Kenapa Manusia Sangat Suka Menghujat Orang Lain?

Assalamu’alaikum…

Keseharian di media sosial saat ini sungguh mengkhawatirkan, terlebih karena menjelang pemilihan presiden Republik Indonesia. Sangat gampang mengeluarkan kata dan kalimat yang mengandung hujatan terhadap orang lain. Tidak menemukan kesalahan dalam balasan orang yang dihujatnya, dicari di tab “likes”-nya, kali-kali ada video “pemersatu”. 

hujat
1) Gampang menghujat

Nggak ketemu juga, dicari kesalahan dalam postingannya bertahun-tahun lalu. Seolah masa lalunya itu udah valid menunjukkan kebodohan, dengan melupakan bahwa di masa yang lebih lalu lagi kita semua bahkan belom bisa membaca. Lagian, orang kan dituntut untuk menjadi lebih baik, sekalinya sudah baik, kenapa harus disinggung lagi tentang keburukannya di masa lalu? Keinginan seseorang agar bisa menghujat kenapa bisa sebegitu tingginya, sih?

Kita semua tahu, menghujat, menghina, atau mencela itu merupakan perbuatan tidak baik. Masuk daftar kata kerja negatif. Namun, kenapa malah banyak orang yang sangat menyukai perbuatan tersebut? Ini perlu ditelusuri dengan terperinci.

Apa yang dimaksud dengan hujat?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hujat berarti cela, hina, fitnah. Menghujat artinya tindakan mencela, menghina atau memfitnah orang lain. Dalam suatu hujatan, orang yang jadi korban akan merasa dirinya hina dan tercela di mata orang lain. Terjadinya hujatan atau celaan tidaklah selalu karena orang yang dicela memang melakukan perbuatan salah, melainkan juga karena tindakannya dianggap berbeda dan rendah di mata banyak orang.

Misalnya seperti kehebohan harapan orang yang mau menikah dengan biaya di bawah sejuta itu. Semuanya mencela. Padahal apa salahnya? Urusan kita juga bukan. Dianya juga bukan mau menikahi keluarga kita, masalah mahar dan pesta-pestaan itu, kan, kesepakan kedua belah pihak. Toh kalo emang calonnya dia nggak mau juga bakal selesai. Kenapa harus dihujat?

Katanya, biaya bersalin aja jauh lebih mahal dari itu. Ya, terus? Kan, itu buat nikah. Bukan buat bersalin. Kalo bersalin, ya, biayanya juga beda lagi kan. Bahkan kalo dilihat dari teori keuangan dan dibanding dengan yang pernikahannya mewah, profitnya lebih besar yang nikahnya biasa aja itu. Biaya di bawah 1jt, undangannya hanya keluarga dekat dan teman dekat, amplopnya bisa nyentuh 5 kali lipatnya, loh.

Lalu lihat yang menikahnya mewah dan bagi-bagi iPhone, kira-kira, undangan yang hadir akan bawa amplop lebih besar dari harga iPhone dan rata-rata biaya lainnya tidak? Nggak. Namun apa keduanya salah? Juga nggak. Itu emang kemauan kedua pihak yang melangsungkan. Kenapa harus dihujat?


hujat
2) Nikah mewah

Terus ada juga yang mengadakan seminar dan ternyata yang datang hanya sedikit. Dihujat lagi. Dikatain, lalu dibandingkan dengan seminar orang lain yang penontonnya banyak. Bangga berkata kalo yang nonton banyak, pasti lebih bagus dan lebih baik. Hei, subuh-subuh itu diskotik jauh lebih rame dari masjid, loh. Tak ada sesuatu yang sebenarnya bisa dihujat di sana, isi seminarnya juga tentang hal yang tidak menciptakan pembodohan, tapi kenapa manusia senang sekali menghujat?

Manusia terbuat dari tanah yang sejak dulu dianggap hina, bahkan oleh iblis
Apa hubungannya? Ada. Manusia itu makhluk hina, kan, kata para ustaz? Manusia itu hina. Hina itu kata lain dari hujat. Jadi, ya, wajar-wajar aja kalo ngehujat, kan, ya? Nggak, sih. Namun, karena tercipta dari tanahlah, makanya ketika kena hujat, bisa menciptakan efek candu bagi pelakunya. Kok, bisa?

Ketika ada manusia kena hujat, dianggap sudah terhina, maka makin banyak orang yang akan menganggapnya begitu. Seolah setelah dihujat, manusia yang jadi korban hujatan itu akan mengeluarkan suatu aroma yang bisa dicium oleh orang lain. “Ini kan yang ngelakuin itu, kan, ya? Hahaha, goblok.”

Ada suatu kepuasan ketika memberi hujatan kepada manusia lainnya. Suatu kepuasan yang membuat diri merasa tenang. Karena membuat diri yakin bahwa ada yang lebih buruk dari dirinya sendiri.


hujat
3) Bersyukur karena ada yang lebih tidak beruntung, itu termasuk melangit kan?

Coba kita lihat dulu orang yang nggak kena hujat
Sama-sama manusia yang terbuat dari tanah, sama-sama muka standar, tapi dia nggak ada kena apa-apa. Dikenal juga nggak. Lalu di kursi sebelahnya ada orang yang abis kena hujat, mana yang akan mengambil perhatian kita? Satunya duduk biasa aja. Satunya duduk biasa tapi abis dikatain ini itu dan diketawain. Tentu yang habis kena hujat, kan, yang paling menarik perhatian.

Ini menunjukkan bahwa secara alamiah manusia itu memang suka dan tertarik dengan keadaan manusia lainnya setelah kena hujat. Manusia itu terbuat dari tanah. Bukankah hampir semua orang sangat menyukai “bau” tanah sehabis hujat, kan? Apa itu nyebutnya? Petrikor.



Iya. Maap.



Sumber gambar:
1) https://www.inovasee.com/mengapa-seseorang-menghujat-45870/
2) http://jabar.tribunnews.com/2016/11/21/netizen-heboh-pernikahan-orang-kaya-di-indonesia-beri-hadiah-mobil-hingga-apartemen-pada-tamu?page=all
3) http://anekadpbbm.blogspot.com/2014/12/gambar-dp-bbm-islami.html
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Kenapa Manusia Sangat Suka Menghujat Orang Lain? Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

11 komentar:

  1. Balasan
    1. Bangkai ikan dan belalang halal hukumnya kalo dimakan.

      Hapus
    2. Oh, itu hujatan yak. Kubelum bakat berpikir buruk ternyata.

      Hapus
  2. Makasih sudah mewakilkan kegelisahan saya, Haw. Kadang saya pikir orang-orang yang bahas nikah low budget itu cuma pengin dapat retwit. Saya tahu, mungkin itu terlihat kurang layak atau membayangkan kira-kira gimana kehidupan mereka ke depannya. Tapi ya, tetap aja itu urusan mereka. Hidup kita sendiri kadang belum bagus buat dijalani. Kok segala ingin membetulkan hidup orang lain. Netizen kita ini terlalu ribet sama masalah orang lain. Mungkin betul analisamu itu, kita pengin menghujat agar merasa lebih tinggi derajatnya dari orang lain. Hahaha.

    Emang diskotik tutup jam berapa, sih? Kirain sebelum Subuh udah beres maksiatnya. Saya belum pernah riset. Kalau mau membandingkannya dengan bela agama yang soal penistaan itu, saya rasa juga jauh banget. Melangkahkan kaki ke masjid dekat rumah rasanya berat. Protes ketika agamanya dilecehkan (katanya itu jihad) sampai jauh-jauh dan beda kota gitu sungguh mudah dan enteng.

    BalasHapus
    Balasan
    1. di pontianak, diskotk yang deket hotel garuda, tutupnya seabis subuh. pagi2 jam setengah 6 kalo lewat depan diskotiknya yang emang sejalur ama pasar tradisional kalo belanja pagi2, kita bisa liat mbak-mbak yang mukanya kucel, lipstiknya nggak rapi dan roknya sangat mini.

      saya malah karena nggak tahan ama fenomena hujat2an itu, akhirnya ngikut jejakmu Yog. Nggak buka medsos (twitter terutama) dalam jangka waktu yg belum ditentukan.

      Hapus
  3. Untunglh prinsip hidup saya banyakin ibadah dan berkarya, dapat pahala dapat duit. Orang yang doyan menghujat setiap hari dapat apaan coba? hihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sungguh prinsip yang perlu kami-kami ini tiru...

      Hapus
  4. kadang orang lain terlalu asik mengurusi hidup orang lain, karena hidupnya kurang asik.
    atau bawaan dari orangnya aja kali ya, mau mengurusii orang lain.

    sampai kapan pun hal ini akan selalu terjadi di masyarakat umum, tapi senggaknya kita yg tau hal itu bukanlah hal baik, ya mending enggak ditiru sifat buruk itu. bener kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. nggak tau kalo itu, Ji. Kalo ttg hidup2 asyik ya tujuannya asyik, ya, bener. pokoknya asyik. tapi kalo tujuannya bener, ya belom tentu dapet asyik. hasyeeekkk....

      iya, bener. setidaknya menurut kita.

      Hapus
  5. Balasan
    1. orang negara berflower istilahnya tahun sekarang.

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~