Tulisan Afi Nihaya Itu Biasa Saja

Assalamu’alaikum…

Pertama-tama saya haturkan syukur di hari tanpa tembakau ini, bapak saya sudah dua tahun berhenti merokok. Dulunya, beliau susah banget buat diminta untuk berhenti. Paling lama cuma tiga hari. Pernah saya anjurkan menggantinya dengan cokelat atau buah-buahan secara perlahan, tapi tidak ada yang berhasil. Suatu hari, beliau sering pegal-pegal, batuk dan membuat tidurnya terganggu. Hal tersebut berlangsung cukup lama.

Setelah diperiksakan, dokter menganjurkan untuk mengurangi rokok. Dan itulah awal mulanya. Setelah dokter pergi meninggalkan rumah, emak saya mulai berbicara panjang yang terkesan mengomel tentang kebiasaan merokoknya. Sehari bisa habis 2 bungkus. Bahkan kadang lebih kalo lagi selaw. Kemudian emak saya melarang beli rokok lagi, apapun alasannya. Sebagai gantinya, disuruh makan permen dan minum kopi.
afi
Ternyata gigi terbuat dari rokok, kasian Raffi
Bulan pertama, bapak saya memang terlihat gelisah. Minum kopinya selalu nambah. Sehari bisa habis lima gelas. Itu juga tidak baik, sih. Namun, bulan berikutnya, jumlah kopi yang diminum juga semakin berkurang dan hanya fokus pada permen hingga hari ini. Hal tersebut bisa berhasil karena dukungan keluarga. Emak yang marah-marah, anak yang nggak mau disuruh beli rokok (untungnya yang ngutuk anak durhaka itu emak, ya, bukan bapak xD), dan bapak yang memang males beli apa-apa sendiri. Untuk hal ini sepertinya males seseorang cukup bermanfaat. Jadi, untuk kalian yang mau berhenti merokok, minta bantu juga ama keluarga, ya~

Udah. Mak, udah.

Beberapa hari terkahir ini, di media sosial sedang viral tentang Afi Nihaya. Seseorang yang menulis tentang Warisan yang isinya berkenaan tentang agama yang bertujuan untuk kerukunan. Tulisan Afi yang berjudul Warisan tersebut kemudian mendapatkan tanggapan dari netizen. Ada yang memujinya dengan luar biasa dan ada yang merendahkannya dengan bumbu-bumbu menghina.

afi

Untuk menanggapi tulisan Afi, dibuatlah tulisan balasan kalau pemikiran Afi itu salah. Kemudian ada yang menanggapi tulisan dari tulisan tanggapan tersebut, kalau tanggapannya itulah yang salah. Lalu ada lagi yang menanggapi tulisan tanggapan dari tulisan tanggapan yang menaggapi tulisan Afi tersebut kalau tulisan itu salah. Begitu terus sampe yang mau baca bosen dan milih naggep dangdutan Via Vallen.

Padahal isi tulisan Afi tersebut biasa saja

Ringkasnya, isi tulisan yang berjudul “Warisan” itu adalah tentang agama yang didapat karena ajaran orangtuanya, masing-masing agama memiliki doktrin tentang agamanya paling benar sehingga dianjurkan untuk jangan saling berdebat/menyindir tentang keimanan lintas agama, dan tentang pemersatu bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras untuk tidak berpusat pada satu agama saja.

Sebagai seseorang yang menempuh pendidikan standar negara Indonesia, kita pasti sudah berkali-kali menemukan tulisan yang isinya serupa. Di buku pelajaran PPKN/PKn/PMP, buku paket sosiologi, buku sejarah, buku cerita sastra dan puisi di perpustakaan sekolah maupun daerah. Atau dari lagu-lagu tentang persatuan, ada yang versi hiphop, pop, melayu, rock dan reggae. Bahkan di film pun bisa kita temui. Yang terakhir saya tonton itu film PK. Jadi, isi tulisannya Afi Nihaya itu biasa saja. Dan memang ditulis agar menjadi biasa agar bisa dibaca dan dimengerti oleh semua golongan sehingga tercipta kerukunan.
afi
Tuh, ada di buku pelajaran
Saya tidak akan membahas isi tulisan mereka yang saling balas secara detail, karena tulisan mereka menjadi viral saja sudah menunjukkan kapasitas mereka jauh di atas saya. Namun, saya ingin mengajak untuk melihat ke sisi yang lain tentang fenomena tersebut.

Yang menarik justru reaksi dari netizen

Beneran. Fenomena ini bisa menjadi tolok ukur tentang empati, tenggang rasa, saling menghormati, dan berbagai hal hubungan sosial lainnya. Sesuatu yang biasa, tapi dianggap luar biasa, itu menunjukkan kalau ada sesuatu yang kurang di lingkungan yang beranggapan luar biasa tersebut. Seperti orang kota yang menganggap naik lift dan eskalator itu hal yang biasa. Bagi kami orang kampung, itu hal yang luar biasa. Di kampung kami tidak ada itu lift dan eskalator, jadi jika kami bisa menaikinya, itu akan menjadi pengalaman luar biasa yang akan kami ceritakan pada teman di kampung dengan penuh kebanggaan.

Saling menghormati itu hal yang biasa. Sudah dibiasakan dan diajarkan sejak kita kecil. Jika hal yang biasa seperti itu kita anggap luar biasa, berarti ada yang salah dengan kita atau lingkungan kita. Ambil contoh di agama Islam, salat lima waktu itu wajib. Titik. Wajib berarti menjadi standar/basic, yang bisa diartikan juga biasa. Udah lumrahnya. Terus, saat melihat ada orang yang salat lima waktu dan kita merasa dia hebat, luar biasa, itu artinya kita atau lingkungan kita nggak ada/nggak banyak yang salat lima waktu, kan? Sehingga saat melihat orang melakukan salat lima waktu—yang memang semestinya—menjadi sesuatu yang luar biasa.
Beberapa reaksi netizen
Jadi, ketika kita memberikan respon yang luar biasa terhadap isi tulisan Afi Nihaya yang biasa tersebut, berarti lingkungan kita atau masyarakat negara kita memang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran, kan, ya? Kan dulu kita dikenal sebagai negara yang masyarakatnya rukun, ramah dan bergotong royong.

Salah atau benar solusinya sama

Yang namanya keyakinan, ya, mau dipaksakan seperti apa pun agar orang memiliki keyakinan sama seperti kita juga susah. Begitu juga tentang fenomena balas-balasan tulisan “Warisan” tersebut. Masing-masing penulisnya sudah sama-sama yakin kalau pendapatnya yang benar. Mau dipaksakan seperti apa pun juga susah ketemu kata sepakat. Ditambah lagi sudut pandang tulisannya saja beda. Yang satu menulis dengan pandangan global atau keseluruhan, sedangkan yang lainnya berdasarkan satu golongan.

Namun, meskipun tidak bakal sampai pada titik temu untuk mengetahui siapa yang benar, solusi untuk persoalan mereka sejatinya adalah sama. Sama-sama harus belajar agama, sejarah dan kewarganegaraan lagi. Beneran.
afi
Seperti kata filsuf bloger, "Terus Belajar!"
Jika tulisan Afi Nihaya yang salah, maka semestinya Afi harus belajar hal-hal tadi lebih dalam. Agama mengajarkan apa, Nabi junjungan mencontohkan seperti apa serta bagaimana berperilaku terhadap yang berbeda golongan. Dan jika orang yang menentangnya yang salah, beliau juga harus belajar agama, sejarah dan kewarganegaraan lebih dalam lagi. Sama saja, kan? Meski begitu, semuanya malah lebih fokus untuk terus berselisih. Ini sedih.

Apa karena ini eranya curhat?

PDKT diawali dengan curhat, menjalin hubungan diisi dengan curhat, bersahabat saling berbagi curhat, selingkuh dibenihkan oleh curhat, kuota mahal langsung nge-hack bikin curhat, semuanya serba curhat. Sampe pagi-pagi mesti difasilitasi mamah-mamah untuk dicurhati. Kita tahu, ketika sesorang mencurahkan isi hatinya, seringnya dia tidak memerlukan solusi dari masalahnya. Melainkan hanya minta didengarkan.

Fenomena tadi juga sepertinya begitu, mereka yang berbalas-balasan pendapat tentang hal yang biasa tadi juga hanya minta didengarkan. Yang penting semua sindiran dan perwujudan ilmu dalam bentuk pendapat tersebut bisa disombongkan, sehingga tercitra berpendidikan. Bodo amat berakibat perpecahan. Ini keterlaluan.
afi
Curhat, dong, Ma!
Udahan, ah. Mending kita kembali liatin orang naggep dangdut Via Vallen saja. Meskipun lagunya mengisahkan tentang masalah hidupnya yang diselingkuhi pasangan, orang-orang bisa terus bersama dengan bahagia menikmati lantunannya~

Tanpa perlu bertanya apa agama, suku dan golongan yang menyelingkuhinya.


Sumber gambar:

https://inspiratorfreak.com/6-kampanye-kreatif-anti-merokok/
https://arrahmahnews.com/2017/05/29/ugm-afi-nihaya-remaja-putri-penebar-pesan-perdamaian/
https://www.slideshare.net/sitianizulfiyah/tema-3-tugasku-sehari-hari-buku-siswa
https://obatpenyakitvarises.wordpress.com/2014/02/28/terus-belajar/
http://www.huntnews.id/p/detail/3446373071725567?uc_param_str=dnfrpfbivesscpgimibtbmntnijblauputoggdnw&pos=1472360520003&channel=interesting&chncat=category_indonesian
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Tulisan Afi Nihaya Itu Biasa Saja Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

32 komentar:

  1. "Sebagian besar Muggle memang tidak biasa dengan hal-hal yang biasa." kata seorang squib yang sudah lama tinggal di dunia muggle.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu di filmnya masuk chapter yang mana daaaaaahhhh? lupaaaa? apa karena muggle udah jarang mau melihat keadaan sekitar lagi kali ya...

      Hapus
    2. Gaak, itu bisikan dari squibnya, hehe..
      Iya, karena muggles kurang aware

      Hapus
    3. hahaha... itu squib kalo mendadak bisa sihir, bakalan jadi bijak kagak ya. nggak bisa sihir aja udah bisa menyimpulkan begitu.

      aware nya pake bahasa inggris apa bahasa jepang itu, wi?

      Hapus
    4. Kalo bisa sihir mau pake mantra imperius buat muggle yang provokatif.
      Hahaha
      Bahasa inggris itu, duh.

      Hapus
    5. dasar... :-bd

      wuoohh gitu. kan harus ditanya dulu kalo2 salah bahasa~

      Hapus
  2. Kalimat terakhirnya dalem. Trus ada foto Mamah Dedeh lagi. AAAAK! IDOLAKU! INSPIRASIKU!

    Ini tulisan yang viral di Facebook waktu itu aku liat. Dikasih tau Robby kalau gak salah. Aku pikir kamu mau ngerendahin tulisannya Afi, Haw. Dengan ngebanding-bandingin tulisannya dia sama tulisan yang lebih eeeegh. Tapi ternyata..... ya aku setuju. Orang yang menganggap tulisan Afi itu luar biasa itu karena dia nggak biasa liat tulisan begitu sebelumnya. Gitu bukan. Dan ini keren sik disambungin ke curhat. :')

    Btw, minta rekomendasi lagu-lagunya Via Vallen dong, Haw...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalem ini maksudnya bukan tentang hubungan suami istri kan, Cha? *selalu waspada dengan istilah Icha*

      IYa, di facebook heboh banget minggu lalu. yg ngeshare banyak bet, balesan atas tulisan itu juga banyak.

      Iya, maksudnya begitu. kalo disambungin ke bloger curhat gabakal jadi keren, tapi jadi kurang ganteng.

      Via Vallen nyanyi apa aja bagus mah~

      Hapus
  3. Iya biasa aja. Bagusan tulisan Haw. Bisa viral karena apa? Pikirkan sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah saya pikirkan, Bang. Sampe mikirnya kebawa ke minimarket. tapi bukannya nemu viral malah...



      http://skmart.co.id/wp-content/uploads/2016/03/vixal_pembersih_porselen_biru_500ml--600x600.jpg

      Hapus
  4. Terlepas dari isi tulisannya, gue gatau sih bisa dibilang biasa atau enggak. Tergantung sudut pandangnya juga. Soalnya jaman gue SMP nulis kayak gitu ya gak biasa. Soalnya biasanya gambar2 pohon di belakang buku MTK. Muahahaha. \:p/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakaka... aku es em pe malah nulis nama di tanah kering ama air kencing.. xD naik tingkat dikit nulisnya di tembok rumah/pagar orang.

      Iya, anak kecil menulis hal seperti itu memang tidak biasa. tapi jika aku membicarakan usianya, itu sangat sensitif, karena hal tersebut merupakan objek yang menjadi perdebatan balas-balasan tulisan mereka. sehingga lebih baik diposisikan setara. tak ada yg lebih tua atau lebih muda. karena yang dibicarakan adalah buah pikir dalam tulisannya. terlebih, dia bukan anak SMP, udah es em a. :-d

      Hapus
  5. iya bener yang bikin beda karena reaksi netizennya. Bagus sih apresiasinya, tapi ada juga yang latah lalu coba melawan berharap viral juga kayaknya hahaha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampe sekarang masih bantah-bantahan dan ampe adu domba segala loh mereka. @@,

      Hapus
  6. Tau Afi di berita Line. Langsung searching siapa Afi. Baca tulisannya berjudul Warisan. Bener banget mas Haw, gimana reaksi netizennya tanda ada yang salah selama ini. Gue juga setuju sama kelimat 'kemunduran'. Rezeki Afi jadi viral, dulu zaman es em a gue bikin tulisan teman secret adminer ga viral padahal dulu gue postnya di fb yang bisa dibaca banyak orang wkwk ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha... dulu belom ada fasilitas "share" juga kok, Nai.. jadi kalo mau share mesti pake copy paste, dan itu gabakal jadi viral. paling kalo banyak yang ngelike.

      Hapus
  7. Iya juga ya, fakta bahwa tulisan Afi yang sebenarnya sudah sangat biasa kita temui di mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarnegaraan sejak SD. Fakta bahwa tulisan seperti ini menjadi viral adalah indikasi bahwa memang sebenarnya ada yang sedang salah sama masyarakat kita. Saya juga sudah membaca satu tulisan tanggapan yang menurut orang adalah balasan yang jenius. Iya, jenius menurut satu golongan tertentu karena menggunakan standar dan kepercayaannya sendiri.

    Kalau dengan beragama menjadikan kita saling ancam dan saling benci, siapa yang sebenarnya kita sembah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang mereka sudah tidak bicara tentang isinya, tapi tentang indikasi menjiplak. kalo pake logika saling serang, ini namanya taktik adu domba. jika benar itu jiplak, maka pihak yg memiliki asli dan yg menjiplak dibuat slaing bantah dan saling aku. hilanglah sudah isu dari isi tulisannya. tapi kalo mereka bisa bertahan dan mengubah pola pikir, maka itu justru jadi serangan kedua,

      kayak gini, ada org yg datang membawa meriam untuk membunuh suatu golongan, terus yg mau dibunuh melihat ada orang lain yg punya meriam yg sama. kalo kedua pemilik meriam itu bekerja sama, maka berakhirlah target tersebut.

      namun, jika si target mengadu domba, "Meriammu sama kayak meriamnya dia, pasti meriam KW ya" lalu mereka terpengaruh, beruntunglah targetnya.

      Hapus
    2. Yaps. Setuju sekali sama itu, bergeraknya lebih ke adu domba sekarang. Nah masalah yang menurut saya lebih pelik sekarang (meskipun sudah tidak nyambung sama isi tulisan) terdahulu: sekarang orang-orang pada beramai-ramai membully Afi bertubi-tubi karena pengakuan Afi sendiri soal plagiarismenya.

      Hapus
    3. Iya. Tyar. seperti rasa bencinya dapat media buat menyalurkan. sedikit2 disinggung, sedikit2 diungkit ke sana. kadang sampe lupa, kalo dirinya juga giat melakukan. bukan menjiplak, tapi mengaku-aku. ilmuan ini orang islam, namanya anu bin anu. itu aslinya temuan orang islam tapi bla bla bla...

      Hapus
  8. Ya Allah... Betapa kangennya aku baca tulisan-tulisan Bang Haw!

    Hm, Afi. Waktu Afi lagi di puncak kejayaannya, kayaknya itu aku masih TK apa SD gitu bang. Tau kan Afi yang itu? Wk.

    Kalau Afi yang diomongin di tulisan in kayaknya sekarang masih diributin, heboh lagi gegara tulisannya plagiat yak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Entaran aja bacanya kalo udah nggak terlalu sibuk. baca tulisna di sini bisa bikin otak keram... xD

      Ya ampun.. itu pas mawar ama Ferry sering didengung-dengungkan...

      Iya, Dar. sekarang orang fokus ama plagiatnya. isinya udah gak dianggep lagi. tapi kalo itu plagiat, maka harusnya setelah ini balasan tulisannya mestinya ditujukan lagi ke yg asli. kalo berhenti saja di plagiat dan tidak, berarti masalah yg terjadi kemaren hanyalah tentang mau menyingkarkan manusianya.

      Hapus
  9. Aduh, Afi. Menuju puncak gemilang cahaya~

    Gue jadi teringat soal anak kecil yang pidato dan bisa menggemparkan dunia itu. :|

    Hmm, kayaknya emang mengalami kemunduran deh ini. Hal baik seolah-olah semakin langka. Jadi, kalau ada orang berbuat baik, bijak, dll langsung viral. Semacam ketika ada orang yang berbuat jujur ketika menemukan dompet yang jatuh terus dikembalikan ke pemiliknya. Hal itu dipandang begitu mewah. Padahal ya emang udah semestinya, kan. :|

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mari berjaya, akademi fantasiiiiii~

      Iya yog. orang berbuat baik jadi dianggep perbuatan yg hebat banget, seolah menunjukkan kalo perbuatan yang semestinya itu ya perbuatan tidak baik, ngambil dompet yg ditemukan. gaperlu menolong orang, dan tindakan acuh lainnya. :(

      Hapus
  10. Sempet kepikiran yang nggak-nggak soal tulisan viral ini. Seperti pada zaman blog dan Wattpad, setiap ada tulisan viral para editor novel langsung gencar minta kontak si penulis. Siapa tau aja gitu, Afi ditawarin dan mau nulis novel. Hehehe.

    Nomor dua bikin bikir "iya juga, ya". Ya, tapi bagus lah Afi ini. Sampai diundang ke UGM. Bikin saya ngiri mau ke sana. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... pemikiran yang sangat mantap, Rob... Itu dia udah dilabeli "blogger" loh..

      daftar kuliah di sana aja lah, Rob.

      Hapus
  11. Sama kayak Icha, aku tau tulisan ini dari link yg dikasih Robby. Dan menurutku, untuk anak seumuran Afi, tulisannya lumayan bagus. Beda sama aku dulu bang, aku mah dulu pas masih sekolahan sukanya nulis lirik lagu kangen band di status pesbuk, dikit-dikit curhat alay di dinding pesbuk. Beda banget sm Afi yawlaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo yang nulis begitu seumuran om-om? berarti isi tulisannya jadi bukan apa-apa gitu yak, Ul?

      untuk seumuran AFI, bikin facebooknya juga kecepetan. masa di usia 5 tahun udah pesbukan. lagipula, anak sekarang kan cepet dewasa~

      Hapus
  12. Saya curiga, jangan2 Haw ini fansnya Via Vallen. Perasaan terakhir bw kesini, baca nama Via Vallen juga. Eniwei, paragraf terakhirnya bagus. Ya, lebih baik mendengarkan lagu Via Vallen tanpa perlu memikirkan ras, agama dan suku. Tapi aneh ya lagu dangdut itu. Sesedih apapun lagunya, orang2 tetap joget. Apakah2 orang Indonesia memang nggk punya belas kasihan? orang diselngkuhin kok di jogetin. Fenomena yang aneh~

    Oiya, saya baca tulisan ini sambil denger dialog kebangsaan Afi di UGM. Durasi videonya dua jam. Jadinya butuh dua jam juga buat selesai baca tulisan ini.

    Saya suka nih, tulisannya nggk menjatuhkan tapi "kayaknya" mengajak berpikir juga, kayak afi. Ataukah tulisan ini juga curhat? eh, tapi kan ada solusinya ya. "Lebih baik denger lagunya Via Vallen" Oke, mantaps!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf, anda salah. saya penggemar lagu dangdut~

      justru bagus, kan. orang sedih, terus yang sedih nyanyi, yg denger happy, yg sedih kembali berseri, jadi karya, dapat duit. dari pada ada orang sedih terus rame-rame datang ikutan nagis~ masa nangis aja harus dibantu joki sebanyak itu.

      ya ampun gimana dah itu caranyaaaaa... xD dikira tulisan ini subtitlenya kali.

      Hapus
  13. Hmm bapaknya kuat banget ngerokok ya Allah. Untung sekarang udahan. 😊

    Iya, sekarang apa apa curhat. Semacam semua orang butuh ngeluarin uneg unegnya.

    Selingkuh itu kehilafan yang terjadi karena lemahnya keimanan agama penganutnya *sotoy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, alhamdulillah, Rum.

      Masalahnya, orang lupa kalo curhat itu juga perlu dipisah, mana yg mesti dicurhatin untuk dibaca banyak orang, dan mana yang nggak.

      Mantap soul! :-d

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~