Malaikat Tak Berakyat

Assalamu’alaikum...

Sebentar lagi pemilihan umum bakal diadakan untuk menentukan wakil-wakil rakyat dan pemimpin rakyat selama 5 tahun mendatang. Sebagai warga yang terlalu baik, saya juga harus ikut memberikan suara dalam penentuan tersebut. *Ga percaya kalo saya ini terlalu baik? Tanya sama gebetan yang pernah saya tembak sana* Dalam penentuan pemimpin, saya ga pernah golput, karena bagi saya golput itu haram.

Mungkin dulu golput dilakukan untuk menentang kebijakan negara, tapi sekarang golput itu menghancurkan negara. Saya kasih contoh satu saja, misalnya kalian golput karena calon yang ada, diduga, bakal korupsi semua. Ingat, saat banyak yang golput, suara yang masuk bisa tidak sah karena kurangnya suara pemilih, mau tidak mau dilakukan pemilihan ulang, beli kertas pemilihan lagi, sama saja dengan menghamburkan uang rakyat. Menghamburkan uang adalah temannya setan kata ustad saya, jadi sebaiknya orang yang golput diganti penyebutannya saja, ‘golset’ golongan setan.

Udah, satu contoh aja, karena kali ini saya ga mau bahas banyak tentang korupsi maupun golput melainkan tentang calon presiden yang saya idam-idamkan. Permasalahan umum dalam menentukan capres adalah kita tidak mengenal calon tersebut. Karena tidak kenal, maka tidak sayang, karena tidak sayang maka tidak cinta, begitu pepatah lamanya.... akibatnya kita jadi ragu untuk percaya.

hawadis howhaw
CapresInilahImage

Mengatasi hal tersebut, banyak capres yang menunjukkan diri agar dikenal, tapi kita menganggapnya pencitraan diri. Faktanya bukan kita nggak kenal, tapi kita nggak mau mengenal. Kita bilangnya saat pemilu saja dia muncul, sebelumnya ga pernah ada. Padahal kita juga begitu, saat pemilu saja kita mencari atau mendapatkan info tentangnya, hari lain acara cinta dan harta lebih menarik mata.

Saya yakin, capres yang maju dalam pemilu kali ini terdapat calon yang dapat menjadi teladan rakyat. Namun, secara pribadi, saya tetap menginginkan calon yang sesuai kriteria saya, atau mendekati kriteria yang saya idamkan. Dalam memilih calon presiden, saya mengharapkan calon tersebut berkarakter seperti berikut;

-Bijak
Saya lebih suka pemimpin yang bijak dibandingkan yang pintar. Karena orang yang pintar bakal banyak berkomentar dan membela diri. ‘Saya begini...’ ‘Kalian tau tidak kalau saya..’ yang seperti itulah. Sedangkan pemimpin bijak bakal sering mendengarkan, menyetujui dan bertindak sesuai kebutuhan.

-Rada jahat
Pemimpin yang rada jahat bakal tau untuk bersikap terhadap orang atau kelompok yang diyakininya salah. Tegas. Saya ga suka dengan pemimpin yang terlalu baik, karena saya khawatir pemerintahannya ga bertahan lama dan semua tindakannya ditolak. Tau sendirikan kalau rakyat Indonesia selalu menolak orang yang terlalu baik.
Kamu terlalu baik buat Indonesiahh...

-Banyak janji
Mungkin kalian beranggapan pemimpin yang banyak janji adalah pemimpin yang tidak baik. Tapi menurut gue, pemimpin yang banyak janji itu baik dan perlu lo. Coba saja bayangkan, jika para pemimpin tidak memberikan janji lalu dalam pemerintahannya tidak melakukan kegiatan apapun. Kita jadi ga bisa protes.

"Bapak, kenapa bapak tidak melakukan pekerjaan selayaknya pemimpin?"
"Lho, kan saya nggak ada janji."

-Membuat nyaman
Bukan. Bukan karena saya ingin menikmati hari dengan tenang karena kejahatan bisa dimusnahkan oleh capres tersebut. Bukan juga karena saya ingin bebas tenang dan nyaman kemanapun sebab angka kecelakaan sudah 0%. Bukan. Saya ingin capres yang membuat nyaman karena jika saya melihatnya menjadi pemimpin dan berbuat salah, saya bisa punya alasan untuk meninggalkannya. ‘Tinggalkan zona nyaman’, kata motivator. *salah seminar*

-Tampil sebagai sosok imam yang baik
Iya, untuk menentang nepotisme, saya suka yang rada jahat. Tapi untuk melakukan agenda pemerintahan, saya inginnya dia terlihat sebagai imam yang baik. Karena jika demikian, saat akan melaksanakan agenda tersebut, dia bakal mengajak rakyatnya merapatkan barisan untuk kesempurnaan dan keberhasilan agenda serta memperoleh hasil yang maksimal. Coba kalo dia imam yang jahat, pasti dia bakal minta bayar dulu sebelum memulai agenda.

-Selalu ada di samping rakyat
Maksudnya saat jadi pemimpin, dia akan selalu memantau rakyat, baik rakyat kecil maupun rakyat besar. Baik saat didukung atau dijauhi rakyat. Dengan kata lain, dia tetap tampil sebagai malaikat walau tak berakyat. Saat rakyat berhasil menciptakan lingkungan yang asri, dia datang *kan bisa masuk tipi rakyatnya* dan saat rakyat ditimpa musibah, dia juga datang, biar dia tau gimana rasanya musibah itu. Iya, saya kadang bingung, ini rakyat nyari pemimpin yang peduli atau egois nafsu hati.

Intermezzo sebentar;
Pemimpin yang makan di warung kaki lima dikatakan hebat oleh rakyat,
’Pak YKS makannya di warteg lo, hebat.’
‘Pak Jakardi sepatunya itu jenis ket lo’
‘Pak Jamal ini rumahya kecil lo’
Sebenarnya rakyat nyari pemimpin yang bagaimana sih? Kok kayaknya yang disukai yang nasibnya sama-sama miskin dengan orang kebanyakan. Kayak ada kepercayaan ‘Kamu harus menjadi miskin karena kamu menjadi pemimpin’

-Yang setia
Khususnya setia dengan negara dan rakyat. Terserah setia dengan yang mana, kalo setia dengan rakyat, maka apapun yang terjadi dengan negara, dia akan tetap membela kepentingan rakyat. Atau setia dengan negara, sehingga apapun yang terjadi dengan rakyat, dia akan mempertahankan kedaulatan negara.


Kayaknya cuma segitu saja kriteria calon pemimpin yang menurut saya pantas dipilih. Kalo kebanyakan kriteria, ya ga bakal ada yang bisa dipilih, ujung-ujungnya malah ikut golset. Oke, karena tiba-tiba saya merasa badmood *ga tau kenapa*, saya akhiri artikel ini. Jika ada salahnya, benarkan. Kalo ada benarnya ya.... jangan disalahkan. Terakhir, pemimpin adalah orang yang merelakan dirinya diinjak oleh orang lain tapi dia tidak akan membiarkan dirinya menginjak yang dipimpinnya (Obito Uchiha)

#TematicBlogJB
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Malaikat Tak Berakyat Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

4 komentar:

  1. Yang rada jahat itu yang gimana dulu nih. Agak serem juga. Hehe.
    Yang penting bisa menggerakan rakyatnya. Percuma kalo bagus tapi kerjanya sendirian. :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tegas dalam menindak yang salah maksudnya, baik itu orang kecil atau pun orang besar.... heheheh..... Rakyat harus juga begitu, harus memulai bergerak bersama, masak nungguin orang yang cuma sendirian....

      *kok gue ikutan komentar ya, berarti gue sok pintar*
      #ngeliat poin pertama

      Hapus
  2. gue suka nih "golput itu haram".

    Golput bukan cara terbaik utk mengekspresikan kekecewaan kita pd politik. Mendukung calon yg kita yakini bersih adalah cara yg lebih solutif.

    Bagi saya pemimpin itu adalah yg bisa menggerakkan warganya untuk ikut turuntangan sama-sama menyelesaikan masalah. Pemimpin yg hadir bukan untuk mengirim ratapan tapi menggandkan harapan :)

    BalasHapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~