Mitos Bisa Membuat Lingkungan Jadi Lebih Baik

Assalamu’alaikum...

Sebagai makhluk hidup, manusia sangat bergantung pada lingkungannya. Begitu pun sebaliknya, lingkungan juga bergantung pada manusia yang menempatinya. Saling ketergantungan tersebut menimbulkan hubungan timbal balik yang dalam pelajaran Biologi disebut dengan ekosistem.

Beberapa tahun terakhir ini, isu tentang lingkungan semakin ramai dibicarakan. Hal tersebut dipicu oleh keadaan lingkungan yang kian memburuk. Mulai dari perairan, hutan, pegunungan, energi, limbah sampai lingkungan sosial yang mencakup moral pun semakin memburuk.

Pepohonan semakin sedikit, sumber air semakin berpenyakit
Banyaknya gerakan “mari menanam pohon” sudah membuktikan bahwa pohon-pohon dan hutan yang ada di Indonesia semakin berkurang. Istilah paru-paru dunia sudah tidak layak disandang lagi. Pohon ditebang berganti jalan beraspal, hutan dibabat jadi perumahan.

Awalnya saya bingung, kenapa banyak hutan yang menjadi perumahan? Namun, setelah melakukan pengamatan, hal tersebut ternyata dipicu oleh suatu prinsip. Manusia sangat tidak suka dikatai “monyet”. Berhubung monyet tinggalnya di hutan, tentunya manusia tidak mau tinggal dalam hutan. Yaudah, tebang aja semua. Oleh karena itu, janganlah kita meledek teman dengan ngatain dia “monyet”, akibatnya sangat besar bagi lingkungan.

howhaw

Sungai, laut dan danau yang menjadi sumber air semakin tercemar. Tak hanya makhluk air yang menempati, limbah pabrik dan limbah rumah tangga juga ikutan ngontrak di dalamnya. Meskipun sumber air tersebut sudekat, tapi air tersebut tak bisa dipakai untuk memandikan adik. Miris.

howhaw

Kurang menyakitkan apalagi? Selalu dekat dan menatap yang diharap, tapi tak pernah bisa kita dapat.

Pergaulan sosial semakin sakit
Melihat pergaulan anak-anak dan remaja sekarang, kalimat “anak sekarang gini amat” pasti pernah terbesit di pikiran. Tak cukup sampai saling panggil ayah-bunda, mereka juga melakukan kegiatan yang menyebabkan panggilan tersebut patut disandang. Bikin ngiri aja.

howhaw

Kalo kita tanyakan kenapa mereka bisa menjadi seperti itu, sebagian besar orang akan menjawab karena pengaruh lingkungan. Keadaan lingkungan (sosial) yang tidak baik dan terus dibiarkan menjadi contoh nyata bagi mereka. Untuk itu, menyalahkan dan melarang mereka saja tidak cukup, lingkungan tempat tinggalnya juga mesti diperbaiki. Memang tidak mudah dan lama, tapi itu perlu dan penting. Dan di sini saya menyarankan perbaikan tersebut dilakukan dengan pendekatan mitos dan mistis.

Kenapa tidak dengan ilmu pengetahuan saja?
Mitos dan mistis terbukti lebih berhasil dalam menjaga lingkungan dibandingkan ilmu pengetahuan. Memang, dengan ilmu pengetahuan, banyak tempat-tempat yang mengandung minyak bumi bisa ditemukan. Menambah sumber energi. Masalahnya, lingkungan di sekitarnya malah jadi rusak.

Di wilayah Kalimantan, orang-orang berilmu pengetahuan tingginya mengamati bahwa minyak kelapa sawit itu lebih menguntungkan daripada hutan yang tidak memberikan mereka apa-apa. Paling banter kayu bakar. Maka digundulilah hutan-hutan sebanyak mungkin dan diganti dengan kebun kelapa sawit, tanpa peduli danau dan air terjun di dekatnya menjadi kering.

Pelanggaran lalu lintas juga dipicu oleh ilmu pengetahuan. Lampu merah itu tandanya berhenti dan kendaraan di arah yang lain boleh berjalan. Tapi dengan ilmu pengetahuan, kita bisa menghitung, dengan kecepatan segini dan jarak segitu, kita bisa menerobos tanpa tertabrak. Saya gitu biasanya.

howhaw
Pake rumus s = v.t biar selamat
Ilmu pengetahuan juga meningkatkan kebejatan moral. Orang-orang dulu, yang pengetahuannya belum tinggi, percaya bahwa berhubungan intim itu bisa menyebabkan kehamilan. Tapi dengan ilmu pengetahuan, yang mengatakan bahwa kehamilan hanya bisa terjadi jika sperma dan sel telur bertemu, sekarang mulai banyak orang yang melakukan hubungan tersebut. Asal nggak keluar di dalem istilah mereka. Dari itu, lebih baik kita melestarikan/mewariskan mitos dan mistis agar lingkungan kita membaik.

Karena mitos diciptakan sebagai peringatan untuk berhati-hati dalam bertindak
Kalo kita perhatikan mitos (pamali) yang beredar di Indonesia, entah itu benar atau salah, semuanya bertujuan dan mengajarkan kebaikan. Menyapulah yang bersih agar tidak punya suami yang berewokan. Mau benar atau salah, yang jelas, menyapu hingga bersih itu adalah kebaikan karena merupakan salah satu cara menjaga kesehatan.

Kalo makan harus habis, nanti ayam kita mati. Begitu mitosnya. Mau benar atau salah, yang jelas kita tidak boleh mubazir. Jika makanan tersebut bersisa, ujung-ujungnya pasti dibuang. Jadi sampah. Bau.

Namun, jika kita mau mewariskan mitos tersebut, kita harus menyesuaikan kondisi. Menyapu bersih agar tidak dapat suami berewokan itu karena di zaman dulu orang berewokan tidak disukai. Dianggap buruk. Lah kalo sekarang, malah pada ganteng. Mungkin bisa diganti dengan dapat pasangan yang panuan seluruh tubuh.

Makan tidak habis entar ayam mati juga awalnya karena anak zaman dulu sangat suka memelihara ayam. Kalo sekarang kan udah nggak, mungkin bisa diganti dengan, “kalo makannya gak abis, entar foto Pamela Safitri di Instagram pake baju tebal semua loh”. Apa pun lah yang disukai anak-anak zaman sekarang.

howhaw
"Kalo makannya gak abis, aku fotonya begini doang loh"
Lagi pula, sesuatu bisa menjadi mitos karena memang pernah terbukti secara nyata dan memiliki alasan masuk akal di zamannya. Seperti mitos mengantongi batu ketika sakit perut.

Kepercayaan mistis pun mendatangkan kebaikan bagi lingkungan
Mungkin banyak orang yang menyuruh untuk meninggalkan isu mistis. Musyirik, katanya. Namun, bukankah makhluk halus itu benar-benar ada? Bahkan disebutkan di dalam kitab suci. Memercayai mereka ada berarti bukan perbuatan musyirik. Yang nggak boleh kan menyembah makhluk-makhluk tersebut.

Anggapan mistis yang mengatakan “pohon dan hutan itu ada penunggunya” berhasil membuat pohon dan hutan tersebut terus tumbuh dan tidak ditebang. Coba kalo dengan ilmu pengetahuan, “pohon itu kita perlukan karena menghasilkan oksigen”. Pasti berujung bodo amat. Ladang uang gitu.

Kepercayaan adanya makhluk penjaga sungai atau danau berhasil membuat danau tersebut terselamatkan. Airnya tetap jernih karena nggak ada yang berani buang sampah di tempat tersebut.

Tali kafan jenazah harus dilepas agar tidak jadi pocong. Entah benar atau salah, yang jelas, melepas tali kafan itu hukumnya sunnah. Sangat baik. Karena khawatir dengan mitos tersebut, saya kalo main layangan, tali kama’nya dilepas. Takut bukannya terbang, layangannya malah lompat-lompat.


howhaw
itu maksudnya apa coba?
Kepercayaan adanya makhluk halus di tempat sepi dan penuh semak berhasil menjadikan banyak orang menjadi religius. Tiap lewat bawaannya pengin berdoa minta perlindungan mulu. Coba kalo udah berpengetahuan tinggi, tiap lewat di situ bawaannya pengin ngejadiin tempat janjian ama pacar. Melakukan kegiatan ayah-bunda.

Bukankah lebih baik begitu?
Untuk itu, mari lestarikan dan wariskan mitos dan mistis yang berkembang di Indonesia. Dimodifikasi dan diteliti agar terasa lebih masuk akal. Memang, memercayai mitos dan mistis bisa membuat bangsa lain menertawai kita. Bangsa tidak berpendidikan, mungkin begitu anggapan mereka. Tapi, bukankah banyak kebaikan besar yang diawali oleh tertawaan dan penghinaan orang lain?



Sumber gambar:
https://arpianur28.wordpress.com/2012/08/01/kepala-botak-hutan-semakin-gundul-ulah-tuyul-bernyawa/
https://nasional.news.viva.co.id/news/read/496506-media-inggris-soroti-tercemarnya-sungai-citarum
https://www.modifikasi.com/showthread.php/583100-Inikah-Gaya-Pacaran-Anak-Remaja-Indonesia-Tahun-2014-2015
https://www.kaskus.co.id/thread/532ea06b82cf17a65b00005b/beberapa-pelanggaran-di-lampu-merah-aturan-hukum-serta-sanksinya
https://www.thebinde.com/2015/04/pihak-manajemen-serahkan-kasus-pamela.html
https://twitter.com/arbainrambey/

Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Mitos Bisa Membuat Lingkungan Jadi Lebih Baik Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

65 komentar:

  1. Hahaha *ketawa dulu*
    Saya setuju, bener banget. Buktinya Jepang yang masih menjaga tradisi dan mitos leluhur bisa menjadi bangsa yang sangat maju.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Mitos dan mistis bisa berdampingan dengan teknologi dna ilmu pengetahuan. Asal gak saling tabrak aja. Dan iya, Jepang udah membuktikannya. :-d

      Hapus
  2. Kalau begitu ntar aku makannya nggak cuma aku habisin. Aku libas juga makanan temanku, biar Pamela Safitri kayak gimana gitu pakaiannya :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Niat yang sungguh mulia, Bang. Aku dukung.

      Hapus
  3. Lucu dan cerdas. Itulah Haw. Okelah ayo kita mulai galakkan isu mitos dan mistis. Biar lingkungan tetap asri. Kalau Fujiko F. Fujio menjaga lingkungan dengan menanam pesan moral di komiknya. Beuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, melalui Doraemon dia mengajarkan banyak hal. Aku pernah nonton yang episode membersihkan lingkungan, dia nunjukin ke nobita bahwa itu perlu banget. Dia make alat yang bisa membuat mereka tau dna merasakan gerakan dan siklus air. mantep.

      Hapus
  4. Kalo diganti dengan si "Pamela yg make baju tebel" itu bukan mitos lagi dong bang .. hahaa
    tapi kalo masih make konsep mitos yg sama biasanya hanya kalangan tertentu aja yg masih percaya, seperti orang pedesaan / pegunungan ..
    yaudah .. alesan yg masuk akal sih njadiin mitos dan mistik jadi pelindung alam .. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... iya, ganti apa aja asal mereka mau menghabiskan makanan.

      Itu dia, makanya diwariskan. Karena generasi sekarang udah meninggalkan mitos. Tapi generasi selanjutnya kan bisa diubah. Seperti kata Gandhi, untuk mengubahs uatu negara, mulailah dari anak-anaknya.

      Hapus
  5. Wah menarik sekali ulasannya bro. Memang sih dengan kemistisan bisa membuat orang berfikir dua kali untuk berbuat sesuatu, tapi menurut saya anak kecil gak boleh diajarkan mistis gitu sih..

    Analogi manustia tidak senang dibilang 'Monyet' masuk akal 100% Hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak boleh kenapa? kasitau dong, biar gak salah langkah nih, Zan. Tapi gak diajarin juga mereka bakal tau sendiri sih. xD

      Mari hindari ngatai seseorang dengan panggilan 'monyet', tikus boleh. jadi kalo gede mereka akan membenci 'tikus-tikus'.

      Hapus
  6. Makanya punya anak satu aja cukup, Haw.. Dan jangan ada lagi yang namanya perumahan. Cukup rumah susun atau apartemen ajah :P

    Ini pernah dibahas sik berdua sama kawan ku.. Tapi ngga abis-abis ceritanya euy -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini maksudnya apa ngenyaranin punya anak satu... hahaha, iya, tapi rusun ama apartemen itu gak enak, kalo ada di lantai atas, susah neriakin kang cimol.

      kok ngebahasnya gak abis sih, Kabeb? kalo gak abis entar... ... ...lee min ho cepet nikah.

      Hapus
    2. Biar aku ada temennya. Mumumu :3

      Nah.. Cobak kalok semua orang di dunia ini pengennya punya rumah. Apa ngga habis tuh daratan di Bumi? Jangan-jangan gurun Sahara jugak bakalan dijabanin. Dibikin komplek perumahan.. Wkwkwk :P

      Soalnya kami berdua lagi makan choki-choki waktu itu, Haw.. ._.

      Hapus
    3. Kan bisa punya anak lima, trus empatnya dijual. dapet duit. ._.

      Gurun Sahara... eh, kemaren hotel bawah tanah itu di gurun mana yak? ah lupa. Kalo habis kan bisa beli lagi, gitu kali dipikirnya.

      *eng.... ... -______- *choki oh choki, kenapa coklatmu nggak abis-abis?*

      Hapus
    4. Oh iya. Betul jugak tuh, Haw. Tapi kenapa tetep banyak orang miskin di Indonesia ini ya? Padahal kan tinggal bikin trus ngelahirin doank ._.

      Aku malah ngga tau. Taunya masjid bawah tanah di Taman Sari - Jogja ._.

      Karena sebelum abis uda beli lagi, Haw. -_-

      Hapus
    5. Iya. Aneh. Mungkin mereka harus diajarin bisnis penjualan anak dan organ dalam manusia. :v

      Ada. hotel bawah tanah di daerah gurun. Sewanya mahal sih. Kalo masjid, di daerah papua freeport banyak tuh, gereja juga ada.

      Beli choki-choki, tapi kalo gak punya duit bakal menimbulkan si hotang loh.

      Hapus
  7. lama-lama jatuh cinta nih sama bang howhaw.
    cuma bisa angguk" kepala pas bacanya :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo kamu jatuh cinta, aku geleng-geleng deh. aku masih normal. udah gak khilaf kayak dulu.

      Hapus
  8. keren haw!!
    gue setuju sama melestarikan mitos yang ada disini, yang sebenernya mitos itu ada yang mengajarkan kedisiplinan buat hidup kita. dan menurut gue ilmu pengetahuan bikin orang makin pinter, tapi bikin buta buat liat kedepan, tergantung masing-masing individu juga sih. tapi gue setuju !! \m/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya, entar kalo punya anak, ajarin semua mitos-mitos gih! :-d

      Hapus
  9. Ganjaran atau akibat yang didapatkan karena gak percaya mitos itu keliatannya lebih nyeremin dan lebih berat daripada gak percaya ilmu pengetahuan. Menurutku sih gitu, setelah baca ini. Makanya orang tua lebih gak macam-macam daripada anak muda, soalnya orang tua lebih percaya mitos gitu ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, begitu, Cha. Karena dulu orang niatnya agar berperilaku baik gak peduli itu bener apa kagak. *ini aku ngesotoy*

      Hapus
  10. Foto yang ketiga astagaaa:D
    Eh ada si Pamela juga....
    Sekarang emang mitos dan mistis malah dianggap angin lewat doang ya bang, beda sama jaman dulu.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda ama zaman kecil tepatnya. Karena anak kecil sekarang masih percaya ama mitos dan mistis kok. tapi mitos yang mereka denger dikit, sebatas jangan pulang maghrib entar diculik wewe gombel doang.

      Hapus
  11. Emang mitos itu harus dipelihara tapi harus dinamis mengikuti perkembangan zaman gitu. Kalo nggak makan nanti pamela safitri fotonya nggak cuma pakek baju tebal aja tapi pake hijab juga biar syariah gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Harus menyesuaikan dengan keadaan zaman. Dan lagi, jangan dicampur dengan kemajuan teknologi. kalo nggak bisa tercoret semua.
      Hahaha.. iya, aku awalnya nyiapin foto Pamela yang pake jilbab, tapi khawatir sara.

      Hapus
  12. Kenapa ya, kalau ngebaca artikel Bang Haw sering bikin aku ingat sama quotes yang pernah aku baca sebelumnya :/

    Artikel kali ini bikin aku ingat sama tulisannya Bang Pay JS yang isinya kayak gini:
    "Orang Kebenaran adalah mitos. Tapi mitos itu membuat masyarakat hidup rukun bahagia. Perusahaan kayu adalah realitas. Dan realitas itu semakin hari semakin membuat orang-orang Kubu memendam dendam yang dalam."

    Padahal seharusnya ilmu pengetahuan yang maju juga tetap bisa bikin manusia peduli terhadap lingkungannya. Tapi, ya, dasar manusia... Mereka seringkali lupa, bahwa yang hidup di dunia bukan cuma mereka.
    Dan, ya. Aku juga manusia :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa sih? Mungkin aku cocok jadi flesdis dan memo.

      Kalo bukunya Bang Pay Jarot Sujarwo aku belom pernah baca. Gak pernah jodoh. Ketemu bang Pay aja gak pernah, padahal dia ama senior kampus temen deket. Waktu masih rajin ke Pusda, dia gak pernah muncul, pas udah jarang, malah sering dan buka kafe di situ. :(

      itu kalimatnya mantep. sesuai ama yang aku bahas ini. :-d

      Karena dengan ilmu pengetahuan kita bisa memanfaatkan SEMUAnya. Apalagi ada prinsip, ini waktumu, lakukan yang kausuka. sialnya, banyak suka nebang pohon dan buang sampah ke sungai. :(

      Hapus
    2. Beneran gak pernah ketemu Bang Pay sekalipun? Mungkin Bang Pay memang bukan jodohmu, Bang. #apaini

      Alhamdulillah aku udah beberapa kali ketemu dan interaksi sama beliau, soalnya kita tergabung di komunitas yang sama. Malahan pas masih maba sempet ngejualin buku beliau yang judulnya Sepok Dua. Cuma sayangnya waktu itu aku masih belum tahu kalau ada manusia yang sekarang aku panggil "Bang Haw" di dunia maya ini. Jadi gak bisa ngejualin bukunya ke kamu, Bang.

      Etapi Bang Haw sebaiknya harus nyobain ketemuan sama Bang Pay, deh. Duduk bareng. Ngopi. Diskusi. Soalnya aku sering "ketagihan" diskusi sama Bang Pay. Beliau itu asik banget. Pikirannya selalu terbuka, objektif, wawasannya luas. Kalau udah diskusi kadang sampai lupa pulang. Tiba-tiba udah ditelpon sama Mamak :D

      Eh iya, itu beneran ngerasa cocok jadi flesdis dan memo? Kayaknya kamu cocok untuk jadi lebih dari sekedar dua benda itu, Bang. Jadi hard disk, misalnya.

      Hapus
    3. Iya, belom pernah. Paling banter cuma melihat dia duduk ngopi, itupun saat masih belom kenal. :v

      Yang namanya penulis dan udah melanglang ke luar negeri, wawasan pasti luas. Apalagi bang Pay, yang sebelom aku tahu siapa dia, namanya ada di halaman persembahan skripsi senior di kampus karena sering membantunya kalo lagi menemukan permasalahan penelitian.

      Bukunya yang Sepok 2 kan pernah dititpin juga di tokoknya bang Qodja, wakti itu udah niatin mau mampir setelah pulang kuliah, tapi lupa-lupa mulu. makanya aku bilang nggak jodoh. :v

      Hard disk...jadi google drive aja dah biar penyimpanannya bisa diakses banyak orang dari tempat jauh. :3

      Hapus
    4. Tokonya Bang Qodja itu maksudnya Granada bukan sih? Sekarang Granada apa kabar yak? Gak pernah ngeliat itu buka lagi...

      Iya deh bang, terserah. Mau jadi google drive juga boleh. Asal jangan buang sampah dan nebang pohon sembarangan aja #apaini

      Hapus
    5. Iya. Itu. Gak tahu juga, udah lama banget nggak pernah ke situ.

      Nggak kok. Gka bakal nebang sembarangan. Aku nebangnya teratur dan direncanain. Biar dapet lahan lebih banyak. :v

      Hapus
  13. kamu kampret ya permumpamaan perumpamaannya makin tajam tapi juga nggak lupa bikin ketawa. sukses yaaa!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Haha... aku nggak kampret kok, Mif. Mereka yang nebang pohon dan buang sampah semabarangan itu yang kampret.

      Hapus
  14. Jadi, akibat dari ilegal logging itu adalah karena dulunya mereka adalah orang-orang yang sering diledekin monyet sama teman-temannya, ternyata bully bisa berdampak sangat besar dari lingkungan. Selalu dekat dan menatap yang diharap, tapi tak pernah bisa kita dapat, ah, inilah perumpaan air di bumi kita tercinta :')

    Haduh, itu gambar lingkungan sosialnya ._., tapi emang bener sih, kalau mau kita larang sedemikian rupa, kalau lingkungan tidak mendukung, ya gak bakalan mempan. Karena lingkungan punya pengaruh besar.

    Aku sih kagak setuju soal mewariskan mitos dan mistis dan meneruskannya ke anak cucu kita, itu malah larinya ke pembodohan, terlepas dari seberapa efektifnya mitos tersebut terhadap lingkungan. Kita harus bisa memberitahukan hal dengan ilmu pengetahuan, agar nanti anak cucu kita tidak terkontaminasi dengan mitos terhadap suatu hal, tapi bisa berpikir dengan logika mereka. Mitos boleh dijaga, tapi bukan untuk dipelihara, hanya untuk diingatkan dan jangan diamalkan apalagi dipercayai, begitu juga mistis.

    Makhluk halus yang ada dalam kitab suci itu cuma setan dan jin, penunggu dan arwah gentayangan itu cuma jin yang menyamar. Kalau kita percaya ada penunggu dan arwah gentayangan, sama aja musyrik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, pembodohan itu tidak baik untuk diajarkan. Yang perlu diperhatikan dan diteliti, kenapa mitos tersebut bisa ada? bisakah dijelaskan dengan logika? kalo bisa berarti hal tersebut bukan pembodohan. Makanya dalam mewariskan mitos, gak semuanya harus diajarkan. Untuk itulah kenapa diperlukan penyesuaian, modifikasi dan penelitian tadi.

      Kalo tentang mistis ini, yaudah, saya kembalikan pada masing-masing. lagian, saya juga nggak percaya tentang arwah gentayangan. tapi setan dan jin itu nyata. wc dan tempat kotor adalah rumah mereka. setan dan jin diciptakan oleh Tuhan, kalo kita nggak percaya mereka ada, itu sama aja kita nggak percaya ama Tuhan kan.

      Hapus
  15. Sebenarnya yang salah adalah manusianya yang memang bejat dan gak perduli sama lingkungan sekitarnya. Mereka pun sekarang gak perduli itu mitos dan mistik lagi, semua dibabat demi urusan perut sendiri. Memang bajingan manusia model begitu Mas, justru manusia yang kayak gitu yang harus dibasmi dari muka bumi ini.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabar, Bang. Mau menyalahkan mereka yang bertindak salah secara langsung itu susah, karena adanya kata "oknum", sehingga penyalahannya gak bisa objektif. Kita hanya bisa menyebut "mereka" tanpa tahu siapa nama-namanya. Karena gak jelas itu, makanya mengubah mereka amat susah. Untuk itu lah kenapa saya lebih suka memberi saran (walau ngaco) untuk perbaikan. Yang saya tahu, mitos itu ada karena di zaman dulu mitos tersebut terbukti (meski bukan secara ilmiah) dan mitos tersebut memiliki hal positif. Nggak ada salahnya kan kalo kita mencoba kembali cara perbaikan seperti itu? Karena membasmi orang yg gak jelas siapa itu susah.

      Hapus
  16. Lingkungan dan pergaulan manusia zaman sekarang makin bobrok ya mas. Karena Mitos dan mistik udh gak berlaku lg saat ini.


    Saya kalo nyapu gak mau bersih2 ah, biar ntar dapet suami yg brewokan. Kayak Zayn Malik :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak bobrok amatlah. Masih ada norma moral yang dijunjung. Tapi kalo didiemin aja, gak tahu deh nanti.

      Hahaha... amin. itu nyapunya mesti nyesuaikan tingkat kebersihannya loh. Kalo tingkat "bersih banget dan cemerlang" bisa-bisa dapet Syeh Puji. :ng

      Hapus
    2. HAHAAA Astagfirulloh.. mau dijadiin bini ke berapa lg tuh ntar
      *elus dada

      Hapus
    3. Kamu maunya jadi yang keberapa? biar aku sampein. :v

      Hapus
  17. Jd kita harus pinter2 nyaring la ya..etapi kadang2 jg meskipun udh tau tu mitos bener2 eje tp tetep aja dilakuin because kalau nolak berurusan sm para tetua..siap2 dipelototiin, diom3lin dan in in laennya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Gak tahu karena apa, yang jelas mereka mengajarkan mitos dengan tujuan kebaikan. Sarannya bener, meski alasannya asal.

      Hapus
  18. pemikiran yang sangat bagus sekali.
    brarti orang dulu elbih paham dengan karakter orang untuk mejadikannya melakukan hal baik. ketimbang sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya begitu, Mang. Makanya para orangtua sering ngomong, "Anak zaman sekarang kok gini, waktu zaman saya itu selalu nurut kata orangtua...bla bla bla..."

      Hapus
    2. ituah kenapa ainsten lahirnya zaman dulu ya. hahahha nyambung ga ya.:D

      Hapus
    3. Anggap aja nyambung, Mang. :v yang penting udah berusaha menyambung, karena orang yang menyambung bakal dimudahkan rejekinya.

      Hapus
  19. itu sebenarnya kearifan lokal, terkadang memang menyerempet ke mistis. Sebaiknya kearifan lokal dibiarkan saja, ini malah pake otonomi daerah, seakan-akan ingin membuat desa menjadi lebih modern, yang pada akhirnya membuat kearifan lokal pun menghilang. Gambarnya wow, cowok yang sebelah kiri, mukanya mesum, yang sebelah kanan juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Otonomi daerah aku belom banyak tahu. Katanya itu tujuannya untuk memjaukan desa dan membuatnya mandiri. Ada hubungannya dengan hilangnya kearifan lokal atau nggak, aku gak tahu. Kecuali kalo kemajuan desa itu dianggap sebagai pembaruan semua hal, termasuk warisan budaya dan bangunan. Itu parah.

      Hapus
  20. JANGAN SAMPE PAMELA PAKE JAS HUJAN. JANGAN.

    Malah fokus sama yang bagian ini. :(


    Bener, Haw. Zaman gue SMK, kuburan deket rumah, pas masih banyak pohonnya--belum ditebangin kayak sekarang--ada yang pacaran dan ritual ayah-bunda. Padahal kuburan itu identik dengan serem, angker. Zaman sekarang buat mesum. Hih!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mari habiskan makanan!

      Iya, Yog. Di kotaku juga kayak gitu, kawasan pekuburan cina. Dulu sebetulnya udah ada, pelakunya orang dewasa. Satu itu doang. Sekarang, beh, banyak banget, yang esde aja ada. :|
      Mungkin mereka bermaksud memberikan tontonan kepada penunggu kuburan. Mulia sekali.

      Hapus
  21. mitos memang harus dilestarikan sebagai media efek jera. lah, kok efek jera? maksudnya.... buat mencegah lah pokoknya. kalau bisa, mitos di upgrade jadi lebih horror.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Diupgrade... hahaha...iya bener, biar sesuai dengan zaman, tapi... gimana mau horror, media penyebarnya aja menggambarkan keseksian begitu. :v

      Hapus
  22. keren haw.
    gambarnya.
    bikin gua pengen googling. hahha. anjir itu yang masih remaja.

    etapi, bener juga ya. dengan mistis bisa membuat orang lebih menghormati alam. mungkin bendera merah putih juga banyak mistisnya. makanya sering dihormatin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orangnya gitu, kek, yang dibilang keren. :|
      Mereka bikin ngiri ya, Man? xD

      Wa wa wa... perlu diteliti ini kayaknya.

      Hapus
  23. Ternyata mitos lebih berpengaruh ketimbang ilmu pengetahuan =D

    BalasHapus
  24. Pas banget nih temanya.
    Aku mau sedikit cerita ni How, nggak lama ini istriku kan uda melahirkan anak pertama kami. Nah kata orang tua, semua sampah yang berkaitan dengan si bayi jangan di bakar. Contohnya tisyu buat bersihin, atau pempersnya. Kalau nggak di kubur aja, atau di buang dikali.

    Ini yang di garis bawahi adalah di buang di kali. Kalau semua orang yang baru punya bayi dan sampahnya di buang di kali. Mau jadi apa kalinya?

    Kadang mitos itu terasa aneh dan nggak mausk akal. Cuma dengan mitos banyak orang malah jadi hati-hati dalam setiap bertindak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salah fokus utamanya Pak Guru. Mitosnya kan sampai jangan membakar. Dilihat dari segi ilmu pengetahuan pun, membakar sampah adalah tindakan pencemaran udara. Makanya recycle dan pengumpulan sampah digalakkan.

      Untuk yang mending dibuang dikali, itu saran salah yang mencakup semua zaman, bukan karena mitos tersebut. Mungkin logika kita menganggapnya begini: "mitos ngelarang ngebakar -> mending buang dikali". Padahal di mitosnya gak bilang buang dikali. Seandainya di sana ada mitos di kali ada penunggunya, pasti anjurannya bakal beda. Kubur aja. bisa jadi pilihan stau-satunya.

      IMHO loh itu Pak. Kalo ada mitos yang menarik, kabari lagi Pak! biar saya nambah belajar.

      Hapus
  25. Kayaknya hutan dijadiin perumahan gara-gara pertumbuhan populasi deh. Hehehe. IMHO. :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. to be fair, kalau mau diliat dari sisi positifnya artikel in bagus banget. Intinya memakai mitos untuk kebaikan. Hohohehe.

      Hapus
    2. Iya, peningkatan populasi merupakan salah satu penyebab pegundulan dengan alasan pembuatan perumahan. Hal tersebut terjadi karena manusia lebih mementingkan kepemilikan pribadi dan sikap tak mau terganggu. Beberapa waktu lalu, aku pergi ke rumah betang yang ada di pedalaman kalimantan. mereka menjunjung tinggi tradisi dan petuah leluhur. dalam penebangan pohon atau hutan yang dimaksudkan untuk dibuka sebagai ladang atau kayunya sebagai material bangunan, mereka mengadakan upacara khusus terlebih dulu. Mereka tidak akan membuka ladang baru jika lahan sebelumnya belom ditanami (reboisasi).

      Rumah mereka berbentuk memanjang, terdiri dari tiap bilik yang disusun bersebelahan. satu bilik, stau keluarga. selain faktor saling menjaga, alasan lainnya karena mereka tidak mau membuka lahan baru hanya untuk rumah pribadi. dari itulah artikel ini berawal.

      memang, tidak semua mitos itu baik, masuk akal di zaman sekarang apalagi, tapi kebanyakan dari mitos tersebut memiliki kebaikan bagi lingkungan maupun bagi manusianya sendiri. :)

      Hapus
  26. Lucu sekaligus aneh dan unik foto2nya mas.....ini kunjungn pertama saya dan saya merasa terkesan dengan blog ANda. Salam kenal

    BalasHapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~