Kebiasaan Para Ahli

Assalamu’alaikum…

Beberapa hari lalu, saya membaca info perdebatan atau pertengkaran tentang musik Metal dan melebar ke musik Rock. Pertengkarannya masih seputar lebih bagus mana atau lebih laku mana, serta jadi pendukung mana yang lebih membanggakan. Pertengkaran seperti ini sudah sering sekali terjadi, sih. Satu-satunya yang nggak sampai ribut berantem cuma pertengkaran Metal Vs Dugem aja.
wolfgang mozart
1) Salah satu ahli dunia musik
Dalam perdebatan tersebut, mereka memposisikan diri mereka masing-masing sebagai “ahli”. Karena merasa menjadi ahli, saat ada opini orang lain yang mengatakan hal yang berbeda dari yang mereka ketahui atau yakini, mereka akan merasa geram. Geramnya sampai kebas, lah.

Menjadi seorang ahli memang bisa menjebak, di satu sisi dia akan dihormati sebab pengetahuannya di bidang tersebut sudah banyak. Di sisi lain, karena sudah bahagia berkecimpung di bidang ahlinya tersebut, dia jadi nggak tahu apa-apa misal diajukan hal lain. Malah kadang meremehkan. Dia maunya membahas bidang keahliannya saja terus-terusan.

Ahli musik “berkelas” sangat tidak suka lagu Dangdut

…dan lagunya Kangen Band. Entah apa yang menjadi dasar penilaiannya, yang jelas, lagu Dangdut dan lagu Kangen Band itu kualitasnya rendah, menurut mereka. Sebagai orang yang menyukai Dangdut sekaligus member DOY, saya dibuat heran, dong.

“Lagu Dangdut dan lagu Kangen Band asyik gini, kok, dibilang kualitasnya jelek…”

Saya kemudian menanyakan dan menyimak wawancara orang-orang yang dikenal hebat dalam bermusik. Musisi-musisi papan atas lah itungannya. Dan memang benar, menurut mereka, lagu Dangdut dan lagu Kangen Band itu bikin kuping mereka gelisah. Malah saya sempat menanyakannya kepada teman yang aktif dalam musik orkestra.

Baca juga: Nggak Bisa Jadi Blogger Review Lagu

Dia menganalogikan kedua lagu yang dianggap kualitasnya rendah tersebut dengan tulisan berita Koran Lampu Hijau, sedangkan genre musik lain dan orkestra adalah koran nasional sejenis Media Indonesia. Dia lalu menanyakan bagaimana menurut saya tentang kedua koran tersebut. Lampu Hijau secara tata bahasa dan lain-lainnya cenderung barbar, Media Indonesia lebih terstruktur dan beretika, gitu menurut saya kala itu.

“Nah, kayak gitu. Ada gregetan, kan, saat mendengar rima, irama atau penyusunan kalimatnya yang ngasal? Walo secara isi, bisa saja yang disampaikannya sama,” begitu jelas dia. Sejak saat itu, saya langsung menyimpulkan bahwa menjadi ahli akan membuat orang lebih menghargai bidangnya. Sekaligus susah menyukai hal lain yang agak bertentangan dengan aturan dalam bidang keahliannya.

Ahli gizi kesehatan nggak suka junkfood

Apa karena junkfood itu nggak enak? Tentu bukan. Mereka akan fokus pada kandungan gizi di dalamnya. Saat para ahli gizi kesehatan disuguhkan makanan yang menurut mereka penuh gula atau lemak, mereka akan mengernyitkan keningnya. Orang-orang yang merasa dirinya tergolong ahli gizi pun banyak yang merendahkan makanan pinggir jalan.
gorengan itu enak, tapi nggak sehat
2) Enak, tapi nggak sehat
Pecel lele yang disajikan dengan hanya kobokan, gorengan, minuman manis, sering sekali mereka sindir. Menjadi ahli, berarti mengetahui mana yang baik dan mana yang nggak. Sehingga yang menurut mereka nggak baik, akan mereka hindari jauh-jauh.

Kita pun pasti pernah jadi sasaran nasihat kesehatannya. Ih, jangan makan itu, nggak baik buat lambung. Jangan minum itu, bisa bikin diabetes nanti. Ngapain beli di mamang-mamang? Nggak higienis! Semacam itu lah. Kalo sudah ahli, walopun menemukan yang nyaman dan enak, tapi menurut keahliannya itu nggak baik, dia nggak akan tergoda.

Ahli keuangan juga akan mengkritik apapun yang tidak menghasilkan

Hayo, sudah berapa twitnya jouska dan bigalpha yang membuat kalian tertohok? Semua pengeluaran yang membahagiakan kita lahir batin selama ini, dianggap sebagai hal boros, sia-sia dan nggak berguna oleh mereka. Mereka ahli tentang keuangan, makanya sebagai ahli, mereka akan merendahkan perbuatan kita yang menghamburkan uang.

Dalam melakukan pengeluaran (selain kebutuhan pokok), harus diusahakan untuk mendapatkan pemasukan darinya. Beli rumah baru kudu bisa disewakan, beli motor harus dipakai “narik”, dan jauhi beli tiket konser. Mentraktir teman masih dianjurkan, sebab itu membangun koneksi, mendatangkan keuntungan uang nanti katanya. Menjadi orang yang sudah ahli, akan membuat pilihan kita makin terbatas. Tentu alasannya demi kecerahan masa depan.

“Ahli surga” tidak bisa menyukai gaya hidup yang beragam

Pakaian berwarna-warni cerah, potongan rambut yang tidak rata, berkumis, celana menutupi mata kaki, memasang foto keluarga di ruang rumah, semua mereka hindari. Bisa menjauhkan mereka dari surga nanti. Tindakan mereka tersebut sudah mereka verifikasi langsung dengan kitab suci yang maknanya mereka simpulkan sendiri melalui terjemahannya.

Baca juga: Lebih Penting Hafal atau Paham?

Sehingga, jika ada orang lain yang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keahlian mereka, langsung dipandang rendah. Kafir. Mungkin kalian menganggap mereka bukan ahli surga, dan nggak pas dijadikan contoh di bagian tulisan ini. Lalu menunjuk ulama atau kiyai yang lebih baik seperti Cak Nun, Quraish Shihab, atau Gus Mus.

Sayangnya kalian salah, mereka bukan ahli surga. Mereka bahkan tidak yakin sudah terjamin akan masuk surga. Menurut saya, mereka lebih ke ahli ibadah. Karena sebagai ahli, mereka selalu menganjurkan untuk berakhlak baik pada siapa pun, karena itu inti dalam beribadah.
ente kafir
3) Kafiaw ente!
“Ahli surga”, ya, mereka yang mengkafirkan orang lain itu. Bersikap keras terhadap orang yang berbeda dengan kaumnya. Juga keras dalam menyampaikan apa yang diyakininya. Demi kebaikan seluruh dunia. Menjadi ahli memang harus tegas dan keras terhadap orang lain yang tidak disukainya.

Para ahli akan membahas topik keahliannya itu terus-menerus

Misalnya ahli astronomi, dia akan membicarakan tentang perbintangan dan benda luar angkasa terus-terusan. Posisi rasi bintang ini, keadaan bintang itu dan apa saja yang masih sama atau telah berubah.

Ahli ekonomi akan terus saja memberitakan tentang keadaan ekonomi global. Bagaimana keputusan kepala negara terhadap kemajuan ekonomi, bagaimana kericuhan besar dalam negara bisa menurunkan nilai ekonomi, serta peningkatan ekspor dan impor.

Ahli kecantikan atau ahli tata rias, mereka akan membahas cara berdandan dan ngereview suatu merk kosmetik melulu. Seolah tak pernah ada bosan-bosannya. Menjadi ahli memang bisa membuat orang tidak mudah merasa jenuh. Malah membuat mereka makin senang kalo membahasnya terus-terusan.


Makanya…

Kamu nggak usah heran lagi.
Kenapa kamu dianggap begitu berharga?
Kok, kamu bisa disukai sebegitunya, padahal di luar sana banyak yang lebih cantik dan bisa membuat lebih nyaman?
Seolah kamu adalah makhluk stok terbatas dan tak ada orang lain lagi yang pantas menjadi pilihan.

Kenapa juga saya jadi lebih tegas dalam bersikap dan main block saja pada lawan jenis yang mencoba mendekat?
Juga, kenapa saya selalu menanyai kabarmu, duduk rapi mendengar keluh kesahmu, sampai lupa waktu kala bercerita denganmu?
Seolah tak pernah ada bosan-bosannya.

Karena saya memang sudah menjadi ahli,
dalam mencintaimu.



*dijual kantung plastik bagi yang mendadak perlu


Sumber gambar:
1) https://www.cekaja.com/info/kebiasaan-unik-musisi-dunia-pura-pura-jadi-kucing-hingga-sikat-gigi-sebelum-naik-panggung/
2) Channel Saddam Ismail (https://www.youtube.com/watch?v=emB9IBrjiac)
3) https://swararahima.com/2020/01/22/soal-melakukan-kekerasan-atas-nama-agama-dan-menuduh-kafir-sesama-muslim/
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Kebiasaan Para Ahli Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

8 komentar:

  1. Bentar bentar. Apa itu berarti ahli sunat selalu mengkritik siapapun yang tititnya kuncup dan ngomongin bentuk2 persunatan? Hmmmm. Menarik juga nih. 🤔

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo ngecek di aplikasi kesehatan, mereka komentarnya seputar kulit dan kelamin, senpai. ahli kesehatan kulit nyebutnya. kalo nanya persoalan sakit lambung, ya, tetap dia jawab, toh pendidikan utama sebelumnya itu tentang kesehatan dan pengobatan. cuma nggak akan sampai begitu detail kalo masalah lambungnya kompleks. dia pasti akan menyarankan ke ahli kesehatan terkait lambung.

      Hapus
  2. Kalau yang baca tulisan ini adalah "orang yang dikode", mungkin oke-oke aja. Tapi kalau yang baca cuma orang-orang biasa macam saya gini, ya....



    buru-buru beli kantong plastik yang Anda tawarkan, Haw. Demi apa, saya baru tahu, kalau DOY itu nama fansnya Kangen Band *barusan googling. Padahal jaman SMA dulu lumayan sering dengering lagu-lagu mereka, tapi nggak tau kalau fansnya juga punya sebutan tersendiri. Mana ada DOY & SAY lagi XD Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahahahaha... dua hari ini kalimatnya masih bakal begitu, kode, nanti bakal diganti penutupnya buat lebih general. Setelah yg dikodein baca tentunya. Karna itu tujuan utamanya.

      tiap band punya nama fans-nya sendiri, kan, berangkat dari situ, saya jadi nyari tahu dulu, Wis. Terus nemu.

      Hapus
    2. Moso sih Inu ga paham doy, aku loh apal banget nama nama anggotane wakkakaka #pemerhati band band lawas ceritane akutuh

      Hapus
    3. mungkin karena Wisnu gak mau menjadi bagian dari org-org yang ketahuan suka lagu kangen band, teh... xD

      atau dia dulu tergabung di Party Dorks.

      Hapus
  3. Pecel lele disandingkan dengan air kobokan (kok aku malah fokus e di sini tadi ya), maklum efek uda asyar menuju bedug magrib

    Bicara soal ahli, asyeg ada pembahasan secara satir...
    Sudah lama ga baca tulisan satir

    Tapi make sense sih penjelasannya, biasanya yang ekspert di bidang tertentu...rata rata (rata-rata loh ya) ya dia akan terus menunjukkan cara bicaranya dari segi keahlian atau keilmuannya, meskipun kadang kalau lagi dalam suasana ga bagus yang denger seperti seakan diceramahi. Misal jangan beli gorengan yang belum jelas asal minyaknya, dsb.. nah kadang kala bener juga sih maksud serta tujua yang dianjurkan itu, tapi karena situasi dan kondisi kita yang mungkin berasanya aaah cuma makan sekali kali ini kok ga sering, jadi boleh lah beli

    Eh ngomongin soal musik, dangdut juga sebenernya aku suka kok hahahha, kadang klo di kendaraan karena terbiasa disetelin dangdut ama pak su, e begitu kusetel musik lain tetiba asa ada yang aneh, karena mungkin dah terlanjur dibiasakan mendengar suatu selera yang sebenernya aslinya bukan aku banget, tapi karena uda biasa lama lama pun aku suka juga hahaha, ga gengsi gengsian lagi berusaha ngelak ini itunya wakakkak

    Oiya sik terakhir ini semacam puisikah? Wah persiapan bagi yang merasa dikasih pernyataan paragraf terakhir berarti siap-siap aja ya diiket sama si haw, ayeeeay

    BalasHapus
    Balasan
    1. kutakan iman teh, kuatkan... nggak ada gambar makanannya loh ituu.

      kadang saya juga merasa begitu, tehnit, iya tahu dia udha ahli, tapi jangan menganggap saya benar-benar gak tahu apa-apa ttg apa yg mau dimakan, kan... atau sudah berapa lama menjadwalkan untuk menyantap makanan tersebut dengan pikiran senang.

      suka karena udah biasa. hmm... jadi kepikiran dgn lagu walikota depok yg diputer di lampu merah, nganjangan orang depok skrg merasa ada yg kurang misal lagi berhenti di lampu merah tapi lagu pak walikotanya gak diputer.

      nggak ada puisinya, sih. itu ya kalimat biasa yang dienter enter aja tiap satu kalimat. rada dibedakan karena itu kode/modus aja sih.

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~