Fiksi Kilat: Bertemu Kamu (Versi Hawadis)

Cerita sebelumnya: Mencari Kamu


Sore ini aku berjalan menikmati suasana taman kota. Sejak peristiwa kecelakaan tiga bulan lalu, baru sekarang aku pergi ke taman ini. Biasanya, tiap minggu sore aku selalu menyempatkan waktu.

“Trus, orang yang kutabrak keadaannya gimana, Ma?” teringat tanyaku dulu, setelah sadar dari koma selama sebulan.

Mamaku menjelaskan bahwa orang yang kutabrak keadaannya sama sepertiku. Dia juga mengalami koma. Pihak keluarganya sudah bertemu dengan keluargaku. Awalnya mereka saling menyalahkan, tetapi setelah dijelaskan oleh petugas keamanan, mereka saling bersimpati. Melalui rekaman CCTV, terlihat bahwa kami sama-sama melakukan kesalahan.

“Kamu kenapa sih sebenarnya, Haw? Kalo punya masalah, cerita dong sama Mama.”

Tentu saja aku tidak menceritakan alasan sebenarnya. Aku hanya mengatakan bahwa aku sedang depresi dengan rutinitas. Mama kemudian memberi pesan dan petuahnya mengenai arti kehidupan, kebahagiaan dan sejenisnya dengan harapan aku tak akan mengulangi kesalahan yang sama.

“Kamu harus minta maaf dulu dengan orang yang kamu tabrak itu. Biar ke depannya, kamu tidak bertemu masalah yang lebih berat.”

Aku mengiyakan pesan mama. Tapi sampai sekarang aku belum juga mendatangi rumah orang yang kutabrak. Ada perasaan malu yang tak mengenakkan saat aku berencana mendatangi rumahnya untuk meminta maaf.

Setelah sekali mengelilingi taman, aku duduk di kursi panjang yang terletak tak jauh dari parkiran. Di tempat duduk ini aku biasanya akan mengenal orang baru. Kakek-kakek, anak-anak atau sepasang suami istri yang sedang mengajak anaknya bermain. Diawali dengan saling menawarkan makanan, kemudian berkenalan dan membicarakan hal lain.

“Ada yang namanya Silvia nggak, Ma?”

Begitu tanyaku pada mama saat dia menceritakan banyak temanku yang datang menjenguk. Tapi nama yang kuharapkan datang tersebut tak pernah hadir. Meskipun kabar kecelakaanku tersiar di televisi dan koran daerah, Silvia tetap tak menemuiku. Mungkin hanya rasaku yang menginginkan bertemu. Dia tidak.

“Udah sembuh ya, Kak Haw?” tanya Disa dan teman-temannya yang tiba-tiba menghampiriku.

Mereka adik tingkatku di kampus dulu. Kami kemudian mengobrol banyak hal. Mulai dari menanyakan kabar, sampai persiapan pernikahan. Dari cerita mereka, aku jadi tahu kalo Rizal, teman sekampusku sekaligus kakaknya Disa, juga belum menikah.

“Tapi, besok Kak Rizal akan mencoba melamar ke rumah gebetannya. Kalo nggak diterima, baru deh dia akan cari gebetan lain. Doain biar diterima ya, Kak.”

Aku mengangguk dan mengaminkan. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Entah seperti apa wajahnya sekarang. Di tengah pembicaraan tentang Rizal, aku melihat seorang gadis yang selama ini aku cari. Dia datang dari seberang jalan. Sendirian. Itu Silvia.

“Nitip Disa ya, Kak. Tapi, jangan digodain. Hahaha,” gurau mereka sambil meminta izin untuk membeli makanan dan minuman. Aku ikut tertawa dengan gurauan mereka, kemudian mengangguk mengiyakan.

Aku kembali menoleh ke arah Silvia. Di parkiran, terlihat dia sedang berbicara dengan seorang pria. Entah siapa. Mereka tertawa. Kemudian berjalan beriringan ke arahku. Mungkinkah pria itu?

“Kamu bawa buku apa itu, Sa?” aku duduk mendekat ke samping Disa. Pura-pura menanyakan ini dan itu tentang buku yang dibawanya. Sesekali tertawa bersama. Untuk mengalihkan rasa tak karuanku.

Kuarahkan pandangan pada Silvia ketika mereka lewat di depanku. Silvia juga melihat ke arahku. Pandangan kami bertemu. Tapi tak ada tegur. Tak ada sapa. Mereka tetap melangkah menjauh. Aku kembali berpura-pura bertanya kepada Disa.

Sudah jelas. Silvia tak menjengukku karena memang dia tidak punya rasa terhadapku. Dia bahkan sudah memiliki seorang kekasih. Aku menahan rasaku yang hancur. Menyesalkan semua pencarian selama ini. Mungkinkah ini terjadi karena aku tidak mau meminta maaf? Sepertinya, besok aku harus pergi ke rumah orang yang kutabrak.

*****

Bagaimana reaksi Silvia sebenarnya? Cerita utuhnya: Kenyataan Silvia


memfiksikan
Memfiksikan kali ini nggak ada temanya, karena sedang membicarakan ide lain. Dari pada nggak ada postingan fiksi minggu ini, yaudah bikin cerita kayak gini. Mohon kritiknya.








Sumber gambar:
https://instagramshare.com/UserDetails/1620359990
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Fiksi Kilat: Bertemu Kamu (Versi Hawadis) Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

30 komentar:

  1. ngenes ya bro haw.
    udah nabrak, nggak dijenguk...
    bertepuk sebelah tangan banget sama silvia. udah, lupai silvia!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha...kalo cuma baca cerita ini doang nggak bakel dapet isinya, Jef.

      Hapus
    2. otw ke kenyataan silvia..

      Hapus
  2. entah bingung mau komen apa mas. -_- pokoknya aku udah baca.
    kata-katanya dalem

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena kalo ngebaca satu cerita memang membingungkan. :)

      Hapus
  3. Ya habis ditabrak sama-sama koma, kok ug nabrak bangun duluan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena keduanya berstatus "penabrak". Ada di cerita sebelumnya. :)

      Hapus
  4. Waduhhhh 2 sudut pandang yang sama bang . .??
    Kesannya malah jadi kek sinetron gitu . . nggak ketemu2 . . hahahaaa .v .
    Tapi keren lahh . . tumben bikin 2 fiksi langsung . . ?? N tumben nama lu dipake dalam fiksi, biasanya samaran . . Jangan2 ini emang kisah asli . .??

    BalasHapus
    Balasan
    1. (((Dua sudut pandang yang sama)))
      Hahaha...iya, pengaruh banyak nonton FTV kali yak.
      Iya yah, kenapa bikin dua ya? Lupa kenapa. Kalo masalah nama, sebenernya awal-awal bikin fiksi, aku pake nama asli sih, karena ini cerita merupakan lanjutan dari fiksi dulu, jadi nama tokohnya juga tetep.

      Hapus
  5. duh pake ada acara bersambung lagi
    #oke pindah halaman...

    ini fiksi apa non fiksi hayyooooooow

    BalasHapus
  6. Haw, eike bari mampir lagi di blog yu. Hahahhaa. Baru kali pertama lihat kamu nulis fiksi. Okey, mungkin eike yang kurang BW di blog kamu. Tapi, sukaaa. Nice Haw. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha..emang jarang sih sebenernya. Aku bikin fiksi kalo ada lomba atau tantangan doang. Tapi karena diajakin ama temen-temen #memfiksikan, jadinya tiap minggu nyempetin bikin. Oh iya, padahal aku udah polow blogmu, tapi kalo update kok nggak masuk ke dasbor (list BW-ku) ya?

      Hapus
  7. Asem, ceritanya muter2 kayak komidi putar.
    Kalo sama2 menyembunyikan perasaan ya gitu, jadi salah paham.
    Ini fiksi campur pengalaman ya, Haw. Perpaduan yang luar biasa. Salam super!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha...lumayan buat latihan tawaf, Nggo. Iya, campur pengalaman. Fiksinya banyak, pengalamannya cuma yang pura-pura nanyain buku.

      Hapus
  8. MANA LANJUTANNYA!!! TIDAKK!!! kok endingnya dibikin penasaran kayak gini, bikin saya penasaran, saya jadi pengen makan. Endingnya nendang banget, keren, semoga lanjutannya bisa dipercepat, soalnya saya tidak sabaran menunggu cerita selanjutnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. /\
      ||
      Abis muter-muter. Sebenernya nggak ngerencanain buat bikin lanjutannya sih. Tapi boleh deh nanti aku usahain.

      Hapus
  9. Gue pikir si Haw nanti bakalan jadian sama Silvia. Taunya hanya fiksi. WAKAKAKAKA. *kabur ke cerita yang Silvia*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Puas banget kayaknya lu, Yog. hahaha..

      Hapus
  10. Ini semacam harapan bakalan dapet pacal buat penulisnya ya.. Tapi jangan ikutan nabrak-nabrak ah. Nabrak hatinya baru boleh :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mulai deh Kabeb, mulai.... xD

      Hapus
    2. Mulai apaan? Wkwkwk :P

      Hapus
    3. Ituh... ngeledekinnya. :(
      mana kata-katanya bener lagi.

      Hapus
    4. Hahah.. Semoga disegerakan punya pacal yah! Aamiiiiin..

      Hapus
    5. Yang kayak gini perlu diaminin. :-d

      Hapus
  11. Cerita yang sama dengans ebelumnya, tapi kemasannya lebih enak ini.. Apa karena aku terlalu mendalami ya? :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena abang baca cerita ini di akhir, sehingga isinya jadi jelas. Namanya juga cerita sepasang, kalo cuma satu yang dibaca, gak bakal ngerti isinya. xD

      Hapus
  12. wuanjer. bagus bgt ini rotasi sudut pandangnya. ternyata mereka sama-sama caper dengan cara yang ekstrim ya, Haw? trus, mereka nabrak orang yang sama atau gimana? atau mereka saling tabrakan? msh ada beberapa hal yang blm gua ngerti. ditunggu lanjutannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa wa wa.. lupa dia. Kalo mau bolak-balik di "cerita sebelumnya, ada 2 cerita", perihal tabrakannya bakal jelas kok, Man. ^_^

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~