Fiksi Kilat: Mencari Kamu (Versi Silvia)

“Bodoh, kenapa aku nggak minta alamat atau sekadar nomor yang bisa dihubungi?”

Aku memekik dalam hati menyesalkan yang telah terjadi. Seminggu ini aku seperti berlomba dengan matahari, berkeliling mencari dia yang kuanggap pantas dinanti. Bertahun kutolak semua lelaki yang mendekati demi yang pernah jadi berhala hati, tapi saat dia datang, malah kubiarkan pergi tanpa mencurahkan isi hati.

“Dimana lagi aku bisa menemui kamu Haw?”

Aku tak pernah tahu kalo cinta bisa membuat orang jadi bego begini. Semua gadget dan identitas diri tak pernah ditanyai. Maunya cuma mengobrol, bercanda dan menatap dengan mata berseri.

Aku bertemu dengannya di Perguruan Tinggi, waktu mengantar kakakku registrasi. Kampus kakakku dan kampusnya sama-sama di Universitas Tanjungpura, hanya beda fakultas, tapi itu, fakultasnya dan fakultas kakakku dikenal sebagai musuh abadi.

Berbicara ke sana ke sini, tentang kelahiran sampai pelangi. Bahkan sampat-sempatnya saling mengatai.

Kamu bilang aku pendek? Awas ya, nanti kalo istrimu mau lahiran, aku nggak bakal mau bantu.”

Hemh. Kalimat yang pernah kuucapkan itu membuat aku sedikit tersenyum sampai menampakkan gigi. ‘Ya, bagaimana aku mau membantunya lahiran, kalo aku sendiri yang hamil dan berstatus sebagai istrinya nanti.’ Kembali aku tersenyum geli.

Seminggu lalu saat mengurus Surat Izin Mengemudi, aku bertemu dengannya lagi. Menunggu proses yang cukup lama, aku dan dia berjalan ke sana sini jalan kaki, minum jus di Warung Pojok sampai makan siang di Kantin Polisi. Hemh, aku merasa itu tempe terenak yang pernah kucicipi. Atau mungkin indera pengecapku yang kalah dengan nikmatnya suasana hati?

Saat akan meninggalkan Kantin Polisi, mendadak dia melepaskan jaketnya dan melemparnya kepadaku yang hendak berdiri. Aku terheran, ‘Apa dia mau memamerkan tubuh kurusnya itu di sini?’

“Kalo lagi datang bulan, jangan pake rok warna putih...,” ucapnya sambil tersenyum geli.

“...Pake jaketku buat nutupi, tapi jangan lupa dicuciin dan dibalikin.”

Bodoh. Bodoh. Bodoh. Minta dikembalikan, tapi nggak ngasih tahu ke mana aku harus mengembalikannya lagi. ‘Hawadis bodooohhh.’ Memangnya dia artis, yang beritanya selalu muncul di koran, majalah dan televisi?

“Televisi, koran... iya... Kalo aku nggak bisa menemukannya, biar dia saja yang datang menemui,” ucapku sambil menggertakkan gigi.

Menjelang persimpangan Jalan Ahmad Yani, aku injak pedal gas melanggar rambu yang mengisyaratkan berhenti. Dari arah depan, mobil Karimun hitam melaju dengan kecepatan tinggi. Kuarahkan Kijang putihku tepat dihadapannya, ...dan kecelakaan pun terjadi. Sesaat sebelum aku tak sadarkan diri, aku bergumam dalam hati,

“Hawadis, semoga kamu melihat berita kecelakaan ini.”


hawadis howhaw


*****

NB: Mau tahu reaksi Hawadis? Baca di sini


Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Fiksi Kilat: Mencari Kamu (Versi Silvia) Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

16 komentar:

  1. Ohh jadi silvia sm hawadis masih sama2 single tohh, gak ngeh baca reaksinya hawadis -_-
    Oke2, mereka 1 pemikiran, yg nabrak sm yg ditabrak ternyata org yg selama ini dicari
    Tragis juga....

    BalasHapus
  2. Wihh! Endingnya kecelakaan bareng. Semoga nanti ketemu di surga. Sering2 nulis kayak gini. Kayaknya byk yang suka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. belom mati kak.... :( mereka kan bermaksud kecelakaan agar segera bisa bertemu, bukan berpisah selamanya....

      Hapus
  3. jodoh banget ni :( jadi pengen nangis :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. nangis aja yak...
      Masa sih jodoh? gue jadi penasaran, orang ngelihat jodoh itu harus dari sepemikiran ya?

      Hapus
  4. Balasan
    1. Abis bang, yg sisa malah yg ada di toilet....
      pake kerah baju aja bang ngelapnya. :p

      Hapus
  5. Satu kata buat ngeledekin: Ciyeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee. \:D/

    BalasHapus
    Balasan
    1. kenapa sih dengan orang-orang yg 'ngeciyein' ini?
      Kesian itu, lagi tabrakan.....

      Hapus
  6. tragis banget, kasian mereka :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. :( sebenarnya sih lebih tepat kalo dibilang bodoh :p ... kok ga ke kantor polisi tempat membuat SIM nya aja, kan di sana pasti ada data-data mereka... bodoh kan?

      Hapus
  7. cek award buat kamu haw :3 http://tutiarahmi.blogspot.com/2014/05/the-liebster-award.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya-iya, terima kasih ya Tyak... :D

      Hapus
  8. kenapa endingnya menyedihkan? Kenapa dia pura-pura tertabrak? Silvia menyukai hawadis, keren ceritanya, saya nggak sabar menunggu kelanjutan ceritanya, eh ada link selanjutnya deng, hehe.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kan nggak ketemu-ketemu, jadinya sengaja kecelakaan biar masuk berita dan beritanya kebaca ama orang yang dicari.

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~