Kalau Cinta Seperti Kentut, Berarti Hatimu Mulai Membusuk

Assalamu'alaikum....

Mungkin semua orang sudah pada denger analogi cinta atau malah sudah menjadikannya suatu prinsip bahwa:

"Cinta itu seperti kentut. Ditahan sakit dikeluarin bikin malu."

"Cinta itu sepert kentut. Keluar dengan sendirinya, tak bisa disembunyikan."

"Cinta itu seperti kentut. Bisa menyerang siapa saja."

"Cinta itu seperti kentut. Hanya memberi tak harap kembali."

"Cinta itu seperti kentut. Terkadang kita malu mengakuinya."

"Cinta itu seperti kentut. Tak tampak wujudnya tapi jelas adanya."

"Cinta itu seperti kentut. Tak bisa dilihat, hanya bisa dirasakan."

"Cinta itu seperti kentut. Tak mengenal umur."


(Sumber: Analogi Cinta; Poconggg juga pocong)

hawadis howhaw


Yang ane herankan, kenapa analoginya harus dengan kentut? Dua hal yang bertentangan tapi dipaksakan sama, dengan cara menyamakan sifatnya, hanya demi ingin menyederhanakan makna cinta. *sadis*

Analogi tersebut sungguh hebat, *salut*
dengan analogi tersebut, cinta dan kentut seolah memiliki kesamaan sifat, padahal kalo dirasakan lebih teliti lagi, cinta dan kentut tetap saja berbeda. 

Sebagai pembukaan, mari kita pelajari dua hal tersebut.

Dalam Kamus Bessr Bahasa Indonesia, kentut diartikan sebagai gas busuk yang keluar dari anus, sedangkan cinta adalah perasaan suka, sayang, dan khawatir yang tentunya keluar dari dalam hati sanubari (bukan organ hati ya!).

Kamus saja mengatakan beda!

Berikutnya mari kita kaji ulang analogi tersebut.

"Cinta itu seperti kentut. Ditahan sakit dikeluarin bikin malu."
Apa benar cinta yang dirawat dalam hati membuat sakit??? Ingatlah kembali ketika anda menyukai sesuatu! saat itu tentu anda akan merasakan hal yang menyenangkan padahal perasaan itu tidak anda keluarkan, melainkan disimpan dan ditumbuhkan dalam hati, tapi bukan sakit kan yang dirasa? melainkan perasaan yang menyenangkan. Lalu kenapa ada istilah 'sakit menahan cinta'?

Itu istilah yang salah! Saat itu sebenarnya bukan menahan cinta yang sakit, tapi menahan ego. Ketika rasa cinta muncul, rasa ego juga hadir, sehingga kita berkeinginan menjadi pemilik satu2nya dan ketika kita merasa kita tak akan menjadi pemilik tunggal, rasa ego terus memaksa untuk memiliki, dan menahan ego itulah yang membuat sakit. Makanya dari dulu orang selalu menyuruh membuang rasa ego, kecuali egologi. *ekologi maksudnya*

"Cinta itu sepert kentut. Keluar dengan sendirinya, tak bisa disembunyikan."
Tidak...! cinta itu keluar karena kita yang mengendalikannya. Cinta memang bisa mengalir kepada semua orang tapi rasa cinta itu tak keluar begitu saja, karena jika cinta hanya keluar dengan sendirinya maka hanya sedikit saja yang bisa kita cintai.

Kalau cinta seperti kentut yang keluar dengan sendirinya, maka kita hanya mencintai pada saat-saat tertentu saja *saat ingin kentut* padahal kita tau, mencintai itu bisa sepanjang waktu dan sepanjang masa.

"Cinta itu seperti kentut. Bisa menyerang siapa saja."
Yang ini analoginya bukan cinta seperti kentut, tapi kentut yang dipaksain seperti cinta. *nah lho*
Iya, kan. Yang bisa menyerang siapa saja tuh kan hanya cinta sedangkan kentut tidak bisa. Kentut hanya menyerang orang yang dekat saja (jangkauannya pendek). Sedangkan cinta dapat menjangkau ke tempat jauh sekalipun bahkan dapat menembus waktu ke zaman yang telah lalu.

"Cinta itu seperti kentut. Hanya memberi tak harap kembali."
Cinta yang sejati memang hanya memberi dan tak pernah mengharap bias-an. Tapi ketika kita mencintai dengan sejati, dalam hati telah timbul keyakinan dan pengharapan bahwa suatu hari nanti kita akan memperoleh cinta yang sejati juga dari orang lain. Harapan itu selalu melekat pada cinta, meskipun kita tak ingin memperoleh balasan dari manusia, toh kita juga tetap ingin balasan dari Yang Kuasa. Berbeda dengan kentut, yang meskipun kita tak mengharapkan balasan dari yang kita kentuti, kita tetap saja tak mau ada yang lain mengentuti kita.

"Cinta itu seperti kentut. Terkadang kita malu mengakuinya."
Rasa cinta dan malu memang selalu berdampingan. Namun, malu karena cinta berbeda dengan malu karena kentut. Malu karena kentut disebabkan perasaan bersalah, sedangkan malu karena cinta disebabkan perasaan ber-benar. *ampun, bahasa apa lagi ini*

Namun, pengakuan cinta tak selamanya buat malu, bahkan membanggakan. Ketika kita mencintai pembesar yang santun, kita tak merasa malu mengakuinya. Ketika kita mencintai seorang idola, kita tidak malu mengakuinya. Berbeda dengan kentut, yang selalu memberi rasa malu jika diakui di hadapan mereka. *ya iya lah, lagian siapa juga yang mau mengentuti pembesar*

Malu dalam cinta itu memang ada. Malu jika bilang cinta tapi tak perduli sedikit pun. Malu karena lebih memikirkan biaya dibanding cinta. Malu karena tak mau mensyukuri nikmat cinta Yang Kuasa dan malu karena telah MENYAMAKAN CINTA DENGAN KENTUT.

"Cinta itu seperti kentut. Tak tampak wujudnya tapi jelas adanya."
"Cinta itu seperti kentut. Tak bisa dilihat, hanya bisa dirasakan."
Keduanya mungkin tak dapat dilihat, hanya dirasa tapi yang ngerasakannya juga beda. kentut dirasakan oleh indera pendengaran, penciuman, dan peraba. Sedangkan cinta ga bisa dirasakan oleh indera tersebut, meski kata 'cinta' bisa didengarkan, tapi pendengaran seringkali salah, dan cinta sendiri tak mengeluarkan suara.

Hal yang dicintai ada yang bisa disentuh, tapi cintanya sendiri tak bisa disentuh. Mungkin tangan, hidung, telinga dapat merasakan yang tidak dapat dirasakan oleh hati, tapi hati dapat merasakan apa yang tidak dapat dirasakan oleh tangan, hidung dan telinga. Itu berarti cinta derajatnya lebih tinggi dari kentut karena hanya dapat dirasakan oleh pusat perasaan manusia dan oleh hati yang bening.

"Cinta itu seperti kentut. Tak mengenal umur."
Cinta memang tak mengenal umur, tapi kentut kenal dengan umur. Coba saja perhatikan, kamu hanya bisa dengan mudah mengeluarkan kentut di antara teman sebaya dan yang akrab denganmu saja, di hadapan orang yang lebih tua kamu bakalan mikir-mikir untuk kentut. Sedangkan cinta tak kenal dengan usia sehingga pada siapa pun bebas diberikan. Itu berarti, sedikit atau banyak, kentut itu mengenal umur sehingga berbeda dengan cinta. 

Menganalogikan cinta untuk memaknai dengan sederhana memang bagus. Tapi jangan dianalogikan dengan yang sangat jauh berbeda. Cinta itu pemberi aroma kehidupan yang membuat mabuk kepayang bukan aroma mematikan yang membuat mabuk kepalang. Cinta itu suci, sedangkan kentut itu pembatal kesucian.
*ketika dalam keadaan wudhu trus kentut, batal, kan?

Yah...itu hanya pemikirin ane doank sih...tapi semoga saja menjadi masukan bagi pembaca.

Karena ane nggak mau, cinta itu disamain dengan kentut, yang hanya gas buangan, baunya menyengat dan penyebab ke-batalan.

Simpanlah cintamu dengan baik, meski cinta tak pernah memBUSUK ^_^

Previous Post
Next Post

Oleh:

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Kalau Cinta Seperti Kentut, Berarti Hatimu Mulai Membusuk Apabila ada pertanyaan atau keperluan kerja sama, hubungi saya melalui kontak di menu bar, atau melalui surel: how.hawadis@gmail.com

0 Comments:

--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~