Masa Depan Yang Malah Ada Di Belakang


Assalamu’alaikum…

Nggak ada manusia yang menyukai kehilangan, terlebih kehilangan sesuatu yang sangat disukainya. Membuat kesal dan terus kepikiran. Seperti malam ini, saya kehilangan celana dan baju saya setelah dilaundry. Jadi kepikiran, ini kalo celana panjang yang lagi dipake udah kotor, entar kalo bepergian mau pake apaan? Mana dari kampung nggak bawa banyak celana panjang. Celana panjang yang lain malah udah nggak muat gegara perut yang mulai membuncit.

Sering sekali saya berkeinginan bisa berada di masa dengan bebas mencari pengganti pakaian atau barang tanpa perlu memikirkan keadaan finansial. Namun, sampai sekarang masih belum tiba di masa tersebut. Moga aja di hari depan yang nggak jauh-jauh amat. Amin.

masa depan

Kalo sudah kepikiran ama satu hal, biasanya akan merambat pada pikiran-pikiran lain yang sejenis. Misal yang dipikirkan adalah pertemuan bahagia yang akan terlaksana besok, maka selanjutnya akan disusul dengan pikiran bahagia juga, seperti pertama ketemu, jalan bersama, atau candaan ketika bertukar sapa.

Namun, kalo yang kepikiran adalah hal yang membuat kesal dan sedih, pikiran selanjutnya yang menyusul juga merupakan hal-hal yang membuat bingung. Tadi seabis kesal karena kepikiran ke mana hilangnya itu celana dan baju, saya kembali didatangi ama pikiran lama yang itu-itu lagi dan terus-terusan membuat bingung.

Yaitu pikiran tentang “masa depan itu sudah kita lewati belum, sih?”
Tentu saja belum, karena masa depan adalah masa yang ada di depan, kan? Dulu saya juga beranggapan demikian, tapi setelah mengamati berbagai hal tentang depan-depanan, saya mulai ragu dengan hal tersebut. Kalo berdasarkan lintasan, baik lintasan waktu maupun lintasan panjang (jarak), ada dua hal yang penting, awal dan akhir. Atau bisa juga disebut depan dan belakang.

Kita tentu sepakat kalo depan itu adanya di awal dan akhir itu adanya di belakang. Misalnya baca buku halaman depan, itu artinya halaman awal pada sebuah buku. Kalo halaman akhir, berarti halaman buku yang posisinya di bagian belakang. Iya, nggak?

Namun, gimana ceritanya masa depan itu ada di akhir?
Orang kalo menyebut masa depan, itu maksudnya masa yang belum dilewati kan? Masa di hari nanti, hari esok yang akan kita songsong. Padahal kalo masa belum dilewati, itu berarti ada di bagian akhir. Makanya sampai ada namanya hari akhir. Seperti lagi nonton film, itu bagian akhirnya di belakang, kalo nyebut bagian depan ya awal-awal film itu mulai. Jadi masa depan itu kudunya ada di awal. Namun, kalo di awal, harusnya kan udah dilewati.

Jangan-jangan masa depan itu sebenarnya adalah masa lalu. Makanya di dalam cerita yang mengandung teknologi masa depan, ada dikisahkan tentang mesin waktu yang menuju masa lalu. Itu mungkin mereka baru sadar kalo menuju masa depan itu seharusnya adalah menuju masa lalu. 

masa depan

Gara-gara depan yang ada di akhir itu juga, saya jadi makin bingung untuk menentukan apakah seseorang mengalami kemajuan atau tidak. Kita pasti sama-sama tahu bahwa orang pintar atau jenius itu adalah orang yang bisa berpikir jauh ke depan. Misal ada soal:

2 + 5 = …

Jawabannya 7. Udah saya hitung pake karburator. Orang yang biasa aja cuma mikirin yang di akhir atau jawaban yang ada di belakangnya doang. Namun, orang yang jenius akan memikirkan jauh ke depannya juga. Makanya kalo di kelasnya banyak murid pintar, soalnya akan diganti agar yang dipikirkan itu yang bagian depannya agar sedikit lebih sulit.

Misal: 2 + … = 7

Iya, kan? Malah kalo jenius banget, itu yang dipikirin malah lebih depan lagi. Kenapa ada kata “misal” yang diberi titik dua di depan soalnya? Lalu kenapa angkanya harus 2? Hal tersebut menunjukkan bahwa kejeniusan, kemajuan, kehebatan seseorang itu bisa dilihat dari apa yang di depan. Bukan dari apa yang di belakang. Sepakat aja, ya? Makanya orang yang lewat jalur depan itu dianggap benar, hebat dan yang melalui jalur belakang itu curang.

Semakin mikirin yang di depan, berarti semakin jenius dan semakin maju. Orang yang memikirkan masa depan, dianggap orang hebat yang siap dengan dunia. Perempuan yang dadanya makin ke depan, dikagumi banyak insan manusia. Om-om yang perutnya makin ke depan, jadi idola banyak wanita. Kemajuan memang berarti makin ke depan.

Baca juga: Makin Besar Makin Membuat Tertarik

Namun, pernah sekali saya melihat tetangga saya yang baru ketemu teman lamanya. Tetangga saya itu dulu orangnya kurus, saat ketemu teman lamanya, dia sudah semakin gemuk dan buncit. Waktu itu temannya berkomentar,

“Wah, ada kemajuan sekarang kamu, ya.”

Oke. Dia yang dulunya kurus, sekarang gemuk dan buncit. Memang ada kemajuan karena perutnya makin maju ke depan. Namun, di lain waktu, ketika tetangga saya itu rutin olahraga hingga perutnya rata, dia ketemu lagi ama temannya. Dikomentarin lagi,

“Wah, ada kemajuan sekarang, ya. Udah nggak buncit lagi.”

masa depan

Itu gimana maksudnya? Perutnya ke depan, dibilang kemajuan. Perutnya udah rata nggak ke depan lagi, tetap aja dibilang kemajuan. Padahal kan itu perutnya mundur, kenapa nggak bilang kemunduran? Bingung saya masalah depan-depanan ini.

Balik lagi ke masa depan dan hari akhir tadi
Posisi dalam urutan waktunya sama. Sama-sama ada di masa yang belum kita lewati atau datangi. Namun, namanya bertentangan. Satunya depan, satunya lagi dari mayora. Teman saya pernah menasihati untuk nggak usah dipikirin, nggak bakal bikin kaya juga, katanya. Iya memang, tapi gimana, ya, hal tersebut berpengaruh pada penilaian kita terhadap orang lain yang bisa jadi saat kita menilai itu merupakan saat memilih pasangan seumur hidup.

Kita disuruh memilih orang yang memikirkan masa depan kita. Sedangkan kalo berdasarkan julukannya, depan ya adanya di awal dan awal sudah kita lewati, udah berlalu. Apakah sebenarnya kita disuruh memilih orang yang fokus pada masa lalu kita? Kalo masa lalu kita isinya tentang kenakalan kita, berarti dia bakal liat kekurangan kita terus, dong? Bingung saya.

Ketika dua orang berseteru, mereka bertaruh sukses sambil berkata, “Kita lihat siapa nanti yang tertawa di akhir.” Tertawa di akhir itu maksudnya di masa depan kelak, kan? Padahal, depan itu harusnya di awal, belakang itu di akhir. Namun, gimana bisa akhir ada di depan, dan awal ada di belakang. Kalo lagunya Naff sih iya, akhirnya ada di depan.

A..khir..nya, kumenemukanmu
Saat hati i..ni.. Mulai meragu



Oh, ini semua tentang ke mana kita bergerak dan menghadap
Anggap kita berjalan dari A menuju C melalui B. A itu awal, ada di depan. C itu akhir, ada di belakang. Saat kita berada di B dan menghadap C, maka A yang tadinya depan akan berubah menjadi belakang, ya, di belakang kita. Karena kita menuju ke C, kita menghadap C, maka C yang berada di akhir atau berada di belakang itu akan menjadi depan bagi kita.

Sehingga, hari akhir dan masa depan itu walo namanya bertentangan secara bahasa, maksudnya sama saja. Harinya memang ada di akhir berdasarkan pergerakan waktu, tapi dilihat dari sudut pandang kita yang bergerak ke sana, hari itu ada di depan kita, makanya biasa disebut masa depan.

Yes, akhirnya udah nggak bingung lagi. Sehingga pikiran ini bisa dilarikan ke hal-hal yang membahagiakan. Ya, seperti mikirin kamu misal.
.
.
.
.
.
. . .tapi ini kok malah bingung lagi, ya? Iya, sih, hari akhir dan masa depan itu sama. Adanya di hari nanti. Namun, waktu nanti atau masa depan tersebut harusnya berbeda dengan masa sekarang. Karena masa sekarang adalah masa yang sedang dijalani. Posisinya cukup jauh dengan masa depan, terlebih hari akhir. Lalu ini gimana bisa dalam pikiran saya, masa sekarang dan masa depan berada di posisi yang sama dan berwujud kamu? Bingung saya.



Sumber gambar:
1) http://www.datdut.com/tip-kehilangan-barang/
2) https://tolakbigot.wordpress.com/2013/04/02/bagaimana-carany-membangun-mesin-waktu/
3) http://catatanpriaberkumis.blogspot.com/2014/05/six-pack-vs-buncit.html
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Masa Depan Yang Malah Ada Di Belakang Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

16 komentar:

  1. Satu lagi dari Mayora.
    Hahahaha...

    BalasHapus
  2. Tapi halaman awal sebuah buku isinya terkadang malah akhir dari cerita itu. :)

    Omong-omong soal masa depan, jadi keingetan kalimat "Masa depanmu adalah hari ini."
    Meskipun itu maksudnya buat motivasi, tapi orang-orang pun berpikir kalau masa depan tuh sama aja seperti setiap hari. Jadi nggak ada masa depan. Wqwq~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku apaan itu, Yog? Halaman awal isinya akhir cerita. Terus sisa halaman ke belakang isinya apa? Awal mulanya? Tapi kalo demikian, bukankah tetap saja akhir ceritanya akan berada di belakang?

      Kalo dari teori fisika sih, waktu itu sebenarnya nggak ada, kulupa lanjutan penjelasannya tapi. Intinya tentang cara kerja otak dan koordinasi mata. Jadi bisa iya, masa depan itu gak ada. Bingung lagi saya di sini.

      Hapus
    2. Macam bukunya Eka Kurniawan yang Lelaki Harimau. Itu akhir cerita. Halaman setelahnya menceritakan kenapa hal itu bisa terjadi. Iya sih, intinya tetep ada di belakang buku. Wq.

      Buku Iqra, Alquran, dan komik pun tetep awal mulanya ada di halaman depan, meskipun cara bacanya dari belakang atau kanan--yang mana beda dari buku biasanya. Haha.

      Waktu konon dibuat untuk memudahkan manusia. Tapi nyatanya, malah jadi susah ketika menghadapi tenggat. Bawaannya nggak tenang. :(

      Hapus
    3. Nah, kan.. tetep aja ada di belakang cerita akhirnya. xD

      Tapi kalo nggak dikasi waktu, kira-kira bakal makin mudah malah makin susah, Yog? Mungkin bukan waktu kali ya yang slaah, tapi yang menentukan batas buat seseorang.

      Hapus
  3. Usually, I never comment on blogs but your article is so convincing that I never stop myself to say something about it. You’re doing a great job Man. Best article I have ever read

    Keep it up!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya, saya juga nggak ngebales komen macam ini dan langsung masukin spam. Tapi karena gabut dan biar agak rame aja kolom komentarnya, yaudahlah.

      Keep it up keep it keep it uuuuppp... never say never~

      Hapus
  4. Ini permainan kata sih. Banyak jebakannya. Harus baca pelan-pelan (dan kalau ada bagian yang bingung langsung baca ulang jangan lanjut dulu). Gue beberapa kali mundur kalimat. Haha. Keren, Haw!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sesungguhnya semalem saya nulisnya karena beneran lagi kesel dan pusing. Celana baru dipake dua kali udah ilang aja. Gak ada niatan jebakan2 atau apa.. xD

      Hapus
  5. Coba ganti aja masa depan jadi masa yang akan datang. Udah kelar tuh urusan wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo diganti masa yang akan datang, itu sih kewajibanmu lah, Don. Menjadi tanggunganmu terhadap nusa~

      Hapus
  6. Gue kok malah nangkapnya konteks yang saling berseberangan sengaja ditabrak-tabrakkan biar bikin bingung. Haw bangsat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari dulu emang begitu kan apa-apa yang ditulis di sini imank...

      xD

      Hapus
  7. wah, berarti spoiler ini masa sekarang dan masa depan di posisi yang sama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, wi. Misal kamu lagi duduk berdua gitu ama pasanganmu. Pasangan itu kan dianggap masa depan, jadi dia masa depanmu. Jadi kalo diungkapkan dalam kalimat, "Sekarang, aku lagi bersama dengan masa depanku." Yang kayak gitu. Pernah ngalami nggak, Wi?

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~