Fiksi Kilat: Mencari Kamu (Versi Hawadis)

“Jadi sudah seminggu ini kamu keliling nyari yang namanya Silvia itu?”

Aku mengangguk pelan dengan wajah muram karena orang yang dicari tak kunjung kutemui. Hampir setiap sudut kota sudah kujelajahi, tapi tetap saja jejaknya berujung sunyi.

Sekitar seminggu lalu aku bertemu dengannya di kantor polisi. Mengurus pembuatan Surat Izin Mengemudi. Tapi rasanya aku sudah mengenalnya sejak lama, ya, dulu saat pertama kali melakukan registrasi Perguruan Tinggi. Dia mengantar kakaknya yang juga melakukan registrasi.

Saat itu aku berbincang banyak tentang segala hal. Mulai dari permintaannya dibuatkan rumah seindah pelangi, sampai dia tak mau jadi bidan yang membantu kelahiran istriku jika sudah menikah nanti karena dia kukatai. Iya, dia calon bidan yang kutemui yang bisa membuatku lupa dengan semua beban yang menghalangi. Dan ketika dia pergi sesudah kakaknya selesai registrasi, rasa sunyi dan sepi mendadak menghampiriku setiap hari.

Dan seminggu lalu, di kantor polisi, kami bertemu kembali setelah 8 tahun berteman sunyi. Meski awalnya aku tak mengenali karena perubahannya di sana sini, tapi melalui pembicaraan dengan senyum teriringi, ingatan saat bertemu mulai bersemi. Menunggu proses yang cukup lama, kami mampir ke sana sini jalan kaki. Warung Pojok, Gerobak Tebu sampai Kantin Polisi.

“Nyari di media sosial juga susah kalo cuma sepenggal nama, berharap dia yang nemuin nama kamu yang unik itu juga mustahil, kamu kan nggak punya akun media sosial satu pun. Trus kenapa kamu nggak minta alamat atau sekadar nomor teleponnya saat itu Haw?”

“Aku nggak tahu. Saat bertemu, seolah aku amnesia tentang semua. Apa kamu nggak pernah tahu rasanya jatuh cinta?”

“Tunggu.. tunggu Haw, kalo cinta bisa membuat lupa kala bersama begitu, apa berarti pacarku nggak punya cinta sama aku? Tiap kami jalan bareng, dia selalu nggak pernah lupa ngecek gadgetnya.”

“Mana aku tahu, mending tanya saja langsung. Udah, aku mau lanjut nyari.”

Dalam perjalanan mencari, aku melihat peristiwa kecelakaan terjadi. Yah, di kota ini, yang namanya tabrakan selalu terjadi. Dan semua peristiwa tersebut selalu menghias koran dan televisi. Bahkan acara berita yang kutonton tadi pagi, isinya berupa kecelakaan kemarin saat malam hari.

“Tunggu dulu, kalo tiap kecelakaan selalu diberitakan melalui koran dan televisi. Berarti Silvia juga pasti melihatnya. Ya, bisa jadi,” gumamku dalam hati.

Aku injak pedal gas saat akan melintasi simpang Jalan Ahmad Yani. Dari depan aku melihat mobil Kijang putih sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Kuarahkan Karimun hitamku tepat berhadapan sambil berharap tinggi,

“Silvia, semoga kamu melihat berita kecelakaan ini.”

Dan tabrakan antarmobil pun terjadi.




***** 

NB: Mau tahu reaksi Silvia? Baca di sini


Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Fiksi Kilat: Mencari Kamu (Versi Hawadis) Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

14 komentar:

  1. Berarti udah punya istri tp masih nyari cewek lain ya? Hmm baca reaksinya silvia dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. hah? berarti ada kalimat yg buat ambigu ya? gue edit lagi deh....

      Hapus
  2. Keren.. Kalo tulisan ini namanya apa? FF kah? Atau yang lainnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. awalnya mau bikin FF, tapi malah keterusan... jadi namanya eeee .... "Yang Lainnya"

      Hapus
  3. *langsung meluncur liat reaksi silvia*

    BalasHapus
    Balasan
    1. ^orang baik, ninggalin jejak sebelum pergi...

      Hapus
  4. wah haw. ternyata lo ekstrim dulu demi mendapatkan perhatian cewek ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. belom gue lakuin, masih jadi wacana... sekarang juga gue masih nyari-nyari...

      Hapus
  5. owalah ternyata eh ternyata... haha si silvia sama si hawadis malah kecelakaan bareng :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah, malah diketawain... musibah itu loh mas :p

      Hapus
  6. Aaaa, ternyata mereka berdua sengaja tarbrakan, jangan-jangan nanti ketemu dirumah sakit, jadi nggak sabar membaca cerita selanjutnya, untung ada link dibawahnya lagi, hehe.. Ke halaman berikutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... link yang bawah? :D

      Hapus
    2. eh ternyata bukan link yang bawah deng ^^

      Hapus
    3. Iya, itu link cerita yang udah dibaca kan? :D maaf.

      Hapus

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~