Jangan Mau Dekat Ama Anak Ekonomi!

Assalamu’alaikum...

Beberapa hari ini saya keseringan denger kata ‘ekonomi’. Bukan ekonomi dalam artian imu tentang tata cara rumah tangga maupun pengaturan keuangan negara. Melainkan terdengar sebagai pengganti kata ‘hemat’ atau ‘murah’.

“Ini yang paket jumbo tiga ratus ribu, Mas.”
“Saya pesen yang paket ekonomi aja deh, Mbak.”
“Pa, ini kita naik kereta kelas ekonomi ya?”
“Iya, Nak.”
“Pantes, penumpangnya berpenampilan modis, bawa buku tebel-tebel trus di bagian depan gerbong ada papan tulisnya.”
"Walau begitu, mendingan kelas ekonomi daripada kelas yang menipu. Katanya gerbong kelas eksekutif, pas dilihat banyak yang tidur di dalamnya. Itu mah kelas legislatif, kan?

Yang membuat heran, kalo memang dimaksudkan untuk mengatakan ‘yang murah’ kenapa mesti menggunakan kata ‘ekonomi’? Kok nggak langsung aja ngomong paket murah atau karcis kelas murah begitu? Apa karena budaya malu? Mungkin.

Kalo kata ustaz, malu itu diperlukan dalam kehidupan manusia agar enggan melakukan perbuatan yang dilarang serta tidak berperilaku sombong. Namun, kalo malu untuk mengungkapkan yang benar dan malah menciptakan keasalahan makna, apa iya ‘malu’ yang begitu perlu dibudayakan?

Bukan karena apa, kasihan kan kalo ada temen kita yang sedang mencoba melakukan pendekatan dalam hubungan. Trus, gebetannya itu anak ekonomi. Entar dia bakal sering di-bully,

“Eh Pras, gebetan elo anak ekonomi ya? Kesian amat. Gak sanggup ya kalo milih yang mahalan dikit? Hahahaha.”

hawadis howhaw

Lalu si Pras pun mengalami tekanan batin. Mentalnya perlahan hancur. Pikirannya mulai tak berfugsi, hingga akhirnya dia memilih untuk mengakhiri dirinya dari dunia ini. Kemudian Pras memilih bunuh diri. Melompat dari lantai bangunan yang tinggi. Tinggi sekali. Tapi bangunan yang tinggi tersebut merupakan bangunan hotel. Lantai paling tinggi dikhususkan untuk VIP. Yang lebih rendah, kamar mewah. Lebih rendah lagi kamar superior, kamar suite dan paling rendah kamar kelas ekonomi, di lantai dasar. Karena sanggupnya nyewa yang ekonomi, ya si Pras lompatnya dari lantai dasar.

“Elo nyoba bunuh diri lompat dari lantai hotel kelas ekonomi? Yang lantainya gak beda tinggi ama jalan raya itu? Hahaha. Mending main lompat tali aja lo!” Dan si Pras tertekan batinnya dua kali.

Kalo memang mau terlihat lebih enak didengar, kenapa gak nyebut ‘ekonomis’ aja? Dalam KBBI juga disebutkan bahwa ekonomis berarti hemat, murah. Mungkin karena pengaruh keadaan fisik kali ya? atau mungkin juga karena faktor cuaca, makanya orang-orang enggan menambahkan ‘s’. Takut demam atau batuk. Padahal kalo pake ‘s’, harganya kan lebih murah karena air yang dipake lebih sedikit. Kalo yang nggak pake, mesti dipanasin dulu. Mahal ke gas.

Melihat derita yang dirasakan Pras tadi, harusnya kita sudah mau merevolusi mental kita untuk menggunakan kata yang lebih tepat. Bukannya dengan menggunakan kata ‘ekonomis’, kita juga menjadi lebih gawl. Kayak waktu nyebut gengs, temans, bingits, ngebaks, ngedrugs...

Saya mengajak penggunaan kata ekonomis sebagai pengganti ekonomi dalam merujuk hal-hal murah dan hemat, bukan karena peduli bahasa. Melainkan karena saya orangnya bukan tipe lelaki idaman. Iya, saya suka melihat fisik dan materi. Makanya lebih suka pake kata ekonomis yang merujuk murah dan terlihat fisiknya dibandingkan ekonomi yang nggak berfisik.

Lagian, kalo kita nggak ngeliat fisik dan materi, terus ngeliat apanya? Kan penampakan udah jarang terjadi. Masa iya ngeliatin orb-orb doang. (red: materi=memiliki wujud)

hawadis howhaw

Udahan ah, takut ngebahasnya makin jauh. Semoga penggunaan kata ekonomis dapat menaikkan lagi harga diri anak-anak ekonomi.

*****
“Jadi si om maunya ayam yang bagaimana ini? Kedokteran yang pinter? Atau Teknik yang tegas?”

“Yang ekonomi aja, ada nggak, Mbak Muci?”

*lagi kere ya Om*




Sumber Gambar:
https://www.keepcalmandposters.com/poster/menantu-yang-baik-adalah-anak-ekonomi-
https://x-news-misteri.blogspot.com/2010/05/x-news-fenomena-penampakan-orbs-100.html

Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Jangan Mau Dekat Ama Anak Ekonomi! Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

14 komentar:

  1. Karena mereka terlahir sebagai homo ekonomikus, yang mana bukan homo ekonomiskus. Dan pada akhirnya mereka homo _.._ Kasihan temen-temen ku yang di fakultas ekonomi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tiap orang memiliki kasihannya masing-masing. @@,

      Hapus
  2. Intinya kita harus merevolusi mental, dari sifat negatif menjadi sifat yang positif. Nah, sekarang, setelah kita sudah memiliki Bapak Presiden baru.. Gimana, sudah ada tanda-tanda revolusi mental dalam dirimu belum? *oke nggak nyambung* :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo gak nyambung, berarti Mbak mesti direvolusi mentalnya :p

      Hapus
  3. "Kamu kuliah jurusan apa?"

    "Jurusan ekonomis"

    Hahahaha....

    BalasHapus
  4. mungkin cuma semacam eufemisme semafa.. tapi anak ekonomi kampus gua, pada mahal2 semua sih biaya hidupnya. org kaya kebanyakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoi Man. berdasarkan info dari temen-temen ya, semua jurusan ekonomi di Indonesia ini selalu dipenuhi oleh orang-orang yang modis, cakep, kaya, kelas atas lah pokonya. bahkan di kampus saya, fakultas ekonomi disebut sebagai 'kampus artis'.

      Nah, herannya, kenapa dipasaran, paket ekonomi kok malah jadi hal sebaliknya? ekonomi=murah, kan kasian entar anak-anak ekonominya. disangka murahan. maka dari itu, mending kalo mau nyebut hemat atau murah pake kata 'ekonomis' aja. gitu.

      Hapus
  5. aku anak ekonomi yang berkelas VIP =D

    BalasHapus
    Balasan
    1. :-d mantap. Kuliahnya pasri di ruang paling atas.

      Hapus
  6. mas aku mau cari pacar yang kelas ekonomi aja.. &^%%$%^

    BalasHapus
  7. gue anak ekonomi juga nih, tapi nggak murahan kok..
    hahaha, begitu ya ternyata kalo salah menggunakan kalimat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. ho'oh. ho'oh. ho'oh. *kayak komentar ini, kalo salah diartikan juga gawat* @@,

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~