Pengemis, Menukar Harga Diri dengan Uang

Assalamu’alaikum...

Telah kucoba mendatangi semua
Berharap ada yang menugaskan raga
Tiada. Semua telah berpunya.
Aku hanya merenta

Menyayangi raga, kubuang jiwa
Bertindak pinta pada pengendara
Tiada. Semua menganggap tunausaha.
Aku akan bersenja

Menolong nyawa, kutemani dosa
Bertindak pinta berteman senjata
Tiada. Semua berbagi harta.
Aku bercita seorang mafia

Kalo ada yang bertanya saya mengingau apa, nggak, saya tidak sedang mengigau, saya tadi cuma kayak ada sesuatu yang halus yang ngegantiin saya dalam tubuh. Bodo ah. Beberapa waktu lalu, sebagai calon pemimpin negeri, saya mulai melakukan kegiatan umum mereka. Jalan-jalan. Dan uniknya, diperempatan jalan, saya bertemu dengan para peminta, yang berpakaian layak tentunya. Layak untuk tidak dipakai lagi.

Dari kendaraan yang satu dan menuju kendaraan yang lain, mereka mulai menadahkan botol aquri*. Kalo ga disensor namanya aquaria, bukan lelaki. Dengan sabar dan tatapan sendu, mereka tetap meminta, walau raga merenta dan panasnya luar biasa. Karena saya merasa iba, ya udah saya ikutan meminta. Hasilnya lumayan juga.

Meminta, termasuk mengemis dan mengamen, merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sedikit harta, katanya. Kegiatan tersebut dapat kita jumpai di mana saja seperti taman kota, angkutan kota, warung di pinggir kota, dan balai kota. Kegiatan tersebut sering dicemooh oleh sekelompok orang, sering dipuji oleh seseorang, sering diusir orang-orang dan sering dicemburui yang merasa orang.

‘Haw, jangan beri mereka uang, nanti kesenengan dan yang jadi pengemis makin banyak!’

‘Eh Haw, ngapain dikasih sih, tau nggak, mereka itu sebenarnya kaya lho di kampungnya.’

Memangnya kenapa kalo pengemis itu kaya? Harusnya kita mencontoh mereka, meskipun mereka kaya tapi mereka tetap mengemis. Berarti kan mereka loyal dengan pekerjaannya. Dan lagi ya, wajar saja kalo mereka kaya, menjadi pengemis itu ga gampang. Butuh banyak disiplin ilmu, mulai dari tata busana, tata bahasa dan koreografi. Meminta juga butuh penjiwaan. ‘pak minta pak’ ‘belum makan dari kemarin pak’. Kalo ga percaya, silahkan coba jadi peminta.

hawadis howhaw
Dulu, saya pernah mencoba jadi pengemis, tapi dengan aliran kantoran. Bawa-bawa proposal. Tapi tetep, dengan teknik jalanan ‘pak bagi dana pak’ ‘belum lulus dari tahun kemarin pak’. Tapi tetap aja, ga dikasih. Mengemis memang susah. Sama susahnya kayak ngamen. Walau udah nyanyi bagus-bagus, tetep aja dikasihnya serebu. Berbicara tentang pengamen, mereka sebenarnya sedang ditunjuk oleh Tuhan untuk mengingatkan orang-orang di sepanjang jalan. Mungkin.

Kalian tentu pernah bertemu dengan pengamen yang suaranya bagus banget, ga kalah dengan penyanyi Indonesian Idol. Biasanya, kalo ketemu pengamen yang begitu, saya akan menangguhkan untuk memberi imbalan. Saya tunggu sampai lagunya habis, ya supaya bisa menikmati suaranya lebih lama. Mungkin saat kita kesusahan, Tuhan juga begitu. Melihat kita yang selalu beribadah dan mengingatNya kala susah, Tuhan menangguhkan untuk memberi rizki melimpah, karena ingin melihat ketaatan kita lebih lama. Mungkin.

Mengemis secara pengakuan lisan bukanlah kemauan mereka. Bayangin aja, mereka kan miskin, cari kerja buat dapat uang. Melamar kerja, ditolak karena ga punya ijazah dan penampilannya kotor. Ya udah mereka mengemis, tapi tetap dicela, dibilangnya pemalas ga mau kerja. Heehh... makanya banyak yang banting setir jadi pencopet dan pemalak. Pikir lagi, siapa yang memicu kejahatan.

Mengemis tidak hanya tentang materi, tapi juga tentang cinta, katanya. Iya, banyak yang suka mengemis cinta ama seseorang. Sampai ada yang ngancam minum racun serangga bekas segala. Mereka ga tau kali ya, racun serangga bekas itu kan banyak yang kadaluarsa. Kalo mereka minum kan bisa menyebabkan kematian. Sebaiknya sih kalo mau ngancem saat ngemis cinta, pake racun serangga yang baru saja.

Saya sempat heran juga, apa kondisinya sehingga orang mau mengemis cinta. Padahal kan, secara teori, manusia terlahir sudah dilengkapi dengan rasa cinta dan selalu bisa memberi cinta. Artinya, kita memiliki lebih dari cukup pasokan cinta. Tapi kalo ada yang sampai ngemis ama orang lain, itu bukan ngemis cinta, tapi mencari pemuasan nafsu. Iya dong, kita emang terlahir dengan nafsu, tapi dalam pemenuhannya butuh orang lain yang khusus. Iyakali.

Kembali ke pengemis tadi. Tempat yang dijadikan area mengemis bisa mencakup semua bidang. Saya menemukan tempat yang paling membingungkan kalo digunakan untuk mengemis uang. Membingungkan pengemis dan membingungkan sang pemberi. Sebagai orang yang peduli, tentu banyak yang menginginkan pengemis tidak melakukan pekerjaan meminta-minta lagi. Makanya banyak yang sengaja nggak memberi agar mereka mencari pekerjaan lain. Iya, banyak.

Tapi, bagaimana jika ada yang mengemis di tempat ibadah? Dari sisi pengemis, harusnya malu, di depan rumah Tuhan kok malah meminta-minta sama manusia, seolah ga pernah menganggap Tuhannya. Dan dari sisi pemberi juga membingungkan, kalo diberi, entar makin menjadi. Tapi kalo ga diberi, malu ama Tuhan, di depan rumah Tuhan saja kita ga mau berbagi dengan sesama manusia. Nah kan.

Udah ah, makin bingung jadinya. Meskipun menjadi pengemis kita bisa mendapatkan banyak uang, tapi ga seharusnya kita menjadikannya sebagai lapangan kerja. Karena mengemis itu sama saja sedang menukar harga diri dengan uang (kata Beni). Jika harga diri sudah tiada, alasan apalagi yang menjadikan diri pantas dipandang sebagai manusia?

Dan bagi orang-orang berpunya, untuk mendukung mereka agar meninggalkan pekerjaan meminta, mari sisihkan sebagian rizki kepada yang berhak menerimanya. Karena kata tetua, dalam harta kita ada sebagaian milik mereka untuk menikmati kehidupan dunia. Diberikan sebagai tanda peduli dan cinta. Ingat lho ya, yang berhak, bukan pacar. Tapi kalo pacar kamu berhak, boleh sih kalo mau diberi juga. 
hawadis howhaw

Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Pengemis, Menukar Harga Diri dengan Uang Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

4 komentar:

  1. besok mau beli sepatu yg kayak gitu ah

    BalasHapus
  2. ah. selain pinter membuat komik, lo bisa juga jadi bijak gini. haha
    btw, kayaknya gua pernah denger bit dalam stand up comedy, yg mirip dgn kata2 di paragraf2 awal.

    gua kurang suka sih ngasi duit sama pengemis. selain gua gak punya duit, ya karna gua juga gak punya duit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gue emang bijak man, tapi bijaksini doang, yg sana enggak.

      beneran ada Man? itu obrolan kami pas lagi nongkrong padahal, tapi boleh dong infonya Man, buat jadi referensi, karena kalo udah pernah ditampilin dipublik (yg lihat lebih banyak), pasti gue ntar yg dibilang melanggar hak.

      kenapa ga ngemis aja kalo ga punya duit?

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~