Lebih Baik Menjadi Orang yang Munafik

Assalamu’alaikum...

Menjadi orang yang baik merupakan hal yang diinginkan dan dianjurkan oleh banyak orang. Namun, ketika seseorang malah melakukan tindakan yang tidak baik, dia malah mencari pembenaran dan menyalahkan orang lain. Padahal sikap tersebut malah semakin menjauhkan dari keinginannya semula.

Misalnya, ketahuan ngambil duit di kotak amal, dia bakal nyari objek lain buat disalah-salahin. “Itu pejabat ngambil uang rakyat kenapa kalian diamkan?” Atau mungkin ketahuan sedang bermain raba-raba, dia bakal berkilah, “Jangan sok suci deh, Lo. Kayak yang nggak pernah aja, jangan muna, deh.” Tiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, namun menggunakan alasan tersebut sebagai pembelaan diri agar dibebaskan dari kesalahan, merupakan tindakan yang salah. 

Tak hanya tentang melakukan kesalahan, saat melihat orang lain—yang dikenal bejat—melakukan dan mengajak berbuat baik, banyak orang yang mencibirnya. “Ngajak dan nyuruh orang berbuat baik, dia sendiri aja kelakuannya begitu.” Kenapa mesti dicibir? Salahkah kalo maling menyuruh jangan mencuri?

Banyak yang membenci orang munafik
Orang munafik adalah orang yang ucapannya tidak sesuai dengan tindakannya. Misal, ngakunya nggak cinta, padahal ngarep luar biasa. Dasar diriku. Di pergaulan sehari-hari, orang yang dianggap munafik adalah orang yang—di depan—ucapannya mengandung banyak kebaikan, tetapi—di belakang—tindakannya melahirkan umpatan. Atau yang penampilannya alim, tapi kelakuannya zalim.

howhaw
Yakin?
Seperti punya teman yang alim dalam keseharian. Suka ngasih nasihat-nasihat untuk berbuat baik. Tapi, ternyata tiap malem kerjaannya mabuk-mabukan. Maka si teman ini akan dicap munafik, dan jika menyampaikan kebaikan lagi, nggak bakal ada yang mau mendengarkan.

Karena hal tersebut, banyak orang yang kemudian memilih terang-terangan aja mengaku kalo dirinya nggak baik. Kemudian makin banyak yang ikutan, lama-lama mereka semakin bangga dengan perbuatan tidak baiknya. “Yang penting tidak munafik”, begitu kilahnya.

Padahal jadi orang munafik itu lebih baik
Ini pendapat pribadi saya aja sih. Kalo berbicara tentang munafik dan bangga maksiat, saya lebih menyukai orang munafik. Karena orang munafik adalah orang yang masih punya rasa malu. Dia suka bermaksiat, namun karena malu, dia memilih untuk bermuka dua.

Kalo kita punya aib, malu nggak jika ketahuan orang? Saya bakal malu, sih. Dan bakal menjaga agar orang lain tidak sampai mengetahuinya. Selain karena harga diri, juga agar nggak makin banyak yang ikutan.

Tapi ada loh orang yang dengan bangganya memamerkan aibnya. Misal, dengan bangganya mengatakan dirinya sudah melakukan hubungan di luar nikah. Memang dia nggak munafik, namun ketidakmunafikannya bisa merusak moral banyak orang. Kita pasti tahu, udah banyak orang yang melakukan perbuatan sepertinya. Namun, masih malu-malu untuk mengakui.

howhaw

Dengan adanya orang yang membanggakan aibnya tersebut, semakin banyak orang yang kemudian merasa banyak temannya. Karena banyak temannya, dia bakal terus melakukan. Yang sebelumnya tidak mau melakukan pun bakal jadi tertarik ikutan. Perasaan memiliki banyak teman memang bisa mendatangkan rasa aman. Namun, kalo merasa banyak teman dalam hal begituan, @MUWIMRAMIREZ bakalan sedih.

Coba kalo dia munafik, dia bakal merahasiakannya. Menutup aibnya dengan rapat. Nggak bakal merusak lebih banyak orang.

Dibanding yang membanggakan aib, bukankah munafik lebih baik?
Berdasarkan ajaran moral dan agama, melakukan perbuatan maksiat udah pasti berdosa. Berbuat baik yang dibangga-banggakan juga dianggap perbuatan tercela. Jadi, jika membanggakan perbuatan maksiat. Dosanya triple. Maksiatnya, sikap membangga-banggakan dirinya dan perbuatan orang lain yang ikutan karenanya.



Baca juga: Walo Kata Seleb Jangan Mikirin Bagus Jelek, Dalam Berkarya Harus Mikirin Akibatnya

Saya pernah dan masih punya teman seorang perokok, pemabuk, pemakai dan yang pernah ‘berhubungan’ bebas. Ketika kami ngumpul bareng, sikapnya biasa. Menganjurkan untuk menjaga ibadah dan melakukan perbuatan baik lainnya. Seolah saya dan teman lainnya nggak tahu perbuatannya kalo sedang tidak bersama. Iya, munafik.

Suatu kali, saya pernah menyindirnya tentang perbuatan buruknya tersebut, lalu mengandaikan bagaimana kalo saya juga ikutan. Dia sadar kalo kami tahu. Lalu dia berkata, “Aku tahu buruknya barang itu. Teman macam apa yang mau menjerumuskan teman baiknya untuk melakukan kesalahan yang sama?”

howhaw
Begitu pikir saya

Dia memang teman yang munafik. Menyuruh orang untuk berbuat baik, padahal dia sendiri berkelakuan buruk. Tapi saya menyukai orang sepertinya. Kalo saja dia tidak munafik, mungkin kami semua sudah ikutan karena ajakannya. Dan sepertinya saya lebih munafik. Mengaku teman baiknya, tapi membiarkan dia tetap melakukan perbuatan tercela.

Jadi, kalian lebih suka jadi orang yang membanggakan aib, atau menjadi orang yang munafik? 


NB: Ini hanya permainan kalimat dengan rumus perbandingan aja, kok. Karena yang lebih baik adalah jadi orang yang tidak membanggakan aib diri dan juga tidak munafik. Ketika ada dua hal buruk yang dibandingkan, salah satunya pasti akan terlihat baik. Dan jika ada dua hal baik yang dibandingkan, salah satunya akan dianggap buruk. Padahal sama baiknya. Seperti lebih baik mana antara menghafal atau memahami. Jadi, jangan suka membanding-bandingkan, ya.



Sumber gambar:
https://ask.fm/achiisumirat/best 
https://berandamadina.wordpress.com/category/al-milal-wan-nihal-akidah-aliran-pemikiran-dan-ideologi/page/2/
https://katarayuan.com/2014/10/21/kata-kata-sindiran-buat-cowo-pemabuk/
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Lebih Baik Menjadi Orang yang Munafik Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

58 Comments:

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~