

Selanjutnya teman saia (T1) mendekat, menawarkan arum manis, dan kejadiannya sama seperti yang saia alami. Sebelum pergi pun teman saia bilang,” Kalah ame budak kecik, mereke jak bise beli.”

Terakhir teman saia yang jadi pengamen mendekat, setelah selesai menyanyi ternyata kejadiannya sama seperti saia, pengamen kemarin tidak memberinya uang. Sebelum pergi teman saia bilang, ”Kalah ame budak kecik bang...”

Setelah itu anak kecil yang kami suruh tadi berdialog (sesuai yang kami ajarkan),
“Pengamen tadi suaranya bagus ya? Coba ikut Idol jak, pasti menang.”

“Aok (iya,red), Ndak kayak pengamen kemarin, udah suaranya tak bagos, tak mau pergi agik kalo tak dikasi....” 

Terus anak yang kami suruh tadi pergi.
(pengamen kemaren hanya pengamen yang saia ceritakan, karena sejak saia duduk di taman sampai saia pergi, hanya dia yang mengamen)

Dari kejauhan kami lihat raut mukanya, terlihat memerah. Entah malu, entah marah. Sepertinya kami keterlaluan. Tapi senang...hehehehe.....

Ya, yang jelas, dalam menjual barang, menjual jasa atau menjual apapun tak semua akan sesuai harapan, konsumen akan melihat mutu dan kualitas. Jika mereka tak memberi/membeli, koreksi diri apa yang kurang dan tetap bersabar. Karena kalo tak sabar, ruginya tiga, tak dapat konsumen, dosa mencibir, dan tak akan mendapat konsumen lain yang mendengar cerita konsumen pertama.

Ngamen di persimpangan, Konser lewat nyanyian
Sekadar... cari uang, buat nambah beli minuman...
Katanya ini zaman pembangunan
Tapi dimana2 banyak pengangguran
Katanya ini zaman reformasi
Tapi dimana2 banyak yang korupsi
Ini salah siapa, ini dosa siapa
Mari kita tanyakan pada bapak wali kota
Apa itu teh botol?
TEHnologi BOdoh dan TOLol
Salam dari kami...Pengamen jalanan
Salam dari kami...untuk pemimpin masa depan...
(lirik lagu pengamen)
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Rencana Pembalasan untuk Pengamen Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

0 Comments:

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~