Kolom Agama di KTP Bikin Timbul Diskriminasi?

Assalamu’alaikum....

Pertengahan bulan Desember tahun kemarin, saya denger isu tentang penghapusan agama di KTP. Hal ini direncanakan untuk menghindari diskriminasi terhadap seseorang yang diakibatkan status agamanya. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa agama merupakan urusan pribadi yang hubungannya cuma dengan Tuhan, sehingga menurut mereka tidak perlulah agama dicantumkan di dalam KTP.

Its oke. Mungkin mereka ingin mencontoh negara Jepang, dimana di negara tersebut status tentang agama tidak dicantumkan atau bahkan tidak pernah dipertanyakan di lingkungan sosialnya. Tapi bukankah kartu identitas dibuat untuk menunjukkan hal tersebut? Masa iya gara-gara diskriminasi lalu kolom agama di kartu identitas harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan? *eh kok kalimatnya kayak teks Undang-Undang ya*


Diskriminasi Identitas
AllyDalijoImage

Kalau berbicara tentang diskriminasi, saya pahamnya diskriminasi itu adalah tindakan merendahkan orang lain karena orang tersebut berbeda dengan kelompok orang yang mendiskriminasi. Diskriminasi tersebut terjadi karena anggapan buruk tertentu terhadap seseorang yang biasanya menjadi oknum dan dianggap orang yang bercirikan sama memiliki perbuatan yang sama. *ribet-ribet deh bahasanya* Tapi untuk menghilangkan diskriminasi, bukan hal yang benar jika ciri orang yang diduga harus dihilangkan.

Begini, kita anggap kita setuju dengan wacana penghilangan kolom agama di KTP karena alasan diskriminasi. Tapi, ingat juga diskriminasi juga sering terjadi kepada kaum wanita. Banyak cewek-cewek yang direndahkan oleh lelaki (menurut laporannya). Berarti, kolom jenis kelamin di KTP juga harus dihilangkan. *oke siip*

Eh, jangan lupa juga anak kecil tidak boleh mengetahui urusan orang tua. Anak muda tidak boleh banyak bicara dibandingkan orang tua. Orang yang lebih tua seharusnya lebih pantas menjadi pemimpin, anak muda sebaiknya mencontoh dan belajar saja. Bukankah itu juga termasuk diskriminasi? Dan ingat waktu Arie Kriting dikatain Tua? Saya menganjurkan, kolom usia atau tanggal lahir juga harus dihilangkan. *cewek-cewek yang sering nyembunyikan tahun lahirnya pasti suka kalo kayak gini*

Daerah asal seharusnya juga dihapus aja. Saya ingat temen saya yang dari kampung pedalaman sering diejekin di sekolahan. Apalagi dalam pertandingan sepak bola, beuh, seolah daerah asalnya itu surga, pokoknya yang paling hebat dan indah. Kalo pengalaman pribadi, saya sering ditanyain temen-temen yang dari Jawa tentang rasa daging manusia. Mereka kira, orang Kalimantan itu makan daging manusia. Beneran. Padahal saya kan ga doyan dengan daging manusia. Rasanya agak manis begitu. *haaaaahhhhhh......?????*

Oh iya, dulu temen saya yang namanya Rajagukguk juga sering diejekin. Katanya itu bukan nama marga batak, tapi marga satwa. Saya sendiri juga sering dikatain. ‘Hahahaha.... Hawadis...Hawa kok cowok, seharusnya kan cewek..’ Di negara Eropa juga, yang namanya ada tulisan Muhammad-nya sering dipersulit masuk negaranya. Belum lagi yang namanya ada kata ‘-anus’ nya, makin jadi itu dikatainnya. Sepertinya, kolom nama di KTP juga harus dihilangkan.

Status pernikahan juga sebaiknya dihilangkan. Kan ada itu rumah sakit yang sering nanyain kalo ada perempuan yang mau melahirkan, ‘Sudah menikah belum?’ dan kalo jawabannya belum, layanannya pasti diimbuhi dengan garis tepi bibir ditarik ke bawah. Lagian kan, pernikahan itu urusan pribadi setiap orang, ga perlulah dicantumin di KTP. *yang ingin nambah istri kayaknya seneng banget itu*

Sebenarnya, kolom pekerjaan juga berpotensi diskriminasi. Coba bayangkan. Ketika di KTP ditulis pekerjaan adalah petani/buruh, kalau orang tersebut datang ke kantor pemerintahan, kira-kira pelayanannya apakah sama ramahnya jika di kolom pekerjaan ditulis TNI? Nggak kan? Buruh biasa dilecehkan. Jadi kolom pekerjaan juga harus dihapus. Itu bisa menjadi pemicu diskriminasi.

Berdasarkan penelitian terbaru, golongan darah menentukan sifat seseorang. Contoh, golongan A itu sifatnya rajin bersih-bersih, selalu tepat waktu, tapi sering ragu-ragu. Golongan O itu pekerja keras, romantis tapi mudah marah. Golongan B itu Jakarta dan AB Jogja. Seperti itu. Sehingga ketika melamar pekerjaan, golongan darah tertentu bisa dengan mudahnya diterima sedangkan golongan lain bisa dengan mudah disingkirkan. Diskriminasi.

Lantas, jika menuruti diskriminasi, apa isi KTP?

Nama: dihapus
Tempat Tanggal Lahir: dihapus
Alamat Tinggal: dihapus
Status pernikahan: dihapus
Pekerjaan: dihapus
Golongan Darah: dihapus

KTP cuma kertas kosong doang, buang aja!
Lagian ya, bukankah diskriminasi agama sering terjadi bukan karena orang ngeliat KTP yang bersangkutan, tapi dari tindakan keseharian?

"Eh, Elu KTP-nya non-islam ya? Gue tonjok Lu."

"Nggak Bang, KTP saya udah kosong kolom agamanya kok."

"Trus, kalo kosong, Elu udah jadi orang Islam?"

"Ng...gak Bang."

"Tuh kan. Sama aja." *plak pluk plak bhuk bhuk*

Begitulah. Alasan menghapuskan kolom agama di KTP karena dianggap diskriminasi merupakan alasan yang nyeleneh. Saya heran saja dengan isu penghapusan sesuatu yang dianggap memicu diskrimasi ini. Kenapa objeknya yang dihilangkan? Kok bukan prilaku diskriminasinya ini. Itu sama kayak saya lagi sakit gigi dan ga boleh makan yang manis-manis. Tapi bukannya saya ngobatin sakit gigi, eh saya malah melarang orang menjual permen, coklat, cake ama gulali. Contoh lainnya juga kayak skripsi. Skripsi yang tidak dikerjakan atau tidak di ACC dosen merupakan penyebab mahasiswa tidak lulus. Tapi bukannya mengerjakan skripsi dan meminta ACC, mahasiswa malah protes agar skripsi dihapuskan *yang ini saya setuju sih...hehehe..*

Oke, sekian saja artikel tentang diskriminasi ini. Kalo ada benarnya silahkan amalkan, kalo ada salahnya mohon dibenarkan. Ingat, untuk menghilangkan tindak pencurian motor, bukan motornya yang dimusnahkan, tapi pencurinya yang ditangkap atau manusianya yang dididik dengan baik, sejak dini. Begitu pun masalah diskriminasi. 

Kalo penghapusan web yang dianggap mengandung porno, itu diskriminasi bukan sih? Kan kasian si pornonya, dari dulu selalu dijauhkan dari pergaulan. *ini sesat, kalimat ga sehat*


NB: Artikel ini dikembangkan dari cerita temen saya yang mendengar cerita dari temennya lagi. Dimana temannya itu mendengar cerita dari temannya yang diceritakan oleh tutornya yang dapat berita itu dari temannya yang juga mendengar dari temannya lagi. Temannya itu dapat berita dari searching di gugel dimana gugel mengajukannya dari situs web yang ditulis seorang aktivis yang mendengar cerita dari temannya yang temannya ini memikirkan tentang diskriminasi yang diceritakan... *ah udah ah... * pokonya itu saya kembangin dari cerita temen.


Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Kolom Agama di KTP Bikin Timbul Diskriminasi? Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

14 komentar:

  1. Hahaha lama-lama jadi kosong yaa. :p
    Kalo setau gue sih, itu dihapus bukan karena diskriminasi, tapi karena menghargai orang yang ngga punya agama. Nanti mereka ngisi apa. Hehe :)) CMIIW.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ooohhhh..... pilihannya:
      - segeralah memeluk agama
      - segeralah pindah ke negeri lain yang pilarnya tidak mengandung ketuhanan
      - cari tempat pembuatan kartu identitas yg isinya orang salah mulu atau sengaja salah (kayak tanggal lahir gue, salah..)

      Hapus
    2. sudah jelas Indonesia Negara bertuhan, disebutkan di pancasila "Ketuhanan YME"

      Hapus
  2. Aku boleh ngetawain NB mu nggak? Wkwkwkwk xD #eh

    Kirain ini buat kontes Indonesia Tanpa Diskriminasi. Eh, ternyata postingan lama..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan...

      Kontes apaan itu, Denny JA? ga pernah denger.... yah, yg lama kalo bisa bermanfaat, ga apa-apa kan. :p

      Hapus
  3. Eh gue belum komentar sudah ada tulisan "Komentar Anda sudah muncul." *lupakan
    Gue juga bingung nih sama nama gue sendiri, di Akte kelahiran nama gue "Ali Arsa", sedangkan di surat ketengangan kelahiran nama gue "Ali Harsya". Jadi harus kah gue nulis nama gue di KTP nanti "Ali Arsa atau bisa juga Ali Harsya", jadi gue setuju kalau nama juga dihapuskan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. internet kamu kelewat cepet.

      biasanya sih ngikuti akte, tapi kalo kamu lebih suka make ali harsya, mending aktenya diubah, diurus sejak sekarang. Gue udah pernah bermasalah tentang akte yang ga sesuai dengan ijazah. Mana yg ngurus juga sering salah ketik. Ribet bolak-balik kantor. Mahal lagi. Ujung-ujungnya akte yg ngikut ijazah. tapi bodo amat dah, ngejar syarat kuliah juga soalnya waktu itu.

      Hapus
  4. Udah ajah atuh KTP teh isinya kata mutiara.. :)) Mungkin di kita tuh kebiasa kalo 'beda' dikit jadi masalah.. Nggak perlu dari tertulis di ktp, dari obrolan aja kalo ketauan seseorang 'beda' dari orang pada umumnya pasti jatohnya diomongin.. Padahal 'beda' itu biasa aja kan? Nah itu kebiasaan ngebeda-bedain yang 'beda' itu yang kudu dirubah kali yah, supaya kita tuh punya pikiran yang lebih terbuka, seperti menurut pesan di postingan ini : "untuk menghilangkan tindak pencurian motor, bukan motornya yang dimusnahkan, tapi pencurinya yang ditangkap atau manusianya yang dididik dengan baik, sejak dini." cmiiw.. XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. kata mutiara? hahaha :D setuju sih, kalo udah jelas beda ga harus disamakan, kalo udah jelas sama, ya jangan dibedakan. sesuaikan tempat dan kondisinya. jangan asal menuduh ini salah, itu diskriminasi.

      Hapus
  5. Sepanjang baca artikel ini gue manggut-manggut aja. Bener beud... Dan entah kenapa gue jadi mikir, jangan2 ada "konspirasi" di balik itu semua? Ah entah lah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha... konspirasi. Kayaknya lebih seperti ada yg kurang memahami tentang fungsi dan pendataan demi pemantauan perkembangan. Semua ingin dimengerti, tapi ga mau ngertiin yang lain, yang mencakup kepentingan orang banyak.

      Hapus
  6. kalo yang nulis ini mayoritas dan yang baca juga masyoritas pasti banyak setujunya tapi yang baca ini kaum minoritas pasti banyak gak setujunya. ya karena mereka sering terdiskriminasi karena minotorasnya. jadi inti sebenarnya bukan masalah agama dalam KTP di tulis apa gak tapi yang terpenting orang mayoritas sudah mampu dan bisa bertoleransi akan semua itu tersebut apa belum dan minorotas gak songang juga. so selama yang masih mayorisat belum mampu toleran dan menganggap alirannya benar yaa lebih baik di hapus. ini lagi sotoy

    BalasHapus
    Balasan
    1. "selama yang masih mayoritas belum mampu toleran dan menganggap alirannya benar yaa lebih dihapus."

      aku gak tau harus nanggapi itu gimana. Kan yang namanya agama ya, mesti percaya bahwa yg dianutnya itu paling benar. kalo nggak, berarti kan musyrik. menghilangkan perasaan paling 'aliranku paling benar' itu nggak mungkin, tapi menerima orang lain untuk menganut agamanya bisa. dan itu yang perlu dididik sejak kecil.

      penghapusan kolom agama KTP itu bukan hanya sekadar iya dan tidak. Tapi juga akan melanggar UU. karena di Indonesia sendiri berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi mau dikosongkan, atau bahkan dihapus, harus melakukan perubahan terlebih dulu pada UU. jangan sampai sudah dengan tegas embuat satu aturan dan landasan, eh malah dengan mudahnya melanggar. Masalah yang berhubungan dengan "Ketuhanan" merupakan hal yang melekat pada 4 pilar bangsa. kalo pilar tersebut dilemahkan, bisa-bisa... .... ... ....

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~