Mencintailah Seperti Perokok

Assalamu’alaikum…

Rokok merupakan lintingan tembakau dengan kertas yang dinikmati dengan cara dihisap setelah ujungnya dibakar. Saya memang belom pernah merokok, atau lebih tepatnya tidak sampai menikmati candunya merokok. Sebab, semasa kecil, waktu pertama kali mendapat kesempatan mencoba rokok, saya malah dapat pecutan setelah dilaporkan teman. Pecut (cambuk) beneran yang biasa dipake buat mecut kuda atau sapi itu.

rokok
1) Merokok

Yang mecut tentu saja bapak saya sendiri yang orangnya perokok berat. Beliau merokok terus, tapi ngelarang orang ngerokok. Kalo pake logika netizen, hal tersebut pasti sudah jadi kecaman. Karena bagi mereka, gak boleh melarang hal buruk kalo belum jadi baik dan pamerkanlah perbuatan tercela karena itu merupakan bagian dari open minded supaya nggak jadi munafik. Pabu!

Mendingan jadi munafik lah. Aib disimpen sendiri, dosanya karena perbuatan sendiri. Pamer perbuatan buruk biar pada ngikut, ya, ternak dosa namanya.

Baca juga: Lebih Baik Jadi Orang Munafik

Balik ke rokok lagi, walopun para perokok itu tahu bahwa merokok merupakan perbuatan yang tidak baik, tapi mereka tetap enggan menjauhinya. Candu. Sehingga semua cara dan alasan mereka utarakan untuk terus menikmati tiap sesapannya. Bukankah itu semacam tindakan mencintai yang sebenar-benarnya?

Cinta sang perokok
Seorang pencinta akan selalu berusaha agar dirinya bisa terus dekat dengan yang dicintainya. Dia akan rela melakukan atau mengorbankan apa-apa yang dia miliki demi mendapatkan kecintaannya tersebut. Perokok, juga selalu melakukan hal yang sama. Mereka rela melakukan apa pun agar bisa merokok. Kalo kita sebagai orang yang tidak merokok, saat kondisi keuangan lagi kosong-kosongnya, ya, kita bisa terima-terima saja keadaan demikian. Pokoknya masih bisa makan lah.

Namun, bagi perokok, dia nggak akan bisa. Harus ada lebihnya untuk beli rokok. Sehingga usaha yang mereka lakukan pun bisa di atas yang nggak merokok. Pengecap mereka terasa asam kalo sehabis makan tidak merokok. Mau sebat dulu.


rokok
2) Sebat dulu~

Malahan, kalo harus memilih antara makanan atau rokok, mereka akan lebih menguataman rokok. Makanya kalo kita survei bapak-bapak di pos ronda saat bulan puasa tentang menu buka puasanya, mereka yang perokok akan menjawab, “Kalo gua, yang penting minum dan ngerokok.” Kurang sejati apa coba kecintaanya? Bahkan kebutuhan pokok kalah dalam hal prioritas.

Perokok memenuhi tiga syarat penting dalam mencinta
Yang pertama, tidak terpengaruh perkataan orang lain. Kalo kita mencintai sesuatu, ya, memang harusnya kecintaan tersebut muncul dari dalam diri. Bukan karena pengaruh ucapan-ucapan orang lain. Sehingga, saat orang lain mulai mengubah persepsi dan menganggap buruk apa yang sebelumnya mereka bagus-baguskan itu, kecintaan kita tidak tergoyahkan.

Sudah banyak orang yang bilang kalo rokok itu tidak baik dalam segala hal. Namun, apa perokok peduli dengan ucapan tersebut? Nggak. Mencintai memang harusnya demikian. Tak peduli sebanyak apa pun kalimat buruk yang mereka lontarkan tentang hal yang kita cinta, kita hanya perlu menanggapinya dengan, “Oh.”, dan melupakan ucapannya.

Kedua, tidak pernah merasa bosan. Ketika sudah memantapkan diri untuk mencinta, itu sudah sepaket dengan keterangan jangka waktu yang lama. Sehingga yang diperlukan adalah sikap tidak mudah bosan. Bayangkan saja, kita akan terus bersama dengan hal itu-itu saja. Dalam sehari, perokok bisa merokok lebih dari 8 kali. Tanpa libur dalam seminggu, sebulan penuh, dan bertahun-tahun. Tak ada bosan di sana.

Lalu yang ketiga, rindunya selalu mengembang. Agar tidak bosan, tentu rasa rindu harus bisa dimunculkan. Merasa hampa kalo berjauhan. Perokok juga demikian. Saat bepergian dan rokoknya ketinggalan, di mana-mana tak bisa menemukan. Dia jadi gelisah nggak tenang.


rokok
3) Penuh cinta

Perokok mempunyai alasan mencintai yang kuat
Tentu saja tiap hal perlu alasan. Apa pun itu, apa lagi dalam mencinta. Karena alasanlah yang bisa menguatkan tekad seseorang. Makanya, kalo ada yang bilang dia mencintai tanpa alasan, jangan heran kalo dia bisa pergi tanpa ada alasan pula. Bahkan alasan yang dimiliki harus bisa menjawab sindiran orang lain yang meragukan dan meningkatkan kualitas diri.

Seperti orang yang meragukan sabda nabi yang menganjurkan untuk tidur miring ke kanan. Padahal, secara medis, kita lebih baik tidur miring ke kiri, sehingga tubuh akan lebih rileks dan tidurnya lebih nyenyak. Walo kualitas tidur jadi berkurang, bukan berarti anjuran tidur miring ke kanan tersebut tak ada alasannya.

Suatu ketika nabi pernah dapat teguran karena tidur nyenyak, “Wahai orang yang berselimut….” ayat yang itulah. Lalu disuruh untuk salat malam. Tidur miring ke kanan, memang jadi nggak mudah nyenyak, tapi emang itu tujuannya. Agar bisa mudah bangun di sepertiga malam. Kalo sampai terlalu nyenyak, bisa bablas ketemu pagi.

Semacam itu alasan para pencinta. Akan selalu menemukan hal baik dari berbagai aspek. Para perokok pun demikian. Mereka punya alasan-alasan di berbagai aspek, sehingga kecintaannya pada rokok tak pernah memudar.

Jadi makin religius
Di bungkus rokok semuanya tertulis bahwa kalo merokok bisa membunuhmu. Bagi orang yang percaya tentang ketuhanan, kematian itu datangnya dari Tuhan. Kalo Tuhan tidak menghendaki, ya, nggak bakal mati dulu. Namun, kalo sudah berkehendak, makan es bubble juga bisa bikin meninggal.

Peduli dengan keuangan negara
Tak hanya memikirkan dirinya, orang lain juga dipikirkan sembari terus mencinta. Alasan yang banyak diungkapkan di mana-mana untuk menjaga keberlangsungan suatu usaha yaitu “kalo tutup, keluarga pegawainya mau dikasi makan apa?” Walo jika usahanya lanjut terus akan berimbas pada banyak warga lain yang mati atau lingkungan hancur, semisal pada tambang, itu kan gak penting, ya. Pokoknya keluarga pegawainya bisa makan.

Baca juga: Diary Sang Zombiegaret

Nah, perokok juga peduli dengan orang lain tersebut. Kalo sampai mereka berhenti, perusahaan rokok tutup, pendapatan cukai negara bisa berkurang, anggaran pembangunan makin kecil. Belum lagi nasib pegawai yang mendadak hilang pekerjaan, keluarganya mau makan apa? Juga nasib penerima beasiswa. Bisa-bisa negara kehilangan pemuda berprestasinya.

Peduli keragaman kuliner
Walo bernaung di wilayah satu negara, diikat oleh persatuan, tapi keragaman tak boleh dihilangkan. Karena keragaman merupakan bentuk dari kekayaan. Termasuk juga kekayaan dalam hal kuliner. Peran perokok dalam kuliner memangnya apa?

Apa kalian pernah melihat gambar foto paru-paru perokok dan yang tidak? Berikut fotonya.
rokok
4) Paru-paru perokok

Yang nggak merokok, paru-parunya merah dan segar. Sedangkan paru-paru perokok terlihat hitam seperti terbakar. Apakah lalu membuktikan bahwa merokok itu tidak baik? Nggak juga. Karena mereka justru memikirkan nasib minoritas. Asal kalian tahu saja, ternyata, tidak semua ulat belatung itu suka makan paru-paru yang rare. Ada juga belatung yang suka makan paru-paru yang medium-well.

Akhir kata,
Saya tahu kamu sangat tidak suka dengan asap rokok, tidak suka dengan perokok, tapi tenang saja, di artikel ini saya bukan menyarankan untuk mencari pasangan seorang perokok yang kecintaannya besar. Karena itu sia-sia. Kecintaan mereka mutlak untuk rokok, untuk apa mendekati kalo sudah pasti jadi yang nomor dua. Bukan juga sebagai bentuk  minta izin untuk ikutan merokok. Kata guru saya, kita bisa mengambil pelajaran dari apa-apa yang kita benci.

Bukan untuk menyukai perokoknya, tapi belajar tentang cara mereka mencintai. Saya akan mulai mencintaimu sebagaimana para perokok. Karena memang sudah kejadian, sehari tanpa kehadiranmu, waktu yang berlalu terasa kecut. Asem. Mau sambat dulu.


Sumber gambar:
1) https://www.dream.co.id/fresh/bahaya-merokok-ketika-berbuka-puasa-190507h.html
2) https://1cak.com/1622589
3) https://www.popbela.com/relationship/dating/didy/cute-banget-seri-ilustrasi-ini-mengingatkan-kita-bahwa-cinta-itu-sederhana
4) https://instagram,com/science_and_food
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Mencintailah Seperti Perokok Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

3 komentar:

  1. Saya termasuk benci sama rokok, tapi masih menerima para perokok. Selama mereka enggak merokok di dekat saya dalam radius 3 meter, lebih-lebih mengembuskan asapnya ke saya mah santai. Cuma ya, kebanyakan yang saya lihat pada enggak tahu diri. Merokok di tempat umum seenaknya, padahal udah disediakan tempat khususnya. Apalagi yang sambil berkendara. Baranya kan bisa kena mata orang euy~

    Rokok emang penyumbang uang terbesar bagi negara, ya. Tanpa ada rokok, acara-acara olahraga itu kayaknya akan sulit bisa meriah. Beruntung juga tuh para atletnya enggak disuruh mengiklankan sekaligus ikutan merokok. Bakalan bahaya. Wahaha.

    Hmm, analisis soal perokok aja bisa buat gombal. Anjirlah. Kan saya jadi pengin coba buat tulisan begini juga. Tapi belum ada yang bisa digombalin. Jadi, enggak usahlah. Wqwq.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Yog. Gue juga gak suka kalau ada yang ngerokok di dekat gue. Biasanya gue akan menyuruh mereka menjauh secara halus dengan ngibas-ngibasin tangan. Cuma kadang ada yang rese, bukannya menjauh malah makin ngarahin asapnya ke muka gue. Hahaha.

      Hapus
    2. Smua perokok kayaknya akan melakukan hal yang sama seperti temennya Firman, asal udah deket. Kalo gak deket atau gak kenal, ngedumel dalam ati doang. gak bakal matiin mereka.


      Itu antara taktik bisnis rokok atau emang pengurus atlit/olahraga nasionalnya emang gak ada yang bener.


      Ngegomabl mah gak perlu ada tujuan atau target realnya, pura2 dengan kata "kamu" aja juga bisa Yog. Lagian, itu temen deket perempuanmu juga bisa~

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~