Dunia Mengamini Apa yang Kita Yakini

Assalamu'alaikum...

Malem semua.....
Malem-malem gini biasanya lagi bersantai ria dengan tugas, entah itu tugas kampus, tugas sekolah maupun tugas mengamankan wilayah (siskamling).

hawadis howhaw
Namun hal tersebut jangan dianggap suatu beban, meskipun memusingkan, meskipun melelahkan, dan meskipun mematikan (hah????, kan ada tuh yang update status begitu, " tugas numpuk nih, lama-lama mati juga gua"), tetaplah dinikmati dan BERJUANG dengan sabar dan syukur, karena di suatu saat nanti kita akan merindukan saat-saat begini.

Bicara-bicara kata berjuang, saia ucapin selamat merenungi hari pahlawan. Semoga saja dengan semangat dan raihan (maksudnya pencapaian bukan grup nasyid) yang mereka tunjukan dapat memacu tiap pribadi untuk menjadi pahlawan di masanya. Menjadi pahlawan bukan berarti harus pergi berperang, bukan harus berpenampilan seperti Spiderman, Superman, Batman maupun Ultraman. Cukup jadikan diri menjadi baik bagi diri sendiri dan baik bagi orang lain sehingga orang lain merasa tenang dan tidak takut akan kehadiran kita karena orang yang baik adalah orang yang orang lain selamat dari tangan dan lidahnya, itu sudah bisa dianggap pahlawan.

Hiduplah dengan jiwa pahlawan, maka dunia akan menganggap anda pahlawan. Hiduplah dengan bermacam tindakan baik, maka dunia akan mencatat anda sebagai orang baik. Karena dunia hanya sebuah cermin yang memantulkan tindakan diri.

Ane ada sebuah kisah...
Ketika musim liburan, Sanusi pergi ke mendaki gunung bersama ayahnya. Ketika sedang menikmati perjalanan, tiba-tiba kaki Sanusi tersandung akar pohon. 

"Aduh!!", jeritnya yang memecah keheningan pegunungan. 

Namun Sanusi terkejut, karena ia mendengar suara dari kejauhan yang menirukan jeritannya dengan persis, "Aduh!!". 

Mendengar itu, ia berteriak lagi, " Hei, siapa kau?" jawaban yang terdengar, 

"Hei, siapa kau?". Karena merasa kesal suaranya ditirukan, sanusi berseru,
"Pengecut kamu!" lagi-lagi suara yang terdengar juga berupa umpatan yang sama. Sanusi lalu bertanya pada ayahnya, 

"Apa yan terjadi?" dengan penuh arif sang ayah tersenyum, "Anakku, coba perhatikan." 

Lelaki itu lalu berteriak, "Aku kagum padamu!" suara dari kejauhan menjawab, 
"Aku kagum padamu!". 

Sekali lagi sang ayah berteriak, "Kamu sang juara!" suara di kejauhan terdengar, "Kamu sang juara!". Sanusi keheranan dan belum mengerti apa yang dilakukan ayahnya. 

Sang ayah lalu menjelaskan, "Suara itu adalah gema, tapi sesungguhnya itulah kehidupan." 

(kisah diceritakan ulang dari buku "Bertahan Hidup" karya Hendi Kurniah)

Apa makna yang didapat dari kisah tersebut?
Kehidupan sebenarnya memberikan umpan balik atas semua tindakan dan ucapan kita. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila anda ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di dalam hati. Bila menginginkan kebahagiaan dalam hidup, ya mendekatlah kepada Sang sumber kebahagiaan itu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kita berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah cermin dari diri kita karena hidup bukanlah dadu yang dilempar oleh Tuhan.

Mereka para pahlawan telah memberikan cinta kepada bangsa ini, dan kini bangsa ini mencintai mereka.
Mereka para pahlawan telah meberikan sinar harapan bagi bangsa, dan kini bangsa memberi mereka sinar syukur dan terima kasih.
Mereka para pahlawan memberikan penghormatan penuh pada bangsa ini, dan kini bangsa selalu memberi penghormatan khusus pada mereka.

Berikanlah yang terbaik bagi hidup ini, maka hidup akan membalasmu dengan bermacam kebaikan!
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Dunia Mengamini Apa yang Kita Yakini Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

0 Comments:

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~