Andai Gue Tahu Hari Esok (persil II)



Sabtu pagi yang indah ini gue bakalan pulang ke Sanggau tepatnya di daerah Tayan, Pulau Tayan. Iya, P.U.L.A.U karena daratannya terletak ditengah sungai Kapuas, nggak tengah amat sih agak kepinggiran dikit.

Pukul 07.32 gue udah berada di dalam bis yang akan membawa gue pulang ke Tayan. Di Pontianak gue hanya bentar karena cuma ngurusin registrasi buat kuliah doank. Alhamdulillah ya ternyata gue udah memasuki bangku kuliah. Kenangan-kenangan masa sekolah tentu sangat gue rinduin entar nih.

Jurusan yang gue masukin di bangku perkuliahan adalah Teknik Arsitektur. Kenapa gue milih jurusan ini? Nggak ada kenapa-napanya sih, hanya kebetulan saja keterima di jurusan itu. Ketika ngedaftar di universitas kan pilihannya ada dua, yang pertama gue pilih MIPA Fisika. Gue milih fisika karena sejak eSeMPe gue dah jatuh cinta sama pelajaran itu, selain karena suka, gue milihnya karena itu anjuran dari guru-guru gue, temen-temen gue, juga sepupu-sepupu gue. Tapi kata keluarga gue yang ada di Pontianak,  kalo mau MIPA Fisika jangan di Universitas yang ada di Pontianak, kurang bagus katanya. Ya sudah gue milih yang di luar provinsi saja yang ternyata kagak keterima.  T.T.....

Yang kedua gue milih Arsitektur, alasannya..., nggak beralasan sih sebenarnya, hanya saja ketika melihat daftar jurusan yang ada mata gue selalu mengarah pada arsitektur. Berkali-kali gue ngebalik lembar daftar jurusan, tetap saja mata gue tertuju pada arsitektur. Dalam hati gue merasa, dalam kepala gue berfikir, mungkinkah arsitektur merupakan jurusan yang dipilihkan Tuhan buat gue???

Dengan keyakinan tinggi gue mengambil koin 100 rupiah lama dalam dompet gue, dalam hati gue bertekad, jika yang keluar gambar rumah gue bakalan ngambil arsitek dan jika angka gue bakal milih yang lain. Koin yang ada di tangan gue, gue lempar ke udara, gue tangkap dan terpampang dengan jelas di mata gue angka 100 rupiah. Dalam hati yang mulai pusing memilih jurusan, gue termenung. Dalam ketermenungan itu gue dikagetkan suara telepon dan koin yang ada di tangan gue terlemper ke atas, mengenai plafon rumah terpantul mengenai pintu dan tergeletak di lantai dekat jendela dengan gambar rumah menghadap ke atas.

Gue lihat layar hape yang ngagetin ane tadi. Ternyata esemes dari ibu gue yang nanyain kabar, setelah gue balas gue langsung mengambil koin yang terlempar tadi dan dengan percaya diri gue menuliskan kode jurusan Teknik arsitektur di formulir pendaftaran gue. Setelah pengumuman sudah diumumkan kesemua orang umum yang umumnya membaca pengumuman melaui koran. Gue dinyatakan lulus di jurusan Teknik Arsitektur.

Bis sudah mulai berjalan ketika semua ingatan gue saat memilih jurusan dan saat gue membaca pengumuman  sudah menggariskan senyum di bibir gue. Cara memilih jurusan yang aneh....!!!

Bis yang gue tumpangi sampai di terminal Tayan sekitar pukul 10.00 pagi. Suasana terminal saat itu masih ramai dengan orang berjualan. Gue langsung turun dari bis dan menyeberang menggunakan sampan menuju Pulau Tayan.

Sesampainya di rumah, gue langsung meletakkan barang bawaan dan pergi ke pasar menemui ibu ane, yah sambil-sambil bantu jualan.

“Kapan datangnya Dam?” tanya ibu gue.

“Barusan.”

“Eh Dam, mumpung belum ramai pembeli, kita nonton penjual sambil sulap itu yok. Ramai banget tuh yang nonton.” Ajak abang sepupu gue.

Gue mengangguk saja pertanda menyetujui.
Orang jualan sekarang aneh-aneh. Demi menarik perhatian pembeli, berbagai macam cara dipakai, apalagi kalo yang dijual adalah barang mistis dan obat-obatan.  Iya, obat-obatan, karena kalo obat beneran pasti ada dijual di apotek.
Sambil menawarkan obat, penjual itu mengeluarkan sebuah batu bulat yang cukup besar dan berkata,

”batu ini nanti akan berubah menjadi telur, telur akan menetas menjadi ayam.”

Tapi, sampai pengunjung bertambah dan berganti orang, tetap saja tuh batu nggak berubah-berubah. Penjual ini sama saja kayak penjual obat yang dulu pernah jualan juga di situ. Dia jualan bedak mistis yang katanya dipakai oleh artis terkenal. Bedak itu dapat membuat orang menjadi cakep dan memdatangkan rezeki yang berlimpah. Padahal kalo itu benar, dia pasti nggak akan jualan obat.

Pernah ada juga penjual yang menjual barang mistik dan langka, dari berbagai jenis, mulai dari keris sampai pakaian artis. Di salah satu susunan barang yang dijual, gue ngelihatin ada tengkorak. Gue tanya ama penjualnya,

“Mas..Mas..itu tengkorak apa ya?”

“Ooohh..itu tengkorak Patih Gadjah Mada, tentu adik tahu kan, tengkoraknya belum ditemukan. Terang saja, karena tengkoraknya dimiliki oleh keluarga saya.” Jawab penjual itu.

“Emmm...tapi koq ukurannya kecil mas?”

“Ooohh..itu tengkoraknya Gadjah Mada ketika masih kecil..iya..iya..”

Tengkoraknya ketika masih kecil, memangnya Gadjah Mada makhluk apa yang berganti-ganti tengkorak. Tapi begitulah cara penjual menarik perhatian, apapun dilakukannya.

Andai gue tau hari esok
Andai gue tau akibat dari pilihan gue
Tau apa yang harus dilakuin jika itu terjadi
Tentu gue selalu tenang
Namun, tenangnya gue akan mengarah pada bangga diri
Mengarah pada durhakaan
Mengarah pada pembelokan menjauh dari pemberi tenang
Mungkin gue ga harus tau hari esok
Agar gue selalu mengharap dan bergantung pada
Yang Membuat takdir dan memberi tenang

(Bersambung....)
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Andai Gue Tahu Hari Esok (persil II) Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

0 Comments:

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~