Jika Nama Tergantung Isinya, Masihkah Negara Kita Bernama "Indonesia"?

Assalamu’alaikum...

Saat ulangan IPS kelas 4 SD, pernah ada pertanyaan “mengapa negara kita bernama ‘Indonesia’?” dan jika menjawab “karena negara kita berbentuk kepulauan”, guru akan memberi tanda benar pada jawaban tersebut. Sejak saat itu, saya memiliki suatu pemahaman bahwa nama itu dipilih berdasarkan bentuknya.

Namun, semakin ke sini *iya semakin tua*, saya melihat ternyata nama yang diberikan berdasarkan bentuk, cenderung akan berubah. Misalnya orang yang diberi nama “cebol” karena badannya pendek. Saat dia sudah dewasa dan menjadi ustaz, nama “cebol”nya luruh sehingga nama panggilannya menjadi “ustaz”, bukan “cebol” apalagi “ustaz cebol”.

Lantas, bagaimana dengan nama “Indonesia” setelah lamanya waktu berselang?

Belajar dari lampu ajaib
Di zaman sebelum listrik dan bola lampu ditemukan, orang zaman dulu menggunakan benda yang bentuknya bisa menampung bahan bakar, memiliki leher dan mudah dipindahkan. Seperti gambar berikut.
howhaw
Lampu zaman dulu
Di zaman tersebut, benda itulah yang disebut dengan lampu. Karena memang secara umum saat itu, lampu adalah benda yang bisa memberi penerangan dan memerlukan bahan bakar minyak. Benda tersebut isinya bahan bakar dan bisa menjadi penerangan, sehingga dinamai “lampu”.

Beberapa waktu kemudian, ada yang menceritakan bahwa lampu tersebut berisi jin yang bisa mengabulkan beberapa permintaan. Lampu yang demikian lalu dinamai dengan “lampu ajaib”.

Setelah berselang beberapa tahun, benda tersebut tak lagi digunakan sebagai alat penerangan. Isinya pun tak lagi bahan bakar apalagi diisi jin, melainkan diisi dengan air minum. Sehingga, benda tersebut namanya juga berganti dari “lampu” menjadi “teko”.

howhaw
Teko minuman
Jika kita bepergian dan singgah ke rumah-rumah makan di pinggir jalan di wilayah Kalimantan Barat atau Batam, kita akan menemukan benda yang sama dengan teko tersebut. Tapi, isinya bukan minuman melainkan air ledeng untuk cuci tangan. Dan di sini menyebutnya dengan nama “cerek kobokan”. *hati-hati kalo ngeliat benda seperti ini, karena sudah banyak orang kota besar yang meminumnya*

howhaw
Cerek kobokan 
Berdasarkan perkembangan nama “lampu” tersebut, ternyata suatu nama bisa berubah tergantung dari apa yang mengisinya.

Misal, isi hati remaja sekarang
Anggaplah ada seorang gadis yang namanya Silvia. Kemudian kamu mulai mengisi hatinya. Maka, gadis tersebut namanya menjadi “pacar”. Namun, jika suatu saat yang mengisi hatinya adalah orang lain, maka namanya menjadi “mantan” begitu, kan? Nama memang tergantung dari apa/siapa yang mengisinya.

Kalo namamu bagaimana?
Saya terlahir dengan nama Hawadis yang artinya “baru”. Apakah nama ini dipilih karena bentuk? Tidak. Secara fisik, saya sama seperti manusia lainnya, meski sedikit lebih tampan sih. *kiri, Bang* Lantas karena apa? Ya karena jadi orang baru aja dalam keluarga. Simple banget alasan bapak saya ngasi nama.

Tapi, ketika saya ingat-ingat lagi, ternyata hari-hari saya selama ini memang diisi dengan hal-hal baru. Misal, baru datang pas kelas udah mulai tiga puluh menit yang lalu. Atau kemalingan ketika baru punya motor dan ketika udah kuliah baru mengerti menggunakan komputer. Atau seperti tadi, baru tahu ada foto heboh Pamela Safitri saat foto tersebut baru saja dihapus di akun Instagramnya. *azsdjdkffjr!$*

Meskipun status nggak pernah baru sejak lahir, sepertinya, saya tidak perlu mengganti dengan nama yang lain. Karena sudah sesuai dengan yang mengisi kehidupan selama ini. Kalo namamu, perlu diganti nggak?

Manusia dan fauna
Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain, sehingga sikap saling membantu menjadi penting. Dibanding fauna, manusia disebut lebih cerdas dan memiliki sistem berpikir yang lebih kompleks. Otak manusia bisa diisi berbagai macam ilmu, sifat-sifat menusiawi dan pembelajaran.

Namun, suatu ketika ada manusia yang diberi nama “anjing”. Apakah salah? Belum tentu juga, karena jika manusia tersebut isinya adalah sifat-sifat fauna dan dia membanggakannya, kita harus menghargainya. Panggillah dengan sebutan ‘demikian’. Karena memang, nama itu tergantung dari apa yang mengisinya.

Bagaimana dengan “Indonesia”?
Awalnya dinamai “Indonesia” karena bentuknya berupa kepulauan. Selain itu, dulu juga ada usulan nama “Malayunesian” karena isinya banyak orang-orang Melayu. Setelah beberapa tahun  berselang, Indonesia semakin dikenal karena berisi tempat-tempat wisata yang sangat indah, penduduknya ramah, suka bergotong royong dan sangat hormat pada leluhurnya.

Namun sekarang, masihkah nama tersebut pantas digunakan? Banyak yang berucap dan menuliskan “Jika kamu melihat orang bebas menyerobot antrean, tidak patuh aturan, banyak kecurangan, saling melecehkan dan koruptor dibela, selamat datang di Indonesia”. Berarti secara pandangan umum, negara kita isinya adalah koruptor, tukang mencela dan pelaku pelanggaran.

Tidak ada ramah-ramahnya lagi, saling tolong menolong apalagi, semua kebaikan yang mengisi beberapa tahun lalu sudah mulai hilang. Dan karena negara kita telah berisi hal yang ‘baru’ tersebut, kita punya dua pilihan. Mengganti nama “Indonesia” dengan nama yang sesuai, atau mengganti isinya dengan hal-hal yang baik-baik seperti semula.

Tentu kita ingin mengisi dengan hal yang baik, tapi sepertinya, mengganti nama adalah pilihan yang lebih mudah. Ada usulan nama yang sesuai dengan isi negara kita?


Sumber gambar:
https://duniaspesial.blogspot.com/2013/05/lampu-ajaib-si-aladin.html
https://pix.com.ua/id/other/food/beverages/275074-upsee.html
https://jalankemanagitu.wordpress.com/tag/tempat-cuci-tangan/
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Jika Nama Tergantung Isinya, Masihkah Negara Kita Bernama "Indonesia"? Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

31 komentar:

  1. emang bener sih, makin lama makin banyak benda yg menyerupai benda lainnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Mukaku aja makin hari makin terlihat mirip ama Lee Min Ho. ;)

      Hapus
  2. Observasi yang bagus, Haw. Jadilah tulisan seperti ini. :)
    Oiya, lampu ajaib jadi teko. Hahahaha.
    Gue pikir, mengubah hal-hal yang buruk menjadi baik itu butuh proses. Dan untuk Indonesia, entah berapa lama prosesnya. :)) Kalo mengubah nama Indonesia itu nggak perlu. Kagak ngaruh apa-apa juga. :p
    Hmm, dari panggilan nama berubah menjadi panggilan sayang. Lu belum ada yang bisa dipanggil sayang, ya?
    *kabur naik motor*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, memang untuk menjad baik itu perlu proses yang lama. Aku nyaranin ganti nama, bukan untuk mengubah baik buruknya itu, tapi biar sesuai aja namanya. Kayak pentol, kalo disajiin dalam mangkuk dengan kuah, sayur dan bumbu kan namanya jadi bakso. Atau kayak mobil, kalo isinya jenazah kan namanya jadi ambulance dan kalo isinya penumpang namanya jadi angkot. Gitu doang sih. :ng

      *pertanyaan lu yang terakhir nggak kebaca*

      Hapus
  3. Gue selalu terkesima dengan cara pandang lu bang, lu punya sudut pandang yang berbeda dari orang kebanyakan. Ciee anak pinter nih.

    Kalo orang sunda nih ya, nentuin nama tergantung suara. Misalnya kucing bahasa sundanya meong. Karena suka mengeong. Kalo harimau, disebut maung karena suka mengaung. nama tokek jga sama haha. Tapi ga semua binatang sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sudut pandang gue beda. gegara sering ngeliat ke sudut mata pas ada perempuan di samping.

      Wah, info nih. aku baru tau. Tikus pasti disebutnya cicit.

      Hapus
  4. Menurutku, kalau yang korupsi itu... sebenernya bukan baru-baru ini, sepertinya udah ada dari jaman dahulu, tapi akhir-akhir ini peningkatannya emang drastis. Apalagi peningkatan jumlah begal di Indonesia, tiba-tiba aja jadi nge-trend gitu. Sedih :(
    Tentang tempat yang indah dan penduduk yang ramah... Itu masih ada, tapi tersembunyi, di hidden paradise-nya Indonesia.

    Eh iya, Bang Haw dari Kalbar juga? Soalnya kalau teko air kobokan itu kan khas banget, susah ketemu di tempat lain selain Kalbar... Tapi itu di Batam ada juga ya yang kayak gitu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, semakin hari isinya semakin jeals. Tinggal mau tetap diisi 'itu' atau mau diisi dengan yang lebih baik. |o|

      Iya. Bentar-bentar, aku stalkingin kamu dulu. woh, anak kedokteran Untan ya? di FB kita memiliki 42 teman yang sama. Menurut temenku yang di Batam, dia juga pernah menemukan benda yang sama. Mungkin karena orang Batam juga memiliki budaya yang hampir sama seperti Kalbar. mereka kan juga berdekatan dengan orang Malay. Persis.

      Hapus
    2. Eh? Aku di-stalking? Curang banget ini -_-
      Gak di-add sekalian FB nya, Bang? Sesama blogger Kalbar kok saling gak kenal wkwk.

      Jadi di Malaysia juga ada teko itu ya? Hmmm baru tau...

      Hapus
    3. Haha...maaf. Aku jarang main FB soalnya, makanya nggak nge-add.

      Bisa jadi. Karena aneh saja, masak hanya KalBar dan Batam saja yang bisa menjumpai teko itu secara mudah.

      Hapus
  5. Kagum sama cara berpikirnya Kak Haw. Ciee. :))
    Itu horor juga, ya. Tempat kobokannya sama kayak teko. Kalo teko itu ternyata isinya bukan air, tapi jin, kan kasihan si jin-nya. Dikobok gitu. Pusing ntar. :/

    Nama aku mah nggak perlu diganti. Ngapain. Ribet. Motong-motong kambing lagi. :))
    Sama. Nggak perlu ganti-ganti nama Indonesia. Kasihan. Nanti bakal banyak kambing yang jadi korban penyembelihan. Nggak kebayang itu ada berapa kambing. Terus nanti kalo kambing punah gimana? :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cara berpikirmu lebih unik. Yang dipikirin jinnya, yang dipikirin kambingnya. @@,

      Rizka Ilma Amalia, jadi Rima. Rima itu kan selalu berakhir dengan bunyi yang sama. Apa dalam kehidupanmu, kamu selalu ngerasain akhir yang sama terus, Rim? =)D

      Hapus
  6. Kenapa nyerempetnya jadi pacar en mantan sih, Haw? Jomblo ya? Hihihi. :P

    Nama ku Beby, tapi bukan berarti aku kayak anak bayi terus kan yak. Tapi kalok disayang sih, kayaknya selalu. Uwuuuu~ :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. -_- kena lagi gue.

      Wah... mantep, berarti namanya udah cocok itu Kabeb, kehidupannya diisi ama kasih sayang banyak orang layaknya bayi. :-d

      Hapus
    2. Pukpuk. Yang cabal eaaah :'

      Alhamdulillah.. Orangtua ku ngga salah ngasih nama :D

      Hapus
    3. Huwaaa... orangtuanya mesti dipeluk dengan erat dan segera diberi cucu itu, Kabeb. Biar mereka ngenamain lagi. :-d

      Hapus
    4. Nanti aku bikin. Huahahahah :D

      Hapus
    5. Bikinnya begimana? sama kek orang yang di tempat makan cepet saji itu? yang ada goyangan-goyangannya? @@,

      Hapus
  7. baru tau kalau nama indonesia dipilih karena negara ini berbentuk kepulauan. setau gua sih disebut nusantara, karena negara ini kepulauan. kalau nama indonesia, sih dari tulisan siapa gitu. gua lupa.
    lo gak dapet foto pamela sama ovi? hahaha. gua dapet dong. lumayan. koleksi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nyesel gue hapus waktu itu fotonya. :(

      Hapus
    2. Iya, Man. Nusantara ama Indonesia itu artinya sama. Kepulauan Hindia. Nusantara dipakai secara khusus oleh kerajaan Majapahit. tapi hanya sampai kerajaan itu berjaya doang.

      Saat penjajah mulai berdatangan, ada orang yang membuat tulisan tentang geografis indonesia dengan judul "Indian Archipelago" yang artinya Kepulauan Hindia. Namun, karena dirasa kepanjangan, dia menyingkatnya jadi Indonesia.

      Trus, saat Ki Hajar Dewantara diasingkan ke Belanda dan membuat suatu badan perlawanan, dia memakai Istilah "Indonesiche" *gak tahu gue penulisan Belandanya*, yang dalam bahasa kita jadinya Indonesia. Sejak itulah penggunaan Indonesia semakin meluas dan dipakai sebagai nama negara secara politik.

      yeyyy... gue udah liat dong potonya. :ng *keplak* baru tahu gue kalo ada yang nge-RT poto itu di Twitter.

      Hapus
  8. Disini yang mau aku komenin itu "Aku juga gak dapet foto hebohnya pamela safitri" kita senasib sepenanggunang -__-

    BalasHapus
    Balasan
    1. (((SEPENANGGUNANG)))

      Ada kok di Twitter, masih bertebaran. Inget-inget dosa juga. Fan, kalo mau ngeliatnya.

      Hapus
  9. Ngomongin nama Indonesia, gue jadi inget (lupa namanya). Dia selalu mengaitkan sesuatu dengan namanya. Ada hitungannya juga, Haw.
    Intinya sih, nama Indonesia kurang tepat untuk negara kita, katanya lebih baik diganti Nusantara, sesuai nama terdahulu.

    Agak klenik, sih. Tapi dia bilang ada dasar perhitungannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... padahal ada yang itungannya tepat banget loh. Misal INDONESIA dijadiin angka, semua yang muncul itu hanya angka 1, 9, 4, 5, 1, 7. Tapi tahun lalu emang ada wacananya mau diganti, tau deh ngapa nggak jadi.

      Hapus
  10. Kalo berubah ke arah negatif namanya juga mesti gitu, macam underground ..
    Tapi Indonesia sepertinya ... undercontruction saja, haha
    *ngomong opo toh*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gelak...istilahnya tinggi. Aku taunya cuma underwear. O_o

      Hapus
  11. Pamela safitri itu duo serigala yg goyang drible itu ya?

    Kalo nama mesti berubah-ubah sesuai dengan kondisi, udah berapa kali nanti ganti nama di akte? Denger2 nama Indonesia katanya juga mau diganti jadi Nusantara gak tau alasannya kenapa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Bukan kondisi tapi isinya. Iya, mau diganti biar nasibnya berubah. gitu katanya.

      Hapus
  12. Dari lampu, teko, terus kobokan :D
    Keren pake bgt dah filosofi nya bang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha...orangnya kek sekali-kali dibilang keren.

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~