Mencari Kitab Suci

Assalamu’alaikum…

Selama mendekam di dalam kamar saat situasi begini, orang-orang pasti kepikiran tentang masa depan. Ya, nggak depan-depan amat, sih. Maksudnya, mereka jadi punya planning buat melakukan banyak hal di hari nanti saat pandemi ini sudah berakhir. Mau makan di resto anu, mau keliling tempat ini, kumpul sama temen sampai larut pagi, atau nginep berhari-hari di kosan pacar.
pandemi-berakhir
1) Apapun asal bukan mau nge-play ulang pandeminya
Lah, yang terakhir tadi apa bedanya ama karantina, ya? Semua keinginan tersebut ditanam dalam-dalam, lalu nungguin biar segera bisa disemai. Banyak yang memprediksi, seusai pandemi nanti tempat wisata dan coffeshop akan lebih ramai dibanding yang dulu-dulu. Menurut saya, kalo virusnya sudah hilang, yang berpotensi ramai di awal-awal nanti kayaknya lagu Banda Neira – Sampai Jadi Debu.

Bakal banyak yang update liriknya. Terutama yang badai telah berlalu, salahkah menuntut mesra. Yah, selama pandemi ini, pasti banyak jiwa-jiwa yang saling merindu. Sehingga saat badai pandemi ini berakhir, lirik tersebut jadi lebih berasa ngena.

Udah lama ini nahan rindu ketemuannya, apa salah kalo sekarang aku menuntut buat bermesraan?”

Semacam itu. Bencana pandemi ini benar-benar menjengkelkan. Bukan hanya karna memakan banyak korban, melainkan juga membuka sifat buruk semua manusia. Egois, tak peduli, cari untung sendiri. Akibatnya, keadaan yang timbul jadi lebih parah. Bayangkan saja, aib atau hal buruk yang selama ini ditutupi orang-orang biar dunia aman, tahu-tahu kebuka semua.

Padahal, kita harusnya mati-matian menutupi keburukan kita

Namanya juga hal buruk, kan. Kalo memilikinya, kita bakal dicap sebagai orang yang tidak baik. Bahkan, nggak hanya aib atau keburukan kita saja yang perlu ditutupi. Aib teman, saudara, atau keluarga kita juga harus ditutupi. Dengan catatan, selama dengan menutupi tersebut, orang lain jadi aman dari tindakan buruknya. Atau lebih baik lagi, jika saat itu dia sedang mengubah dirinya menjadi lebih baik dan meninggalkan sikap buruknya.

Meskipun di masa sekarang malah terjadi sebaliknya, sih. Orang-orang pada bangga pamerin aibnya. Apalagi di Twitter, beh, sampe detil banget mereka ceritainnya. Gue pernah nganu dengan ini, DM-an mesra ama pacarnya sahabat, dan sejenisnya. Ketika ada yang menasihati mereka buat ceritain ke orang yang dipercayai saja, eh, malah ngebentak. Jangan munafik, semua orang juga pasti pernah, katanya.
buka-aib-sendiri
2) Malah aibnya dibuka sendiri, God: -_-
Juga berdalih itu sebagai pelajaran. Nggak apa ngelakuin hubungan terlarang, asal tahu consent. Segi mananya yang bisa disebut pelajaran kalo akibatnya malah makin menambah banyak pelaku hal terlarang tersebut? Jadi munafik justru lebih baik!

Selain berpotensi menambah jumlah pelaku hal nggak baiknya, kenapa, ya, aib itu harus ditutupi? Nggak bisa apa dibiarin begitu saja? Toh, nggak semua orang bakal nyari tahu keburukan kita. Iya, nggak, sih?

Sebab, keburukan suka sekali menampakkan diri secara mendadak
Sedangkan kebaikan, justru mudah sekali menghilangnya dan tidak diketahui siapa pun. Mungkin kita pernah mengalami hilangnya beberapa kebaikan kita ini. Saat di rumah, kita ngepel atau nyuci piring. Emak nggak ngelihat. Pas udah selesai dan kecapekan, terus tiduran bentar, langsung itu si emak tahu-tahu muncul dengan sindiran,

“Tidur mulu, nggak pernah ada inisiatif bantuin beberes rumah.”

Iya, nggak? Hal baik yang kita lakukan mudah sekali hilangnya. Di kosan, saya sesekali suka menyikat WC kosan yang dipakai bersama. Sehingga pengurus kosan bisa terbantu sedikit dan lebih cepat menyelesaikan beberes hal lainnya. Selesai sikat WC, mandi, saya masuk kamar. Terus ada orang lain yang menggunakannya.


Tak begitu lama kemudian, tahu-tahu terdengar pergunjingan di luar, orang kamar ini (kamar saya), kalo menggunakan WC nggak pernah disirem. Mereka bilang begitu, mungkin melihat saya masuk WC dan tidak melihat orang berikutnya yang masuk. Sehingga ketika ada orang ke sekiannya lagi yang mau memakai WC-nya, eh, ada yang tidak mengenakkan di dalamnya. Saya jadi tertuduh.

Kebaikan tadi yang saya lakukan hilang ke mana, hei? Nggak ada yang tahu juga jadinya. Malah dapat cap buruk. Nggak hanya itu, hal buruk atau aib kita ini juga bisa muncul dan diketahui oleh orang lain dengan mudahnya.

Anggaplah salah satu aib saya itu adalah menyukai seorang figur perempuan dan memiliki foto gravure-nya. Karena menganggap itu aib jika dilihat orang lain (bisa diangap suka gambar berbau porno), tentu, dong, saya akan menutupinya. Hanya melihat kumpulan foto yang ada sedikit gravure-nya tersebut ketika sendirian.
idol-saya
3) Arisa Komiya sang idola
Sialnya, hukum alam tentang aib yang luwes sekali muncul ke permukaan jika kita tidak berusaha selalu menutupinya, itu nyata. Saat mengidolakan seorang figur, kita biasanya ngefollow akun IG-nya juga. Buka IG di komputer. Adik yang tidurnya sekamar dengan saya sudap terlelap, lampu sudah dimatikan, saya men-scroll media sosial tersebut.

Gambar yang muncul, kebanyakan isinya tentang sains, penemuan terbaru, resep memasak, mainan dan foto serangga. Hal baik, dong, itu. Megikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan cinta fauna. Saat di-scroll yang ke sekian, tiba-tiba foto figur idola saya muncul, postingan gravure (ngiklan brand pakaian dalam), dan bertepatan sekali dengan adik saya yang kebangun dan melihat ke layar komputer. Saya scroll pelan ke bawah biar dia nggak mikir yang aneh-aneh tentang abangnya, eh, masih foto gravure, dong, scroll lagi, masih juga… beda warna bikininya, doang.

Saya nggak berani noleh ke arahnya dan buka tab baru saja. Kenapa dia nggak kebangunnya pas saya lagi mencerna informasi tentang penemuan teknologi terbaru atau organ manusia yang baru itu saja? Ke mana hal baik tadi, kok, nggak muncul di saat yang tepat? Malah yang dianggpap aib yang pas banget waktunya buat nyedot perhatian.

Ini aibnya saya malah saya ceritain lagi. Berarti saya bagian orang yang gemar nyeritain aib juga, dong. Aaarrggghh… Tapi kayaknya ini nggak aib-aib amat. Kalo dibandingkan orang yang ketahuan bapaknya pas lagi memuaskan hasrat  seksual dengan jalur mandiri.

Dari itulah…
Saya makin yakin bahwa aib itu memang harus ditutupi, nggak bisa hanya dibiarin begitu saja. Sedangkan kebaikan, udah nggak bisa lagi ditutupi dengan dalih biar terasa lebih tulus. Tunjukin aja, siapa tahu orang lain tertarik ikutan melakukan kebaikannya.

Asal bukan yang “du yor mejik” itu. Dibanding kebaikan, lebih terlihat cari muka aja, sih. Yang dibantu juga jadi berasa di-PHP-in. Pernah nggak, sih, kalian mencari tahu kelanjutan nasib mereka setelah beberapa lama?

Kakek-kakek yang dibantu karena kasihan itu mengira dagangannya emang bagus. Banyak yang ngeborong. Lebih banyak dia bikin, ngajak keluarga lain. Tetangganya yang iri, ikutan juga dan nyuruh orang tuanya sendiri yang udah tua buat jualan. Saat keviralannya mereda, terlupakan, ya, mereka begitulah, kalah dengan modalnya.

Udah, ah. Selamat menjalankan puasa. Hemat-hemat pengeluarannya. Kalo ada yang orang Sumatera, terus berniat mau pulang ke rumah menjelang lebaran nanti. Bilang aja ke petugasnya, saya nggak mudik, saya nggak pulang kampung, saya ke arah barat cuma mau mencari kitab suci.


Sumber gambar:
1) https://www.suara.com/video/2020/03/29/110000/apa-keinginan-kamu-saat-wabah-corona-berakhir
2) http://tabungwakaf.com/allah-menutupi-aib-kita/
3) https://twitter.com/bot_komiyaarisa/status/1253717550740860929?s=20
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Mencari Kitab Suci Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

17 komentar:

  1. Yah, saya pulang kampungnya ke arah timur, gak bisa pake kalimat mau mencari kitab suci :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Ini lagi ngambil jalan memutar. Dihalang siluman tengkorak soalnya," gitu.

      Hapus
  2. Yang punya aib sekarang dipandang keren kayaknya, jadi pada bangga di sosial media.
    heran dah

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Open minded" begitu mereka mengaku-aku dirinya dengan melakukan itu. padahal mah kalo mesum ya mesum aja.

      Hapus
  3. Apakah jika teman melihat tulisan "disukai oleh ketikyoga" di foto perempuan Jepang kawaii termasuk aib kayak pengalamanmu kepergok adikmu malam-malam itu? Buat yang kurang paham itu seakan-akan saya bakal disangka penggemar JAV.

    Btw, kamu sekarang udah enggak akan menemukan tulisan kayak begitu di foto-foto anak SMA berinisial FZ, Haw.

    Ketahuan bagian buruknya ini memang enggak enak, sih. Pernah kan numpang streaming anime di rumah kawan, terus dia penasaran saya nonton apa. Kebetulan banget dia lihatnya pas adegan menjurus gitu, udahlah habis diledek doyan hentai. Hahahaha.

    Saya rasa kebiasaan manusia yang suka membongkar aib urusan selangkangan akhir-akhir ini tuh salah memahami konteks untuk berani bersuara ketika mengalami pelecehan seksual atau sejenisnya. Mereka melakukannya atas dasar suka atau sama-sama mau, lantas merasa jadi korban. Yang ada malah pengin terkenal ataupun cari perhatian sekalipun memalukan diri sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baru sadar salah buka akun Google. Hadaaaaaah.

      Hapus
    2. Kocaaaakkk... mau diapus nggak nih dan ganti akun saja biar akun yg ini gak diganggu? xD

      Kenapa? apa sudah mengunlike semua fotonya? mamahnya lagi ulang taun loh itu... tau sih, gak ada hubungannya juga ini. ahaha

      Nah iya, kayak gitu. padahal kan itu nggak lagi ngelakuin hal yg dianggap buruk (misal liat jav atau hentai), tapi tau-tau timing buat dianggap buruknya tepat bener.

      ...iya, bener. lalu akun-akun ahli perlendiran melihat itu sebagai kesempatan. buka sesi curhat di DM dan beberapa kali akan menyuarakan keluh kesahnya di akunnya yg sudah besar. lalu kemudian, didekati dan dijadiin korban lagi. minta maaf. terus menganggap itu sama2 suka. open minded. siklusnya berulang lagi.

      biasanya akun ahli lendir yg nyari mangsa sekalian main aman begitu akan memojokkan orang "pemalas" "doyan main game" sebagai contoh buruk pasangan, seolah dia paling mengerti perempuan dan membuat follower perempuannya takluk/terpesona. cara lama yang selalu saja berhasil karena followernya silih berganti tanpa tau sebelumnya kek apa dia.

      Hapus
    3. Yang udah saya sukai mah dibiarkan apa adanya. Itu cuma berusaha menepati janji sama diri sendiri kalau 2020 enggak akan menyukai fotonya lagi. Meski kemarinan sempet nonton dia bikin tutorial make up. Hahaha. Terus enggak sreg denger suaranya ngomong. Semakin punya alasan kuat buat berhenti jadi penggemar nih kayaknya. XD

      Pemalas dan gemar main game ini saya banget di situasi begini. Pantas saja~

      Soal salah akun, udah telanjur, biarkan aja. Itu lagian dulu bikin blog buat cuma buat ngetes templat doang sama proyek kulineran bareng teman yang mandek, akhirnya dihapus semua tulisannya.

      Hapus
    4. Setelah lihat di timeline, baru tahu ada akun Agoy Rabka. Hahaha

      Hapus
    5. Fotonya dia juga diarsip2in lagi. Nggak hanya foto senyum itu aja yg ilang, lain2nya juga. Yang ama terduga abang sepupu itu juga ilang. Yang baru dipos dan yg tutor mekap juga. :(

      Kamu nggak cocok jadi pacar orang, Yog. Biar admin akub lendir saja yg gantiin, sekalian unboxing lahir batin lalu ditinggalin.

      Wis: saya juga kaget semalem. Kenapa nama tokoh karakternya yoga beneran ada. Eh taunya itu beneran yoga yg namanya baca backward doang.

      Hapus
  4. Dari pandanganku, perasaan orang-orang pas masa pandemi ini banyak yang berubah jadi baik. Ada yang Ngirim bantuan, galang donasi, bikin APD, dll.

    Oh, ternyata...yang masalah thread Twitter enak-enak? Wkwkwk

    Beruntunglah saya, karena di kosan udah ada ibu-ibu yang rutin mbersihin kamar mandi dan lingkungan kos. Jadi sepertinya nggak akan mengalami kesia-siaan (((KESIA-SIAAN))) habis nyikat-nyikat WC, tau-tau malah diomongin di belakang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eng... kayaknya list following dan beritamu udh bener deh Wis.

      Di time line dan sekitaran komplek saya, yg ada malah pada egois. Itu yg bantu2in juga cari muka ketenaran doang ujungnya. Ada itu yg mulai pongah, menjudge org lain gak sebaik dia yg udh berdonasi. Dibawa2 mulu. Kalo ngikutin total sejak penggalangan ampe dibagikan, bisa bikib geleng2 kepala sendiri lah.

      Sama, Wis. Di kosan sini juga ada. Karna mereka emang dibayar kan buat itu. Tapi nggak tiap hari. Ada sekitar 4 atau 7 hari sekali mereka nyikatnya. Ada dong di hari kedua setelah nyikat, wcnya bau banget. Mau nyikat belom saatnya, makanya saya inisiatif aja. Gitu.

      Malah baru2 ini ada issue buat piket bersama. Nyikat nyapu ngepel buang sampah. Apaan.. malah ngelunjak pas dibantu. Mereka dibayar buat itu, kami yg bayar kok bakal kena juga?

      Hapus
  5. Wah, kalau gue simana ya haw. Bukannya nggak mau nutupin aib. Tapi emang gue tuh nggak punya sama sekali gitu loh. Kayak 120% diri gue tuh kebaikan murni. Ckckckc.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1 milyar persen percaya saya mah kalo tentang kemurnian kebaikannya Senpai. (disimpulkan berdasarkan cara pandang senpai di podkes PKK terhadap tingkah laku makhluk yang dinilai kebanyakan org sebagai hal buruk).

      kalo demikian, bantuin temen aja Senpai, biar aibnya gak meluber.

      Hapus
  6. Yak, jd perbuatan baik tuh kadang butuh pengakuan dri oranglain jg yaa. sama halnya dengan hak cipta pada suatu karya, harus pake watermark biar org tau siapa yg sbnernya mengerjakan. Biar gak mudah diaku2in org. Haha.

    Gue jg gtu, dianggepnya males mulu meski sudah berkali2 cuci piring d rmh, stsu ngrjsin hsl lsin :') tp emg udh dicap males, sekalipun rajin dkit ttep gak keliatan krna ktutup malesnya. Sebenernya gue gak males, cuman trlalu rajin dan mlakukan hal dgn sangat detail dengan waktu lamaaaaa.. jadi suka males aja gtu. Eh, apasi. Ya anggep aja ini lg brusaha nutup aib sndiri. Haha.

    Yauda kalo gtu saia mau mencari kitab suci ke barat dulu... Bekasi Barat. Gapunyak kampoeengg..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Butuh, kalo perbuatan tersebut menjadi tolok ukur orang-orang dan berakibat dikemudian. Kalo kebaikannya berupa nolongin nenek nyeberang jalan, menyingkirkan paku di jalan, atau hal baik lain yang tidak menyebabkan kita sampai dianiaya, ya, diem-diem aja.

      iya, Lu, iyaaaa. makanya kudu nutup-nutupi aib lain, kan. biar saat ngerjain lama tersebut, dianggapnya maklum. kalo ada aib lain kebongkar, yang lama itu juga bisa dianggap aib lagi ama orang.

      orang bekasi mah bukan cuma gak punya kampung, pohon juga hampir gak punya.

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~