Belajar dari Jenis Bakso

Assalamu’alaikum...

Udah lama saya ga nonton TV, sejak iklan mie bakso baru muncul hingga iklan mie bakso masih ada. *Lah...* Saya suka aja ngeliat iklannya, ‘bakso...bakso....’. Hampir setiap saya ngelihat acara TV, ada aja iklan ini. Bikin saya ingat ama gebetan.

Oh, pernah makan bakso bersama ya? atau dia anak tukang bakso?’

Bukan, jangankan makan bersama, nyapa dia aja bisa sebulan sekali. Ketemunya bahkan bisa setahun sekali. Keluarganya juga ga ada yang jualan bakso. Pertama kali ngeliat dia juga bukan di warung bakso. Rumahnya pun ga dekat dengan warung bakso.

‘Trus, apa dong yang bikin keinget dari bakso?’

Begini, suatu hari sehabis saya makan bakso di acara walimahan... *bukan, saya ga ketemu di walimahan* saya kan langsung pulang menuju rumah tanpa singgah di warung bakso. Sesampainya di rumah, saya langsung tidur karena acara walimahannya selesai malam banget, ditambah waktu perjalanan pulang tentunya. Pagi-pagi saya berangkat sekolah dan melakukan aktifitas sekolah seperti biasa, belajar, tiduran di kelas, gangguin guru, nimpukin temen dan ngacak meja kelas.

Suatu waktu, sekolah saya ngadain kunjungan ke sekolah lain. Saya ikutan. Nah, di sekolah itulah saya pertama kali ngelihat orang yang saya anggap sebagai gebetan.

‘Jauh banget dari bakso......!’

Kan saya nyeritainnya dari habis makan bakso. Hehehe... Oke, berbicara tentang bakso, saya demen banget dengan makanan tersebut. Sejak kecil saya sudah bisa dibilang ngidol ama bakso. Kalo ada sebutan untuk fans yang mengidolakan bakso, mungkin saya sudah pantas disebut WOBA (WOng BAkso). Banyak jenis bakso yang sudah saya masukkan ke dalam perut dan saya buang di jamban. Mulai dari bakso keliling sampai bakso bandara. Setelah makan bakso bandara, saya berdecak kagum. Saya harus mengajak keluarga saya untuk merasakan makan bakso di bandara, setidaknya sekali seumur hidup. Bakso di bandara itu, widiihhh... MAHAL BANGET... isi dan rasanya ga seberapa, harganya bisa segitu.

Dalam artikel kali ini, saya akan berbagi info tentang berbagai jenis bakso, terutama yang pernah saya rasakan. Tapi karena banyak jenisnya, saya akan bagi menjadi dua periode, yaitu periode sebelum esema dan periode sesudah esema. Karena variasi bakso sebelum periode esema hampir sama di berbagai penjuru, saya akan memfokuskan pada jenis bakso periode sesudah esema. *Bakso aja pake periode*

Sebelum esema, saya sudah banyak mengenal jenis bakso, tapi variasi bakso yang tersedia masih sebatas nama berdasarkan isi bakso tersebut. Misalnya bakso sapi, bakso ayam, bakso ikan, bakso udang, bakso urat, bakso ‘rudal’, bakso keju, bakso ceker ayam dan bakso mercon. Selang beberapa saat, perkembangan variasi nama bakso bertambah dengan melihat ukuran bakso atau porsi bakso, kayak bakso kerikil, bakso tenis, bakso bola dan bakso mawut.

Sesudah saya memasuki esema dan seterusnya, variasi bakso semakin berkembang, tidak hanya berdasarkan isi dan ukuran, tapi juga berdasarkan sebab, akibat, tujuan dan penyimpangan. Berikut nama bakso yang saya kenal sesudah esema;

jenis bakso
BerbagaiJenisBaksoImage


  • Bakso Setan
Awalnya saya kira warungnya berkonsep rumah hantu atau penjualnya itu hantu kayak yang di filmnya Suzana. Tapi faktanya, disebut demikian karena rasanya pedes banget yang mengakibatkan orang yang makan mencari air dan meminumnya dalam jumlah banyak, seperti orang kesetanan. Saya pernah makan bakso ini beberapa kali, dan sebelum makan tentu sebagai anak alim saya berdoa, eh bakso setannya malah ilang. *doa bisa membuat setan hilang*

  • Bakso Gebrak
Hati-hati saat pertama kali masuk ke warung bakso tersebut, masa baru duduk tiba-tiba pelayannya ngasi menu dihempaskan ke meja. ‘Gebrakan’ Katanya. Kayak ngajakin ribut. Tapi baksonya, wuidih, mantep, seolah ada gebrakan di tenggorokan.

  • Bakso Gulung
Biasanya ya, bakso itu isinya telur, tapi ini malah telur yang isinya bakso. Kayaknya dalam adu suit, baksonya kalah, makanya diletakkan di dalem. Bakso yang malang. Tapi yang namanya bakso, tetap aja mantep.

  • Bakso Kaget
Isinya ga ketebak. Pelayannya aja ga tau itu isinya apa. Yang pernah saya dapat sih, isi cabe, telur, daging sapi, ama sekrup. ‘Kok isinya sekrup?’ kalo kamu nanya begitu paling dijawab ama penjualnya, ‘Namanya juga bakso murah, masak iya isinya mobil, jadi sekrupnya aja cukup dong.’ *-_-*

  • Bakso Gepeng
Bagi saya, bakso ini adalah bakso yang salah pergaulan dan melakukan penyimpangan. Di saat bakso yang lain bulet, dia malah gepeng. Bakso ini juga menghancurkan citra perbaksoan, inget ga, ada lagu yang bunyinya begini;

Bakso bulat seperti bola pingpong 
Kalo lewat membikin perut kosong

Inget kan?. Coba bakso ini dijadikan lagu itu;

Bakso gepeng seperti batu genteng...

  • Bakso Cinta
Mengambil referensi dari film Ketika Cinta Berbakso Bertasbih. Bakso ini juga termasuk bakso yang salah pergaulan, dan lebih lagi, pergaulannya juga melakukan tindakan pacaran. Alhasil bentuk baksonya kayak ungkapan hati remaja gitu.

‘Nih, rasakan hati gue...’
‘Hati kamu emang bikin ketagihan...’
‘Mau ga kamu jadi pacar aku? Kalo mau makan baksonya, kalo nggak makan mangkuknya...’

  • Bakso Bakar
Ini bakso salah jurusan. Bakso itu berkuah dan direbus, bukan ditusuk dan dibakar. Mungkin waktu kecil bakso ini bercita-cita jadi sate. Syukurlah dia bisa mencapainya. Rasanya? Maknyos.

  • Bakso Gebet
Bakso yang bertujuan mendapatkan hati pasangan. Sistem penjualannya ga memperhatikan apakah itu nikmat atau ga. Seng penting laku dan berhasil ngegebet. Mau dimakan atau ga, bodo amat. Baksonya biasa aja, isinya daging pula. Tapi campuran bumbu baksonya aneh. Agak pahit, asem, asin lagi. Manisnya ga ada.

‘Kok ga ada manis-manisnya?’
‘Iya, karena yang manis hanya kamu’

Dan saya yakin, di tempat kalian pasti ada jenis bakso varian lainnya, kayak bakso goreng, bakso gaul atau apalah. Kenapa saya tiba-tiba membuat artikel tentang bakso? Tujuan sebenarnya adalah untuk mengingatkan agar jangan pernah kita menganggap orang lain selalu salah. Jangan pernah membenci orang lain. Karena setiap orang itu memiliki rasa tersendiri. Kayak bakso tadi, walaupun variasinya berbeda, tapi tetap saja itu bakso. Sama kayak kita, walaupun berasal dari tempat, suku, agama, ras, yang berbeda, tapi tetap saja kita manusia.

Mungkin kamu ga suka dengan bakso setan karena pedas, tapi banyak lo yang suka dengan mereka. Mungkin kamu ga suka dengan bakso  kaget yang isinya ga jelas, tapi banyak lo yang menyukai kemisteriusan. Sama halnya dengan ketika kamu ga suka dengan orang Batak misalnya, karena bicaranya kasar. Tapi banyak yang menyukai mereka kan? Lagian itu bukan kasar, itu logat, ciri khas, yang menunjukkan mereka bersuku dan berbahasa.

Mungkin kamu juga ga suka dengan bakso karena mengandung boraks. Ingat, itu hanya sebagian kecil bakso, banyak bakso yang menyehatkan. Sama kayak kamu ga suka terhadap kelompok atau profesi tertentu, itu oknum, banyak di sana yang masih bersikap baik.

Mungkin kamu ga mau makan bakso lain karena bakso yang selama ini kamu makan warungnya tutup. Ingat, masih banyak warung bakso lain yang rasanya tidak kalah enaknya. Sama kayak ketika kamu putus dari pacar, move on dong, masih banyak orang lain yang memiliki karakteristik menarik lainnya.

Atau kamu benci bakso karena saat pertama kali makan bakso kamu muntah. Jangan menjudge langsung semua bakso sama, telusuri bakso lain, maka kamu akan menemukan bakso yang sesuai dengan selera kamu. Sama kayak kamu bertemu seseorang yang langsung membuat kamu tidak suka, jangan langsung menjudge dia buruk, dekati lebih dalam, dari tidak suka bisa jadi benci. Eh salah, maksudnya jadi suka.

Bakso itu berbeda-beda, baik rasa maupun bentuk. Tapi cintailah mereka dengan keunikannya itu, maka kamu ga akan pernah bosan dengan rasa bakso.

Misalkan bakso di tempatmu cuma ada satu jenis, dan kamu tidak suka. Jangan anggap semua bakso di tempat lain rasanya juga begitu.

Ingat pesan almarhum Gus Dur, ‘Jangan membedakan sesuatu yang sama dan jangan menyamakan sesuatu yang berbeda

Mereka sama-sama bakso bukan rawon atau gado-gado. Dan rasa mereka bervariasi, ada pedas, ada rasa sapi, ada rasa ayam. Jangan disamakan mereka semua rasa comberan.

Kita itu sama-sama manusia, jangan dibedakan kaya-miskin, berpangkat-buruh. Kita berasal dari tempat, suku, agama, ras yang beda jangan samakan kita semua adalah jawa atau kita semua adalah islam. Kita memiliki wajah berbeda, berwajah Ariel, berwajah Raffi, berwajah Olga, atau berwajah Jokowi, jangan disamakan semuanya berwajah Andika kangen band. *diskriminasi*

Oke, sekian dulu tulisan ini, jika ada benarnya ikuti. Jika ada salahnya tolong komentari. Ingat dan terapkan, Bhinneka Tunggal Ika. Jadi pengen bakso...

‘Baksoooo...baksoooo...’

Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Belajar dari Jenis Bakso Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

4 komentar:

  1. iya, gue kangen sama bakso di kampung gue. dan pasti gak akan bisa ditemui disini karena adanya cuma disana...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, move-on dong, kan ga ada salahnya nyoba bakso-bakso yang lain.... move-on bukan berarti meninggalkan selamanya, tapi berpaling karena dia jauh/menjauh.

      *ngomong apa gue?*

      Hapus
  2. Pengamat bakso nih :D
    Etapi bentar, itu bakso Gulung apa bakso Malang bro? Nggak konsisten nih :p

    Btw, bakso Wonogiri kok nggak dimasukin bro? Harusnya ada di list paling atas tuh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha...
      Belum pernah nyoba bakso Wonogiri mban... doakan saja ntar bisa ngerasain.....

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~