Fiksi Kilat: Bertemu Kamu (Versi Silvia)

Cerita sebelumnya: Mencari Kamu

“Nggak ada yang namanya Hawadis, Ma?”

Begitu tanyaku setelah mama memberitahukan bahwa banyak temanku yang menjenguk saat aku koma selama sebulan setelah kecelakaan itu. Aku tidak memberi tahu mama alasan sebenarnya aku menabrakkan mobilku. Aku hanya bilang bahwa aku sedang depresi dengan kerjaan.

Selama aku koma, ternyata Hawadis tak sekalipun menjengukku. Padahal kabar kecelakaan itu dan namaku terpampang di berbagai media massa daerah. Tidak mungkin dia tidak membaca atau mendengarnya. Jangan-jangan, perasaannya terhadapku tidak sama dengan perasaanku terhadapnya.

“Apa pun alasannya, kamu nanti minta maaf, ya, dengan orang yang kamu tabrak itu. Biar nggak mendatangkan cobaan lain yanag lebih berat.”

Aku mengiyakan. Namun, sudah dua bulan setelah aku kembali sehat, aku belum juga meminta maaf. Aku terlalu takut dan malu untuk mendatangi rumahnya. Apalagi jika aku ceritakan alasan sebenarnya. Lagi pula, keluarga kami juga sudah saling meminta maaf atas peristiwa tersebut.

“Jangan kemaleman pulangnya. Besok kita ada acara loh,” pesan mama saat aku bilang mau pergi ke taman.

Sudah lebih dari tiga bulan aku tidak pergi ke taman ini. Biasanya tiap minggu malam aku selalu menghabiskan waktu di tempat ini. Melihat keramaian dan tentunya berharap bertemu dengan orang yang selama ini aku cari.

“Tumben kamu datangnya sore, Sil? Biasanya, kan, malem kamu baru ke sini,” sapa Rafi ketika aku sampai di parkiran. Dia teman kampusku dulu sekaligus pemilik warung makanan langgananku di taman ini. Dia berjualan bersama istrinya.

Kami kemudian berjalan perlahan menuju warungnya sambil mengobrol berbagai hal. Saat dia menceritakan tingkah lucu anaknya yang berumur setahun, aku melihat seseorang yang kukenal di bangku panjang tak jauh dariku. Hawadis.

Jantungku berdegup. Bahagia mendadak menyambar. Namun, siapa gadis yang bersamanya itu? Mereka terlihat sangat akrab, saling tertawa menatap sebuah buku. Apa jangan-jangan gadis itu?

“Siapa nama anaknya tadi, Raf?”

Aku mengalihkan pandangan pada Rafi. Kupercepat langkah saat melewati mereka. Namun, mataku tetap mencuri pandang ke arahnya. Hawadis juga memandang ke arahku. Mata kami bertemu, tapi tak ada tegur. Tak ada sapa. Dia membiarkanku berlalu begitu saja.

Jelas sudah. Dia tidak menjengukku karena memang dia tidak punya rasa yang sama sepertiku. Bahkan, dia telah memiliki seorang pendamping. Aku berjalan dengan gontai. Bahagia yang tadi menghampiri mendadak hilang.

Semua yang kulakukan dan pencarian selama ini terasa percuma. Aku bahkan menolak semua lelaki yang datang demi dia. Namun, nyatanya, dia... Mungkinkah ini terjadi karena aku tak mau menyempatkan waktu untuk meminta maaf pada orang yang kutabrak?

Tidak. Mungkin ini memang kehendak takdir untuk mengabarkan, bahwa perasaanku ini hanya bertepuk sebelah tangan. Dia bukan jodohku. Sepertinya, aku sudah dapat jawaban untuk acara besok. Saat Rizal datang melamar.

*****

Bagaimana reaksi Hawadis sebenarnya? Cerita utuhnya: Kenyataan Hawadis


memfiksikan
Karena sedang membicarakan ide lain untuk #memfiksikan, jadi minggu ini nggak ada temanya. Makanya bikin cerita nggak jelas kayak gini, mohon kritiknya.






Sumber gambar:
https://andriyantoandri.wordpress.com/2013/02/05/500-days-of-summer-2/
Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Fiksi Kilat: Bertemu Kamu (Versi Silvia) Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

28 komentar:

  1. Hah, gue bingung mau komen apa. Ide lo ada terus, Haw. Keren! Sampe dibikin dua begini. :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu udah pernah bikin kayak gini kok, Gung. Yang itu linknya, yang ditebelin di awal-awal kalimat. Ini lanjutannya.

      Hapus
  2. ooo ternyata hawadis itunya silvia ya...hahahaaa itunya

    BalasHapus
  3. ohhh, gaul juga haw.
    jadi begini sudut pandaangnya silvia......
    gue ngarti sekranag.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bikin yang ini biar nggak keliatan ngenes amat sih. walau masih.

      Hapus
  4. jadi ceritanya dua orang ini sama-sama nunggu, gitu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama nyari, Kak. Tapi karena nggak ketemu-ketemu, jadinya sengaja kecelakaan dan nunggu dijengukin. :)

      Hapus
  5. Ga bisa banyak komentar sebelum baca endingnya.
    Itu tiap abis ada yang ngomong selalu ada penjelasan, dialognya berasa jadi kurang hidup, Haw. Itu yg aku liat sbg pembaca ya, bukan penulis. Jadi ini bukan kritik, heheh.

    *langsung ke baca cerita lanjutannya*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haw: "Emang kamu penulis, Nggo?"

      Aku: "Bukan, sih."

      Haw: "Hehehe"

      Aku: "Hehehe"

      Hapus
    2. Ditampung ya, Nggo, saranmu. :)
      Entar aku kasih pupuk, obat kuat ama minta ke saint long biar jadi hidup deh.

      Hapus
    3. Bukannya malah bagus, ya? Gue malah kadang bingung. Habis dialog mau ngasih penjelasan apa. Soalnya gue emang masih cupu bikin cerita. Gue pikir, ini hanya soal sudut pandang para pembaca. :)

      Hapus
  6. keren ceritanya, jadi nggak sabar baca lanjutannya, untung ada link dibagian endingnya, hehe... Berangkat ke halaman sebelah, hup

    BalasHapus
  7. Baru baca yang ini. Hahahanjir! Kece.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alasan Yoga bilang 'kece': karena tokoh 'Hawadis'-nya gagal jadian. *hasem*

      Hapus
  8. Mungkin ini pengalaman pribadi ya, yang kemudian dituangkan dalam sebuah cerita.. Uhuk. :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... nggak kok, Kabeb. Ini hanya fiksi. ^_^

      Hapus
    2. Fiksi bisa serealita itu? Oh. Okay. :3

      Hapus
    3. (((SEREALITA ITU))) mananya yang realita cobaaakkkk....? :v

      Hapus
    4. Yang mana aja boleh, Kakaaaak.. Ada warna biru, item.. Ada yang longgar, ketat.. Boleh pilih loh.. Kita ada banyak macam..

      Hapus
    5. Kalo dicoba pakai dulu setahun boleh nggak,Sist? Kalo cocok, entar eike perpanjang.

      Hapus
    6. Boleh, Kakaaaaak.. Tapi bayar dp dulu ya, biar tanda jadi.. Totalnya 5 juta.. Silakaaan.. :3

      Hapus
    7. Kok mahal bangeeeeetttttt......? ini jualan baju apa jual kuaci?

      Hapus
    8. Loh.. Kan Kakak mintak bonus punya pacal kan? Ini uda sama garansi looooh.. Boleh diganti kalok ngga syuka :3

      Hapus
    9. Aku ambil bonusnya aja deh, Kak. Nomor kontaknya juga boleh.

      *ini pacal atau apa sih? pake garansi segala*

      Hapus
  9. Kalau untuk model cerpen seperti ini, kayaknya aku harus belajar dengan kamu mas. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belajar sama-sama aja yok, Bang. ^_^

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~